Aku Dipekerjakan sebagai Guru Les oleh Seorang Adik Kelas yang Imut dan Nakal - Seri 1 Bab 3 - Lintas Ninja Translation

Bab 3
Belajar?

Shiina duduk di sebelahku, cukup dekat agar bahu kami bersentuhan.

Aku mengawasinya belajar, menyembunyikan rasa nyut-nyutan di dadaku yang mulai timbul terlepas dari kesadaranku.

"Shiina, bukankah menurutmu seharusnya kamu menyelesaikan bagian itu terlebih dahulu?"

"Ah, kamu benar. Terima kasih, Senpai."

Aku memang sedikit ragu-ragu apakah aku bisa mengajar siswa-siswi yang lebih muda, tetapi aku rasa aku baik-baik saja sejauh ini.

Shiina, seperti yang diharapkan, bukanlah orang bodoh dan langsung mengerti aku yang bilang.

Dia mendengarkan dengan seksama apa yang aku ajarkan padanya dan memahaminya dengan baik.

Ini mengejutkannya sangat seru, aku mendapati diriku sendiri ikut terbawa-bawa ke dalam hal ini.

"Ehehe, kamu sangat jago dalam mengajar, iya kan, Senpai?"

"Begitu ya?"

"Iya. Ini jadi sangat mudah untuk dimengerti dan membuat belajar menjadi menyenangkan."

"Aku senang mendengarnya."

Aku jauh lebih senang mendengarnya mengungkapkan kata-kata itu.

Lesnya memang dimulai tiba-tiba, tetapi aku rasa ini akan jauh lebih seru dari yang aku duga.

....Itu sih dugaanku.

"Senpai, bolehkah aku menghampirimu sedikit lebih dekat lagi?"

Seperti yang aku duga dari Shiina. Bagaimanapun juga, tampaknya les ini tidak begitu sederhana.

Tidak, pertama-tama, aku rasa kami sudah ada di jarak nol sentimeter saat ini. Bagaimana kamu bisa lebih dekat lagi jarak itu?

"...Menghampiriku sedikit lebih dekat lagi? Kamu sudah cukup dekat untuk diajari."

"Ini berkaitan dengan motivasiku!"

Shiina berbicara padaku sambil membusungkan dadanya.

Aku tidak merasakan apa-apa dengan seragam ini, tetapi dia sudah cukup dekat di situ... Tidak, aku seharusnya ada di situ.

"Apa yang kamu maksud dengan motivasimu? Aku kira tadi kamu bilang belajarnya menyenangkan?"

"Itu lain lagi ceritanya. Bagiku, fakta bahwa aku senang belajar itu tidak secara langsung terhubung dengan motivasiku."

"Begitu ya...? Kalau begitu apa sumber motivasimu, Shiina...?"

"Tentu saja, itu Murakami-senpai♥."

"Bohong..."

Mengapa aku bisa jadi sumber motivasi tunggal bagi Shiina?

Aku benar-benar tidak tahu apa yang membuat keberadaanku berarti bagi Shiina...

"Itulah mengapa aku ingin lebih dekat dengan Senpai untuk mendapatkan lebih banyak pasokan Senpai ♥."

"Apa-apaan pasokan Senpai itu..."

"Sumber motivasiku.... tidak, sumber kehidupanku..."

"Aku jadi tambah dan semakin bingung."

Shiina berbicara dengan wajah yang sombong. Tidak, tidak, tidak, jangan tunjukkan padaku wajah itu.

Namun, aku rasa kalau aku tidak menganggukkan kepalaku saat ini, mungkin saja, aku tidak akan mampu untuk melanjutkan belajarku dari sini.

"...Apa kamu yakin kalau kamu bisa membuat kemajuan jika kamu melakukan hal itu?"

"Iya♪ Hal itulah motivasi, konsentrasi, dan dorongan s*ksual, semuanya jadi maksimal."

"Ada beberapa hal yang ngawur yang tercampur di situ. Hei."

"Kita tidak bisa melakukannya...? Senpai."

"Kuh."

Tatapan ke atas dari Shiina mulai aktif lagi.

Aku benar-benar rentan terhadap hal ini. Aku dengan cepat mengalihkan pandanganku.

"...Ya sudah. Aku akan mengizinkannya."

"Apa kamu yakin!?"

"Tetapi kamu harus menambah lagi jumlah halaman untuk tugas ini. Kalau kamu tidak bisa mengerjakannya, kamu tidak boleh melakukan hal ini."

"Tentu saja, Senpai! Aku rela melewati api dan belerang demi mendapatkan pasokan Senpai-ku."

Shiina tampaknya jauh lebih nyaman dengan kondisi yang aku hadirkan dan tampaknya semakin termotivasi penuh.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini. Aku sendiri bahkan orang yang hebat...

Gyuu.

"!?"

Saat aku memegang kepalaku dan memalingkan kepalaku ke samping, aku tiba-tiba merasakan sensasi yang lembut dan hangat menyebar ke seluruh bagian tubuhku di sebelah kiri.

Aku buru-buru berbalik arah untuk melihat yang merapatkan tubuhnya pada tubuhku seakan-akan ini adalah hal terakhir yang ingin dia lakukan.

"He-Hei. Shiina."

"Ada apa? Senpai."

"Tidak, tidak ada apa-apa sih. Apa kamu yakin kalau kamu tidak terlalu menempel selama ini?"

"Tidak, tentu saja tidak. Lagian, kalau aku tidak melakukan ini, aku tidak akan mampu untuk mendapatkan cukup pasokan."

Sambil dia mengatakan ini, dia menyandarkan kepalanya padaku sebagai tambahan dari tubuhnya.

Dia sudah menyandarkan semuanya yang bisa dia sandarkan.

"Senpai? Ada apa denganmu, kok kamu ciut banget?"

"Aku tidak punya hati baja untuk tetap tegar pada situasi ini."

"Apa itu berarti kamu sedang gugup di sekitarku?"

"Tentu saja. Bagaimana bisa aku tidak gugup pada situasi ini?"

"Fufu. Aku mengerti ♥."

Pipi Shiina mengendur lebih dari sebelumnya dan dia menjawab dengan senang hati.

Aku tidak tahu apa seseru itu menggodaku.

Bukannya aku tidak suka ini, tetapi aku penasaran apakah memang benar-benar seseru itu untuk dilakukan.

"Tetapi kamu benar-benar berkonsentrasi, Shiina."

"Itu wajar. Aku percaya diri kalau aku bisa mengerjakannya dua kali lebih cepat daripada biasanya."

Kecepatan dari perhitungannya itu, seperti yang dia bilang, dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Kesalahan-kesalahan yang telah muncul sebelumnya secara sudah tidak ada lagi.

"Aku tidak bisa percaya ini. Kalau sesuatu semacam ini dapat membuat perbedaan yang cukup jauh."

"Apa maksudmu 'sesuatu semacam ini'~? Ini peristiwa yang sangat, sangat besar bagiku, kamu tahu?"

"Benarkah? Aku tidak tahu."

Faktanya, aku telah gugup sekali semenjak aku sampai di rumah ini sehingga mustahil bagiku untuk belajar dalam keadaan begini.

Meskipun begini, Shiina masih berada dalam suasana hati yang bagus seperti biasa saat dia melanjutkan belajarnya.

...Kalau dia terus menutup mulutnya seperti ini, dia pasti sudah menjadi cewek yang cukup imut menurutku.

"Ada apa? Kamu menatap wajahku seperti kamu sedang menatap orang yang paling kamu cintai."

"Aku sudah pasti tidak menatapmu seperti itu. Aku cuma menatap ke wajahmu yang imut ini."

"Fueh!?"

Shiina tiba-tiba melepaskan diri dari tubuhku dengan cepat dan tampak bingung dengan cara yang lucu.

Aku memang merasa sangat malu saat menempel padanya, tetapi ketika dia melepaskan diri dariku, aku merasa sedikit sedih.

Ketika Shiina menjauhkan diri dariku, pipinya memerah dan matanya terbuka lebar saat dia menatapku.

Apa yang terjadi?

"Ada apa? Shiina."

"Ada apa, eeh.... Apa yang kamu bilang barusan, Se-Senpai?"

"Aku bilang, 'Aku sudah pasti tidak menatapmu seperti itu.'."

"Bukan, Senpai! Yang setelahnya, setelahnya!"

"Setelahnya? Aku bilang, 'wajahmu yang imut ini.'."

"Itu dia, itu dia! Mengapa kamu tiba-tiba menyerangku, Senpai?"

"Eh. Sa-Salahku. Aku tidak bermaksud begitu..."

"Kamu sendiri bahkan tidak menyadarinya! Dasar kamu ini mata keranjang!?"

"Ja-Jangan kasar begitu. Aku tidak punya niat begitu."

Ketika Shiina mengatakan sesuatu yang kacau, aku berdebat dengannya.

Setelah diskusi singkat tentang ini dan itu, Shiina menggeliat dan memalingkan kepalanya.

"...Tidak adil, Senpai. Se-Serangan kejutan itu pelanggaran."

"...Maaf."

Tidak ada gunanya mengatakan apa-apa lagi, jadi aku cuma meminta maaf dengan tulus.

Aku mungkin sudah gegabah dalam berkata dan bertindak dengan seorang anak cewek yang sepantaran denganku.

Waktu berlalu tanpa adanya pembicaraan lagi dalam suasana tenang yang tidak bisa digambarkan.

Saat aku penasaran apa yang mesti aku lakukan, Shiina tiba-tiba mengeluh dengan berat hati.

"Kamu mesti dihukum karena telah menjadi senpai yang membosankan."

Dia mengatakan sesuatu yang memalukan dan kemudian mendekatiku lagi.

Saat aku mencoba berdebat atas julukan yang tercela ini....


Gunu♥.


Shiina menempelkan dirinya pada lenganku.

"He-Hei, Shiina. Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Apa yang sedang aku lakukan? Aku sedang menghukummu."

"Bukan, tetapi ini terlalu berlebihan..."

Dia merangkulkan lengannya sendiri pada sekitar lenganku dan menempelkan dadanya yang besar padaku sekeras yang dia bisa.

Lenganku benar-benar tertahan oleh tubuh Shiina, dan aku tidak bisa menggerakkannya sama sekali bahkan jika aku mencoba untuk melepaskan diri.

"Tunggu, Shiina. Ah, ini menempel padaku."

"Hmmm~? Apa ya yang menempel padamu?"

"Ka-Kamu. Kamu mengerti kan apa maksudku..."

"Eh~? Apa maksudmu~? Aku tidak akan tahu kecuali kalau kamu bilang dengan mulutmu sendiri."

Shiina mendorong dadanya lebih dekat sambil mengatakan itu.

Jika aku mengatakannya secara lantang, aku mungkin akan berakhir digoda lagi.

Di dalam kehidupan ini, memang penting untuk menyerah.

"...Bukan apa-apa. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau."

"Iya♥."

Shiina membalas dan meletakkan kepalanya di bahuku dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

...Setelah itu, sesi belajar ini tidak ada kemajuan sama sekali.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama