Takane no Hana no Imakano wa, Zettai Motokano ni Maketakunai you desu [WN] - Seri 1 Bab 24 - Bahasa Indonesia - Lintas Ninja Translation

Bab 24
Untuk Mengabaikan Keraguan

–Secara tidak langsung, aku mendengar bahwa ketika Asatani-san kembali ke rumah bersama teman-temannya, dia didekati oleh seorang siswa (laki-laki) dari sekolah yang berbeda.

Seorang teman dari Asatani-san dengan nada bercanda, bilang kalau dia harus memiliki pacar dan membiarkan sang pacar itu melindunginya. Waktu itu, Asatani-san membalas,

"Aku benar-benar tidak bisa memutuskan untuk memulai hubungan karena alasan itu. Aku tidak ingin menyebabkan masalah pada seseorang, jadi aku harus melakukan yang terbaik. Aku juga seorang pelari yang cepat."

Dia bilang begitu dengan senyuman, seolah-olah untuk menghibur teman-temannya yang khawatir.

Meskipun kejadian festival musim panas terjadi, itu tidak berarti bahwa dia menjadi tidak nyaman dengan para lelaki secara umum. Pastinya ada banyak lelaki di set sinetron, tetapi tidak ada yang tidak wajar dari pertunjukan Asatani-san.

Dia tidak ingin orang-orang khawatir tentangnya. Aku termasuk ke dalam lingkaran (orang-orang) itu, dan aku yakin bahwa saat ini itu masih sama.

(Menunggu seseorang untuk muncul? Mereka pasti memiliki tindak balasan yang bagus, bukan? Begitulah yang seharusnya....)

Mungkin aku memiliki mimpi seperti itu karena Takadera mengirimiku pesan ketika aku sedang tidur.

Aku hanya pergi ke rekaman publik Asatani-san sebagai seorang penggemar, tetapi itu hanya aku yang membuat-buat alasan karena aku tidak dapat membuat tiket itu – Aku tahu aku seharusnya tidak melakukan ini ketika aku baru saja mulai berpacaran dengan Takane-san.

Asatani-san mungkin akan menyelesaikan pekerjaannya tanpa kejadian apapun dan pergi. Dia mungkin bereaksi pada komentar seseorang di internet yang khawatir tentangnya, mengatakan kekhawatiran mereka tidak diperlukan karena ada banyak orang yang akan memastikan Asatani-san bisa bekerja dengan aman.

Aku tahu bahwa memberikan alasan seperti itu untuk tidak pergi hanyalah aku yang membuat-buat alasan lagi.

Aku ingin dibenarkan dalam mengabaikan tiket yang telah diberikan padaku. Aku hanya ingin meyakinkan diriku bahwa itu wajar bagiku untuk tidak pergi.

Jika Nakano-san yang pergi ke rekaman publik, Asatani-san mungkin akan senang karena temannya datang untuk mendukungnya, dan itu tidak masalah. Lagipula aku tidak memenangkan tiket itu juga. Aku bahkan tidak berencana untuk pergi.

Baru saja saat aku mengambil keputusanku, aku menerima pesan lainnya.

–Itu berasal dari Nakano-san. Aku sudah bisa membayangkan isinya bahkan sebelum aku melihatnya.

[Sudah lama sejak aku mendengar kabar darimu. Tentang permintaan yang aku minta padamu, dapatkah kamu melakukannya?]

"...Tidak untuk kali ini..."

Aku tidak bisa apa-apa selain berpikir bahwa itu akan licik bagiku untuk tidak memberi tahunya ketika dia adalah orang yang memberiku tiket itu.

Bagaimana jika dia memutuskan untuk melakukan ini ketika dia memberikan itu padaku? Aku harus bertanya pada Nakano-san – Apakah dia berpikir bahwa Asatani-san akan memintanya untuk memberikanku tiket itu? Atau apakah Asatani-san sebenarnya mengatakan itu?

[Aku memang menantikan rekaman publik Noarin, tetapi sesuatu yang penting muncul.]

[Aku rasa teman-teman Noarin akan melihat itu juga, tetapi aku masih belum benar-benar mengenal mereka.]

[Jadi, aku harap Nagisen bisa pergi sebagai gantinya.]

[Lihat, kita berada di klub yang sama, dan aku memiliki alamat kontakmu, jadi aku bisa mengobrol denganmu kapanpun aku mau.]

[Ah, aku tahu kalau Nagisen sudah semakin dekat dengan Takane-san, aku akan pastikan untuk berhati-hati.] (TL Note: "Berhati-hati" ini ambil dari idiom "Reading the Room" (makna harfiah: membaca ruangan), maknanya akan atau menjadi sadar akan pendapat dan sikap dari sekelompok orang yang dibicarakan.)

[Haruskah aku merahasiakannya? Atau apakah tidak masalah jika aku memberi tahunya?]

[Tidak apa-apa, kita teman sekelas, dan Takane-san dan Kiri-chan sepertinya sudah akrab dengan baik.]

"Dia bahkan tidak berhati-hati...."

Mengapa dia melakukan sejauh ini yang keluar dari jalurnya untuk membuatku pergi ke rekaman publik? Aku yakin Nakano-san menyadari bahwa dia sedang melakukan sesuatu sehingga aku tidak bisa apa-apa selain mencurigai.

Yamaguchi-san, Inagawa-san dan Nakano-san tampaknya mungkin masih belum mengenal satu sama lain dengan baik, tetapi, hanya karena Nakano-san terlambat bergabung dalam kelompok Asatani-san, yang telah dibentuk sebelumnya di awal tahun ajaran, bukan berarti akan ada keretakan di antara mereka.

Aku memiliki pemikiran bahwa aku tidak mungkin dapat mengobrol dengan Nakano-san saat SMA. Jadi wajar saja jika aku tidak akan mengetahui apa yang sedang dia pikirkan.

Aku yakin dia memiliki semacam hal yang terjadi. Aku tidak tahu apakah itu setelah mengobrol dengan Asatani-san atau apakah itu merupakan ide Nakano-san sendiri.

Takane-san dan Asatani-san tampaknya berada dalam hubungan yang baik satu sama lain, bukan Nakano-san saja yang berpikir begitu. Bahkan jika kenyataannya itu rumit, itu sendiri saja bukanlah sesuatu yang mesti dikhawatirkan.

Di akhir pesan Nakano-san, dia mengirimkan sebuah stiker yang bertuliskan "tolong". Aku harap aku bisa mengumpulkan surat permohonanku untuk ke klub pekan depan bukannya kemarin, tetapi itu sudah terlambat.

"Pergi ke sana tanpa ketahuan lalu pulang... Itulah semua yang harus kulakukan."

Aku berada di sana menggantikan Nakano-san, itulah sesuatu yang dapat aku katakan nanti. Nakano-san juga bisa memberi tahu mereka sebagai gantinya.

–Aku akan meminta Takane-san, dan jika dia memberi tahuku untuk tidak pergi, aku tidak akan pergi.

Tetapi jika aku bertanya pada Takane-san, bukankah itu bertingkah manja?

Pergi untuk berjumpa 'mantan pacar'-ku hanya setelah mendapatkan izin dari 'pacar'-ku'yang sekarang', itu hanya –

"Nakkun, mari kita membuat sarapan bersama. Apakah kamu masih tidur?"

"Aku sudah bangun."

Ketika aku menjawab, pintu terbuka dalam sekejap. Kak Ruru berjalan menuju kamarku dan tersenyum padaku seolah-olah dia sedang bermasalah.

"Mengapa kamu tampak begitu serius di pagi hari? Apakah kamu bermimpi tentang film horor yang kita tonton tadi malam?"

"...Aku bermimpi, tetapi itu benar-benar bukan seperti itu."

"Ah, kamu lebih jujur dari yang Kakak kira. Ketika Nakkun memiliki tampang itu di wajahmu, kamu tidak bergantung pada kakakmu. Jika kamu khawatir tentang sesuatu, kamu tahu kalau kamu selalu dapat membicarakannya dengan Kakak, bukan?"

"Tidak, ini masalahku."

"Itu tidak masalah.... iya kan? Kamu benar-benar khawatir, iya kan?"

Tidak seperti Kak Ruru yang biasanya, dia tidak mengatakan apapun untuk menjahili atau menggodaku.

– Ngomong-ngomong soal hal yang tidak bisa aku apa-apakan, aku selalu membuat Kak Ruru khawatir.

Sambil membuat sarapan, aku memberi tahunya tentang tiket yang Nakano-san berikan padaku.

".... Kalau begitu Nakkun, bukankah ini apa yang mereka sebut dengan, sebuah pengaturan....?"

"Mendeskripsikannya begitu itu..."

"Nakkun itu terlalu berhati lunak. Mungkin kamu telah menghindari pemikiran tentang itu dengan cara begitu."

"Aku tidak mengerti mengapa Nakano-san akan melakukan hal semacam itu, dan aku tidak berpikir kalau Asatani-san bermaksud untuk melakukannya sejauh itu. Apakah aku akan pergi atau tidak..."

"Jika Kakak adalah Kiri-chan, Kakak akan senang jika Nakkun menyaksikan Kakak. Namun, Kakak yakin kalau Kakak tidak bisa meyakinkanmu untuk membayangkan itu secara paksa."

Asatani-san akan bahagia jika aku berada di sana. Aku akan jadi orang bodoh jika aku membayangkan hal semacam itu, apalagi ketika itu Kak Ruru yang mengatakannya.

".... Tetapi, kamu khawatir tentang beberapa hal, iya kan? Kalau begitu, Kakak rasa kamu lebih baik pergi. Jika kamu penasaran apakah kamu harus memberi tahu Takane-san, Kakak rasa akan lebih baik untuk dirahasiakan.... Tetapi Nakkun, kamu berpikir bahwa itu adalah sebuah pengkhianatan, iya kan?"

Sebetulnya, ini bahkan bukanlah sebuah pertanyaan dari keraguan. Aku seharusnya tidak khawatir dengan tanggal kadaluarsa dari tiket itu dan seharusnya hanya mengabaikan itu sebagai sesuatu yang tidak akan gunakan.

Dan saat ini, aku tidak dapat melakukan itu. Itu seperti aku masih memiliki perasaan untuk Asatani-san. Ini adalah sebuah pengkhianatan yang seharusnya tidak aku lakukan terhadap Takane-san.

"Mendengar apa yang terjadi.... Kakak tidak bisa menghentikan Nakkun bahkan jika kamu bilang bahwa kamu akan pergi.... Nakkun itu cowok yang baik, jadi Kakak yakin kalau kamu akan pergi. Tetap saja, akan jadi sangat buruk untuk pergi setelah memberi tahu Takane-san."

"Iya, aku tahu..."

"Tetapi Kakak masih berpikir akan lebih baik untuk pergi. Jika Nakkun tidak pergi dan menyesalinya bahkan sedikit, Kakak rasa itu akan lebih menyakiti Takane-san."

–Mengapa Kakak mendorongku untuk pergi?

Dia bisa saja hanya mengusirku dan bilang kalau aku harus mengambil keputusan sendiri. Mengapa itu menggangguku.

"Mengapa kamu tidak memberi tahu Takane-san dengan benar, pergi menemui Kiri-chan, dan kemudian datang kembali? Itu tidak seperti kamu tidak bisa datang kembali jika kamu pergi."

"Tetapi, apa gunanya berkeliaran sekarang..."

"Kamu perlu mengatur perasaanmu, Nakkun. Kakak tidak tahu apa yang terjadi, tetapi kamu dicampakkan. Tetapi itu tidak seperti Kiri-chan tidak menyukaimu, sebenarnya dia mungkin masih–."

"Itu tidak mungkin! Tentu saja tidak mungkin!"

"Kalau begitu Kakak rasa ini akan membuktikan kenyataannya. Nakkun hanya akan berjumpa 'Kiritani Noa'. Kamu tidak berada di sana untuk berjumpa dengannya karena kamu masih menyukai 'Kiri-chan'."

Kak Ruru mengatakan itu, dan lalu melihat ke jam dinding. Itu sudah pukul 8 pagi lebih sedikit. Itu belum selama yang aku bayangkan sejak aku bangun.

"Pikirkan tentang itu sedikit lagi dan jika kamu masih memutuskan itu bukanlah ide bagus untuk pergi, kamu bisa memberikan tiket itu pada Kakak. dengan begitu, tiket itu tidak akan terbuang sia-sia."

"Kak Ruru..."

"Kakak tahu kalau Kakak mengatakan banyak hal yang sangat buruk dan Nakkun hanya ingin memperhatikan pacarnya yang sekarang... Itulah mengapa, Kakak juga merasa bertanggung jawab."

Tidak perlu bagi Kak Ruru untuk merasa bertanggung jawab untuk apapun. Aku hanya seorang adik yang benar-benar tidak bersyukur karena aku merasakan selama  beberapa saat bahwa aku seharusnya tidak berkonsultasi padanya.

"Aku akan mencari tahu jawabannya sendiri. Dan entah aku akan pergi atau tidak, mungkin aku akan memberi tahu Takane-san."

"Iya.... Kalau begitu, mari kita makan."

Kak Ruru mulai menyantap sarapan paginya. Ketika kami membuatnya, aku sedang dalam keadaan linglung, tetapi ketika aku menatap lebih dekat, aku melihat bahwa itu semua adalah makanan favoritku, yang mana aku jarang membuatnya di pagi hari.

Kepada emosi yang telah mengalir di udara dan tidak punya tempat untuk pergi, aku menginginkan jawaban.

Aku dapat memikirkan banyak alasan mengapa Asatani-san mencampakkanku. Bahkan jika aku jatuh cinta dengan seseorang lagi, aku tidak tahu apakah perasaanku akan menjangkaunya.

–Aku menyukai Takane-san.

Itulah mengapa aku tidak bisa berbohong padanya. Bahkan jika aku tidak mengetahui apakah dia akan menerima kata-kataku bahwa aku ingin dia percaya padaku.


←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama