Aku Dipekerjakan Sebagai Guru Les oleh Seorang Adik Kelas yang Imut dan Nakal [WN] - Seri 1 Bab 4 - Lintas Ninja Translation

Bab 4
Istirahat

"Senpai, aku tidak mengerti masalah ini di sebelah sini."

"Hei, aku akan mengajarimu, jadi tidak perlu menempel begitu dekat denganku."

"Ya, ya, tidak usah malu-malu."

"Aku tidak malu-malu, aku cuma menolak saja."

"Cuma untuk sebentar saja kok.♥"

Shiina berbisik dengan suara imut saat dia menempelkan dirinya padaku tanpa gagal.

Aku kelelahan berusaha untuk melepaskan tubuhnya dan memutuskan untuk melakukan apa yang dia inginkan.

Sudah beberapa hari sejak aku pertama kali bertemu dengan Shiina.

Les Shiina berlanjut setiap hari, terlepas dari apa yang aku katakan.

Kami selalu ketemuan di pintu masuk siswa-siswi dan berjalan ke rumah Shiina bersama-sama.

Karena hal ini, teman-temanku sering bertanya tentang hubungan apa yang aku miliki dengan Shiina.

Setiap kali, aku dengan jujur mengatakan pada mereka kalau aku mengajarinya les, mereka cuma memiringkan kepala mereka. 

Itu benar-benar tidak lebih dan tidak kurang dari itu.

"Ah, Senpai. Apakah kamu tidak haus? Aku akan mengambilkanmu minuman."

"Iya. Terima kasih."

Setelah tersenyum pada kata-kataku, Shiina berjalan menuju dapur.

Aku memang haus, jadi aku berterima kasih.

...Iya, alasan untuk itu adalah karena kesalahan Shiina.

"Kamu lebih suka yang mana, teh oolong atau jus jeruk?"

"Tolong, teh oolong saja."

"Oke~!"

Aku mendengar suara berkepanjangan datang dari arah dapur.

Aku mencari sumber suara dan melihat Shiina dengan punggungnya menghadap ke arahku, melompat-lompat dengan kedua tangannya terulur.

...Apa-apaan ini.

"Fmm, fmm."

Uluran tangannya tertuju pada sebuah lemari yang lebih tinggi darinya.

Dia menyentuh cangkirnya sedikit akan tetapi tidak mampu untuk mengeluarkannya.

Maksudku, itu berbahaya. Dia akan tidak tahu ketika peralatan makannya akan turun.

Aku tidak punya pilihan selain bangkit dan menuju ke dapur.

"Ini, apa ini yang ingin kamu ambil?"

"Ah. Terima kasih, Senpai..."

Aku merentangkan lenganku dari belakang Shiina, mengeluarkan cangkir yang dia raba-raba dan menyerahkan cangkir itu padanya.

Karena beberapa alasan, Shiina tampak merasa malu saat dia menerima cangkir itu.

"Sen-Senpai. Aku kan sudah bilang padamu serangan mendadak itu pelanggaran..."

"Apa? Yang tadi itu juga dihitung sebagai serangan mendadak?"

"Tentu sajalah! Tidakkah kamu tahu kalau hati seorang gadis itu lembut dan murni?"

"Jangan mengatakannya seenakmu."

Aku membalas pada Shiina yang sedang marah itu.

Iya, kebanyakan gadis mungkin memang begitu, tetapi menurut pendapatku ada sesuatu yang berbeda kalau yang mengatakan hal itu adalah dirinya.

"Kamu tidak cukup perhatian, Senpai! Untuk seorang cewek peka sepertiku, kamu itu bagaikan sebuah badai!"

"Jujur deh. Aku tidak merasa kalau aku seperti itu."

"Bukan cuma sekadar badai! Ini sebuah bencana, sebuah bencana."

"Aku cuma mau membantu Shiina kok, soalnya tadi aku lihat kamu sedang kesulitan."

"I-Itu mungkin benar, akan tetapi...Muuuuu, untuk sekarang, tolong perhatikan apa yang kamu lakukan! Kamu tidak boleh melakukan itu pada cewek-cewek lain dengan entengnya..."

"A-Aku mengerti. Aku akan mulai berhati-hati dari sekarang..."

Aku kira itu berlebihan, tetapi itu memang sangat ampuh sampai-sampai aku secara refleks menerimanya.

Jika dia bilang begitu, aku harap Shiina juga melakukan sesuatu dengan sikapnya yang memelukku dengan begitu entengnya...

"Ka-Kalau begitu, aku akan bawakan minuman dan makanan ringannya, jadi tolong balik saja dulu ya."

"Ah, aku lebih suka membantumu..."

"Senpai~?"

"...Maaf."

Aku meminta maaf pada Shiina, yang memintaku dengan senyuman itu bukanlah tersenyum, dan pergi kembali ke meja ruang tamu.

Aku memang mengatakan ini di luar kebaikan hatiku, tetapi Shiina tampaknya tidak setuju denganku. Mungkin aku seharusnya lebih berhati-hati ke depannya.

Hmmm.... sebentar, aku harus berhati-hati dalam hal apa ya...

"Nih, Senpai. Aku bawakan kamu tehnya."

"Ah. Terima kasih, Shiina."

Shiina datang kembali dengan membawa dua cangkir teh dan beberapa kukis imut di atas nampan.

"Mari kita beristirahat dulu sejenak."

"Tentu."

Aku menjauhkan buku paket dan buku catatanku dan meletakkan nampannya di ruang yang kosong.

Lalu Shiina duduk di sebelahku lagi.

"Selamat makan."

"Fufu, silakan dimakan~."

Setelah menyesap teh oolong-nya, aku mengambil satu potong kukis.

"Oh, ini enak."

"Iya kan♪? Itu merupakan kukis favoritku akhir-akhir ini!"

"Begitu ya. Aku suka itu."

"Aku senang kalau kamu suka juga."

Shiina juga tersenyum bahagia saat dia mengambil satu dari kukis itu.

"Apakah Shiina sangat suka makanan manis dan ringan?"

"Itu benar~. Tetapi aku tidak bisa makan sebanyak itu karena itu akan tampak jelas dalam perutku segera."

"Begitu ya? Aku rasa tidak masalah kalau kamu punya sedikit lagi lemak di tubuhmu."

"Kamu tidak mengerti, Senpai. Kamu tidak bisa hidup di dunianya para gadis dengan pemikiran naif seperti itu."

"Me-Memangnya begitu ya...?"

"Iya. Susah tahu jadi cewek!"

Kata Shiina dengan bangganya, sambil membusungkan dadanya. Hmmm.... Bahkan kalau dia bilang begitu....

Aku mengambil lengan Shiina dengan tanganku selagi dia duduk di sebelahku.

"Hiyah!?"

"Dengan lengan sekerempeng ini. Aku sedikit khawatir denganmu, Shiina."

"–!"

"Ada apa? Shiina."

"Ti-Tidak ada apa-apa kok! Cuma tolong lepaskan saja lenganku! Aku akan tertular kumanmu!"

"Kamu tidak boleh sejahat itu..."

Itu jelas menusuk sampai ke jantung. Aku belum pernah diperlakukan seperti kuman, bahkan saat masih SD.

Sedikit komentar dari Shiina tadi itu amat menyakitkan buatku.

"Lagian, kamu juga sudah menempelkan dirimu padaku sebelumnya."

"I-Itu... merupakan pelecehan seksual disentuh oleh Sen-Senpai begitu!"

"Bukankah itu terlalu tidak beralasan?"

"Kalau kamu memang benar-benar ingin menyentuhku, Senpai. Kamu bisa menyuruhku untuk melakukannya. Aku mau kok menempel dengan Senpai."

"Ada apa dengan sistem misterius ini?"

Mengapa aku harus memberikan semacam perintah aneh pada Shiina setiap waktu?

Bukan, aku tidak merasa kalau ada situasi di mana aku mungkin akan mau menyentuh Shiina duluan.

Tetapi aku tidak bisa apa-apa. Aku cuma bisa diberi tahu untuk sadar diri.

Meskipun Shiina memiliki banyak kesulitan, dia hanyalah cewek biasa.

"...Aku mengerti. Maaf karena telah menyentuhmu dengan begitu santainya."

"Se-Selama kamu mengerti."

Shiina berbalik arah sambil mengatakan ini dan memasukkan satu kukis lagi ke mulutnya.

Aku juga memakan satu kukis lagi dan meminum secangkir teh lagi.

Waktu berlalu tanpa adanya percakapan apapun, kami berdua cuma memakan kukis dan meminum teh.

Ketika aku selesai memakan kukis terakhir, Shiina membuka mulutnya.

"Karena kita sudah sampai sini, bisakah kita beristirahat sedikit lebih lama lagi?"

"Aku tidak keberatan, tetapi kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh."

"Tidak masalah. Aku akan bekerja keras setelah istirahat ini."

Aku mengeluh di dalam hati saat Shiina berkata dengan suasana hati yang baik dan menjawab.

Kemudian, Shiina membalikkan seluruh tubuhnya ke arahku dan mulai berkata.

"Senpai, bisakah kamu membalikkan tubuhmu ke arahku dengan posisi itu?"

"Hmm? Begini?"

Aku duduk berlutut dan membalikkan tubuhku ke arah Shiina seperti yang dia minta.

"Maaf mengganggu♪."

"Apa?"

Tanpa basa-basi, Shiina menyandarkan kepalanya pada kakiku.

Shiina membaringkan punggungnya ke kakiku. Itulah yang biasanya dikenal dengan bantal pangkuan.

"He-Hei. Apa yang kamu lakukan, Shiina?"

"Kamu ini bicara apa, ya aku sedang beristirahat lah."

"Mengapa kamu menggunakan pangkuanku sebagai bantal?"

"Karena ini tampaknya bantal yang paling nyaman."

"Kamu..."

Setelah tersenyum dengan gembira, Shiina memejamkan matanya, membaringkan tubuhnya, dan mulai tertidur dengan gembira.

Apa yang ingin cewek ini lakukan?"

"💤... 💤..."

"Dia benar-benar tertidur."

Shiina dengan pelan bernapas dalam tidurnya... Wajah tidurnya benar-benar imut...

Aku juga seorang siswa SMA yang sehat, tetapi Shiina tidak punya rasa bahaya sama sekali di depanku.

"Benar-benar kouhai yang merepotkan."

Aku bergumam pada diriku sendiri saat aku membelai rambut Shiina.

Setelah aku mulai membelai rambutnya, aku mengingat apa yang katakan sebelumnya. ....Begitulah, paling tidak, sebentar saja tidak masalah, bukan? Dia sedang tertidur.

Rambut Shiina sangat lembut dan jujur saja, itu benar-benar nyaman untuk dibelai.

"Mmm..."

Shiina mengeluarkan sedikit suara dan menggerakkan tubuhnya... Apa kamu benar-benar tertidur?

Aku memeriksanya sejenak, tetapi tidak ada yang tidak biasa, dan dia mulai bernapas dengan pelan saat dia tertidur lagi.

Setelah memastikan ini, aku juga mulai membelai kepala Shiina lagi.

Aku merasa kalau mulut Shiina telah melonggar sedikit saat dia tidur dengan gembira.


←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama