Takane Zettai Motokano - Seri 1 Bab 23 - Lintas Ninja Translation

Bab 23
Kembang Api Malam Musim Panas

Pada awalnya, aku tidak tahu kalau Asatani-san itu 'Kiritani Noa'.

Ketika aku pertama kali mendengar nama panggungnya, aku masih tidak menyadari kalau dia dia adalah seorang selebriti sungguhan dan apa artinya itu?

-Gadis itu, bukankah dia imut?

-Aku merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat.... Eh, bukankah itu Kiritani Noa?

-Eh, gadis dari iklan komersial itu? Tidak mungkin, kami hidup di tempat yang sama.

Hari itu, aku sedang di festival musim panas bersama teman-temanku – Teman-temanku telah pergi karena mereka melihat seorang gadis dari kelas, jadi aku berjalan sendiri di kerumunan.

Itu terdengar terlalu jelas untuk dibilang salah dengar bagiku.

Aku lalu mendengar kalau Asatani-san terpisah dari teman-temannya dan berjalan sendirian. Dia sudah menjadi cukup terkenal untuk didekati oleh para penggemar dalam waktu yang singkat itu.

Tiga orang anak laki-laki, yang tampaknya sedang dalam masa SMA-nya, mengobrol dengan Asatani-san – dia tampak bingung.

Pada waktu itu, aku sudah bergerak. Kami saling mengenal satu sama lain dengan cukup baik. Aku berhenti di sini karena aku merasa jika kami telah pergi lebih jauh lagi, jadi aku memberi tahu mereka kalau dia ikut bersamaku – Aku menarik tangan Asatani-san yang membeku, berbaur dengan kerumunan, keluar dari sana dan pindah ke tempat yang aku rasa cukup aman untuk mengobrol.

Kami berada di taman. Kami dapat dengan jelas melihat yang dikerumuni oleh kios-kios makanan. Aku berhenti di sini karena aku merasa kami telah pergi lebih jauh, tidak akan ada titik untuk datang ke festival.

"Festivalnya hebat, bukan? Aku tidak tahu kalau itu akan sangat ramai."

Asatani-san masih kelas delapan ketika dia pindah ke sini. Dia tidak pergi ke festival sebelumnya. Dia bilang itu karena waktu itu masih belum memiliki teman.

"Aku rasa aku harus memakai kacamata hitam atau sesuatu. Aku mengenakan pakaian normal, aku kira itu tidak akan menonjol."

Aku tidak tahu harus bilang apa. Asatani-san tidak melakukan kesalahan, tetapi aku tahu, mengatakan itu tidak akan dapat menghiburnya.

"...Aku telah menyebabkan masalah bagi Senda-kun. Aku kira aku akan mampu untuk menangani orang-orang seperti itu sendiri tetapi ketika mereka meneriaki nama panggungku dengan keras, pikiranku benar-benar kosong."

Kami duduk di bangku taman di mana tidak ada lampu jalan, jadi aku tidak bisa melihat ekspresi Asatani-san dengan jelas.

Tetapi aku bisa tahu dari sikapnya kalau dia sedang menangis.

Dia selalu mendapatkan perhatian dari semua orang di sekitarnya, dan dia memiliki kekuatan yang menentang ekspektasi dan tekanan.

Tetapi kemudian aku menyadari bahwa dia tidak bisa selalu tetap kuat.

"...Ketika kamu sedang libur kerja, ya kamu sedang libur kerja. Aku harap orang-orang akan lebih peduli lagi tentang itu. Asatani-san yang saat ini itu berbeda dari yang di televisi."

Itulah semua yang bisa aku katakan untuk menyampaikan apa yang aku pikirkan. Jika mereka sudah melihatnya, tetapi pura-pura tidak memperhatikan, Asatani-san tidak harus kabur.

"Tetapi karena kejadian seperti ini, sayang sekali tidak bisa melihat festivalnya."

Dia tidak akan mampu untuk membawa dirinya  kembali ke tempat yang ramai lagi.

"...Senda-kun."

"Asatani-san, ada sesuatu yang ingin kamu makan?"

"Eh... Apakah itu tidak apa-apa? Senda-kun mentraktirku?"

"Iya, aku akan mentraktirmu apapun yang kamu mau. Aku akan kembali lagi setelah aku membelinya."

"...Terima kasih, jika kamu melakukan itu, kalau begitu, Kakak akan mentraktirmu."

"Eh..."

"Meskipun aku terlihat seperti ini, bukankah kamu berpikir kalau aku memiliki lebih banyak uang saku dari seorang pelajar SMP pada umumnya?"

Dengan begitu, Asatani-san mengeluarkan dompetnya dari sakunya dan memberikanku sejumlah uang.

"Ah... Ma-maafkan aku. Tidak aman untuk membawa uang di luar terlalu banyak. Aku hanya membawa 2.000 yen saat ini."

"Hahaha... Kalau begitu aku memiliki lebih banyak uang daripada kamu."

"Hmm, jumlah uang saku? Biasanya aku akan memilikinya lebih banyak darimu saat aku sedang bekerja."

"Jika Asatani-san menjadi serius, aku memang tidak cocok denganmu, tetapi sepertinya kita harus bayar sendiri-sendiri hari ini."

"Ah, aku berusaha untuk keren, tetapi aku benar-benar payah... Kamu pasti merasa jijik, Senda-kun."

"Tidak sama sekali. Tetapi aku senang kamu sudah merasa baikan."

*wuusy*

–Pada saat ini, aku dapat mendengar suara siulan melalui udara.

Kembang api putih bermekaran di langit malam. Kembang api itu terus menyala, berhamburan menjadi cahaya berwarna-warni, dan pohon dedalu tangis (weeping willow) membuat suara berderak.

"...Aku penasaran apakah orang-orang menyaksikan ini di suatu tempat?"

"Iya... Mereka bilang kalau mereka akan menyaksikannya dari tempat yang lebih tinggi."

"Senda-kun, kamu juga terpisah dari teman-temanmu. Maafkan aku."

"Terpisah kamu bilang, tetapi mereka... Aku rasa mereka hanya bersemangat dengan festivalnya."

"Fufu, aku mengerti."

Sekali lagi, kembang api meletus, dan cahayanya menerangi sosok Asatani-san.

Itu seolah-seolah gadis yang kamu lihat di film-film baru saja melangkah keluar. Aku kira itu seperti adegan dari sebuah film – dan aku tahu kalau itu tidaklah sesuai buatku untuk memainkan sisi lain.

"...Aku penasaran akan terlihat seperti apa kembang api itu dari sebuah teleskop."

Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku hanya bisa menatap ke sosok Asatani-san.

Aku merasa aliran waktu melambat. Suara dan cahaya dari kembang api tampaknya berulang-ulang sendiri selamanya.

Asatani-san menatapku. Dia menyeka air matanya, menunjuk ke langit – dan tersenyum.

Pada saat itu terasa bahwa sesuatu pasti telah berubah di dalam hatiku.

Dia itu istimewa (spesial). Dia berbeda dari orang-orang lainnya. Itulah yang aku pikirkan.

Peristiwa seperti itu hanyalah ingatan yang sepele yang melewatiku.

Tetapi itu adalah salah satu dari ingatan yang telah aku kumpulkan sampai aku jadi menyadari perasaanku terhadap Asatani-san.

Saat aku terbangun, pemikiran pertamaku adalah mengapa aku memiliki mimpi seperti ini setelah bertahun-tahun?

Tidak ada perasaan yang tertinggal. Aku sudah mulai tertarik pada Takane-san. Aku bisa bilang dengan jelas sekarang, bahkan jika Asatani-san bertanya.

–Ketika dia bilang dia akan mendukungku dan Takane-san, aku penasaran akan seperti apa Asatani-san.

Takane-san bilang kalau itu mungkin karena dia (Asatani-san) merasa dia harus. Dia mungkin berpikir kalau itu akan membuatku lebih nyaman.

Tetapi jika aku belum mendengar itu, aku mungkin tidak perlu memikirkan tentang ini.

Mungkin aku seharusnya mengobrol dengan Asatani-san lagi.

Itu memang kesalahan yang sangat jelas dan terlalu sadar diri dariku. Tidak mungkin kalau pikiran Asatani-san telah berubah setelah mengetahui tentang (hubungan) diriku dan Takane-san.

Tiket itu masih ada di mejaku, terbalik. Waktu tepat untuk rekaman publik itu adalah hari ini pukul 2 siang. Setelah waktu itu, kartu ini bukan apa-apa selain secarik kertas.

'Aku ingin memberi tahu Nagi-kun kalau aku mendukung hubunganmu dengan Takane-san.'

"...Bahkan jika kamu berkata begitu..."

Saat waktu terus berlanjut, aku pikir itu adalah sesuatu yang akan aku lupakan. Meskipun aku bertemu dengannya setiap hari, aku pikir itu akan menjadi semakin mengurangi rasa sakit.

Tetapi ketika dia bilang 'aku mendukungmu', aku tidak bisa apa-apa selain memikirkan tentang itu.

Asatani-san, dia tidak mencampakkanku karena dia tidak suka padaku. Jika begitu kenyataannya, kalau begitu mendukungnya sebagai seorang penggemar tentunya akan sesuai.

Itu hanyalah tata krama sosial. Aku tidak mau mantanku melekat denganku, itu pemikiran yang normal.

Aku hanya merasakan kewajiban untuk melihat rekamannya karena aku telah menerima tiket ini.

Aku pikir hari ini aku akan tetap di rumah sepanjang hari. Bahkan, jika aku sedang tidak ada di rumah, aku tidak berpikir aku akan menuju gedung stasiun di mana rekaman publik itu dilaksanakan.

Aku bisa bilang ke Nakano-san kalau aku tidak bisa. Tidak ada yang memaksaku – Atau begitulah yang aku pikirkan.

Aku menerima sebuah pesan. Itu dari Takadera – Itu telah masuk di tengah malam ketika aku tidur terlelap.

[Aku dengar bahwa Noarin akan merekam sebuah acara radio besok.]

[Sesuatu muncul di jadwalku. Ada orang-orang yang bilang kalau mereka akan menunggu Noarin muncul setelah rekaman.]

[Aku sudah dengar kalau seseorang telah menyebabkan masalah pada acara (events) sebelumnya. Aku harap mereka telah memiliki pengamanan yang bagus, hanya untuk jaga-jaga.]

[Senda, kamu itu dekat dengan Asatani-san, bukan? Jadi aku berpikir kalau aku akan memberi tahumu.]

[Hei, apakah kamu sudah tidur? Mengapa kamu tidak tidur sedikit lebih telat karena ini kan hari libur? Terasa sepi ketika hanya aku saja yang terbangun. Apakah kamu yakin kalau kamu tidak hanya akan membiarkan pesanku tidak dibaca.]

Pesan itu terus-menerus masuk dan diakhiri dengan, [Terus awasi.]

Aku mematikan layar ponselku dan meletakkannya di mejaku.

Setelah festival musim panas itu – sejak menjadi terkenal perilaku Asatani-san telah berubah sedikit dari yang sebelumnya.

Kapanpun sekelompok anak laki-laki yang selalu ceria dan riuh di kelas mendekati Asatani-san dan teman-temannya, dia sudah tidak lagi aktif dalam percakapan itu. Bahkan ketika dia meminta untuk mengobrol, dia hanya akan tersenyum dengan penuh perhatian dan tampaknya mengobrol dengan syarat, tidak banyak seperti sebelumnya.

Ketika dia bersama anggota klubnya, dia sepertinya jadi lebih santai. Cara dia memperlakukanku juga belum berubah. Aku menafsirkan itu melalui penyaringan interaksi di antara klub membaca dan klub astronomi, dan Asatani-san sepertinya tetap sama seperti sebelumnya.

Aku tidak pernah berpikir kalau aku istimewa. Tetap saja, meskipun peluangnya sedikit, aku senang karena Asatani-san merasa nyaman mengobrol denganmu.


←Sebelumnya              Daftar Isi             Selanjutnya→


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama