Takane Zettai Motokano - Seri 1 Bab 19 - Lintas Ninja Translation

Bab 19
Gaya Berbeda

Takane-san memberi tahuku apa yang dia dan Asatani-san obrolkan selama tes kebugaran fisik.

Aku terkejut mendengar bahwa Asatani-san telah berkata begitu, tetapi aku tidak merasa itu tidak mungkin.

"Maafkan aku, Nagito-san... Aku mendengar banyak dari Asatani-san ketika kamu tidak berada di sana."

"Ah, tidak, itu benar-benar tidak masalah."

Aku mendengarkannya sambil makan bekal makan siangku karena waktu istirahat hampir saja berakhir. Rasanya lebih sulit untuk terdeteksi dari biasanya.

Takane-san telah menentukan prioritasnya untuk mengobrol denganku. Akhirnya, dia membuka kotak bekalnya, itu menggemaskan.

"Em... Aku tidak terbiasa dengan ini jadi aku agak merasa malu..."

"Kotak bekal Takane-san itu luar biasa. Itu tampak seimbang dan lezat."

"Ah, iya... dan kotak bekal Nagito-san tampak sangat cowok."

"Aku terburu-buru pagi ini jadi aku hanya memasukkan sisa kemarin di kotak bekalku. Kakakku membuat tamagoyaki juga, yang mana juga aku ambil untuk sarapan pagiku."

(TL English Note: Tamagoyaki = telur gulung Jepang.)

Saat kami berdua (aku dan kakakku) mengambil giliran untuk membuat isi kotak bekal kami, kami berdua mulai mengerti bekal makan siang seperti apa yang bisa kami bawa ke sekolah. Kami tidak memotong ujungnya terlalu banyak, dan kami tidak membuat apapun yang begitu rumit sehingga kami akan kelelahan. Begitulah kotak bekal keluarga Senda.

Terkadang, ketika Kak Ruru termotivasi, dia akan membuatkanku bekal berbentuk karakter. Ketika itu terjadi, aku harus membuka kotak bekalku sembunyi-sembunyi. Dia lalu akan memintaku mengambil gambar dan mengirim itu padanya, yang mana itu agak kesulitan untuk mengatakan itu setidaknya.

"Apakah tamagoyaki kakakmu makanan favoritmu, Nagito-san?"

"Itu hanya bekal yang standar, tetapi aku menyukai tamagoyaki yang tidak terlalu manis."

"Aku mengerti..."

Aku bisa bilang kalau Takane-san memikirkan dengan hati-hati tentang cara untuk memunculkan topik. Aku ingin menenangkannya, tetapi aku tertangkap basah. Begitulah ketika itu terjadi.

Takane-san mengeluarkan ikat rambut dan meletakkannya di mulutnya. Lalu dia mengumpulkan rambutnya dengan tangannya dan menggunakan ikat rambut itu untuk mengikatnya. Aku rasa dia tidak ingin itu menghalangi ketika dia makan.

Baginya, itu adalah sikapnya setiap hari, tetapi  bagiku – tidak tahu mengapa, tetapi aku harap aku bisa melihatnya lagi.

"Di dalam kotak bekal ini... apakah ada sesuatu yang kamu suka...?"

"Oh... maaf. Aku hanya menatapnya..."

"Tidak apa-apa untuk... melihatnya... Ah, tetapi sayur-mayurnya sudah agak layu..."

Dia terlalu gugup untuk memperhatikan kalau aku tidak melihat ke kotak bekal itu, tetapi ke Takane-san yang mengikat rambutnya.

Ketika aku ditunjukkan kotak bekal itu lagi, dia memiliki keseimbangan yang baik dari makanan goreng, sosis, dan sayur-mayur. Yang paling penting,  itu berbau enak.

"Gulungan daging ini dibuat menjadi nasi kepal. Aku mengisi isi dalamnya dengan nasi ketan..."

"Itu cukup rumit... Jam berapa kamu bangun untuk membuatnya?"

"...Ibuku membantuku, jadi aku hanya bangun dua jam lebih awal dari biasanya."

Jika dia dibantu, kalau begitu tidak ada keraguan kalau Takane-san telah membuat bekal itu.

Ini berarti bahwa sosis berbentuk gurita yang aku sangat penasaran untuk melihatnya juga dibuat oleh tangan Takane-san.

"Nostalgia bukan?... Sosis gurita dan sesuatu seperti kelinci apel. Dan melubangi sayur-mayur dengan bentuk bintang, ibuku biasa melakukan hal-hal itu juga."

"...Itu bagus kalau begitu. Aku kira jika aku akan melewati semua masalah itu, lalu aku ingin membuat bekal yang imut, tetapi aku hanya bisa berhasil membuat sesuatu seperti ini."

Dia sempurna baik di atletik maupun pelajaran, dan penampilannya memang sempurna. Fakta bahwa orang seperti Takane-san akan mau membuat bekal yang imut – Jika aku harus berkata sesuatu dari sudut pandang seorang pacar, itu akan menjadi bahwa daripada mengejutkan, dia terlalu imut.

"...Itu memalukan, bukan, menjadi siswi SMA dan membuat sosis gurita? Maaf, lain kali aku akan membuat bekal yang layak..."

"Tidak, tidak. Apa yang aku suka, atau sebaliknya, apa yang aku inginkan untuk makan, adalah sosis itu... Aku juga tertarik dengan nasi kepal yang dibungkus daging, sih."

"......"

Selagi Takane-san mencoba untuk menutup kotak bekalnya, aku mencoba untuk menghalanginya.

Mata Takane-san terlihat sedikit lembap. Itu tidak tampak seperti dia ingin menangis, tetapi dia sepertinya merenungkan sesuatu.

Dan saat ini, dia masih mengundangku untuk duduk. Apalagi, dia menanyakanku apa yang aku suka pada situasi ini. Itu berarti aku harus menjawabnya. Aku tidak bisa apa-apa selain merasa sedikit malu.

"...Apakah kamu yakin kamu mau sosis itu?"

"...Jika aku boleh."

Takane-san tersenyum, mengambil sumpitnya, dan menawarkanku sepotong sosis.

Dia mencondongkan tubuh di atas meja, tetapi dia tidak mendapati rambutnya berada dalam kotak bekal itu. Jadi ini semua sudah direncanakan oleh Takane-san.

Meskipun posisi kami berjauhan, masih ada siswa-siswi lain di teras. Walaupun begitu, Takane-san tampak tidak peduli dengan sekitarnya, dan aku tidak berpikir untuk menghentikannya.

Mulut Takane-san terbuka. Aku penasaran apakah dia ingin memberi tahuku untuk membuka mulutku. Ketika itu terjadi, aku  tidak punya pilihan lain selain patuh –

"Ah, apakah itu Takane-san yang duduk di sebelah sini."

"!!!!!!!"

"!!!!!!!"

Baik aku dan Takane-san terkejut di waktu yang sama – dari pintu menuju teras, kami bisa mendengar suara yang familiar.

Takane-san, yang telah duduk kembali, melihat pemilik dari suara itu dan memberikan lambaian kecil. Itu adalah Nakano-san, yang dulu berada di klub yang sama denganku sewaktu SMP.

"Nagisen bersama dengan Takane-san... Jadi keputusanku untuk datang sendiri memang tepat. Itu berbahaya..."

"Itu tidak berbahaya sih..."

Aku belum mengobrol dengannya sejak kami masuk SMA, jadi itu sudah cukup lama dan aku tidak tahu cara mengobrol dengannya.

Nakano-san tidak tahu tentang aku dan Asatani-san, tetapi tentang aku dan Takane-san... Lagi, aku memikirkan tentang siapa yang seharusnya diperbolehkan untuk mengetahui tentang hubunganku dengan Takane-san.

Beberapa orang sudah curiga dengan fakta bahwa kami telah bersama, tetapi melihatnya lagi, aku menyadari kalau penampilan Nakano-san telah berubah sedikit sejak SMP. Aku rasa itu mengejutkan karena itu dibutuhkan untuk menggelapkan rambut seseorang pada persiapan untuk ujian.

"Kiri-chan yang memperkenalkanku pada Takane-san, dan Takane-san sudah seperti teman bagiku. Bisakah aku dihitung sebagai bagian dari kru?"

"...Dengan arah seperti itu, kalau begitu itu tidak masalah."

"Eh... Ta-Takane-san?"

"Pada situasi semacam ini, cowok lebih bingung dari cewek, bukan? Iya, Nagisen sudah lemah dengan para cewek sejak SMP, walaupun aku suka fakta kalau dia belum berubah."

Dia berbicara dengan formal dengan Takane-san, tetapi dia pada dasarnya menghinaku. Itu sepertinya menunjukkan hierarki dalam dirinya.

"Nagisen... Apakah itu karena dia Nagito Senda-san?"

"Oh, itu salah satu untuk melihatnya, tetapi itu agak berbeda... Aku hanya bergabung dengan klub membaca pada pertengahan tahun. Jadi aku memanggilnya Nagisen, yang sudah bergabung dengan klub sebelum aku sebagai senpai. Lalu, ada beberapa tikungan dan belokan..."

"Tidak, aku tidak pernah setuju dipanggil begitu..."

"Nagi-kun cocok dengan Asatani-san, dan Nagisen hanya cocok untukku."

Aku tidak mengerti logika di balik itu, tetapi Nakano-san masih sama seperti dulu.

Ketika dia masih SMP, dia biasa terlibat dengan orang-orang positif dari kelasnya, dan dia tipe cewek yang bisa mengambil peran kepemimpinan di antara mereka. Mengapa dia bergabung dengan klub membaca, ada beberapa alasan, tetapi itu tidak apa-apa sekarang.

(TL English Note: Aku tahu 'orang-orang positif' tampak seperti terjemahan yang aneh. Aku bertanya beberapa rekan penerjemah dan mereka bilang itu adalah slang. Itu juga bisa berarti orang-orang dengan kepribadian positif.)

Aku penasaran apa yang Takane-san pikirkan fakta kalau aku dan Nakano-san saling mengenal satu sama lain. Aku dengar kalau dia mengobrol dengan Nakano-san selama tes kebugaran fisik, tetapi Takane-san hanya memberi tahuku tentang kesannya terhadap Nakano-san, yang mana bahwa Nakano-san itu adalah seorang yang periang.

"Tetapi sekali lagi, Nagisen, bagaimana kamu bisa berhubungan dengan Takane-san? Apakah kamu jangan-jangan menabraknya di sudut jalan dengan sepotong roti di tangan?"

"Tidak ada komentar pada bagian itu. Nakano-san, aku rasa temanmu menunggumu."

"Uh, aku akan memaksakan lidahmu. Aku akan mengirimkanmu stiker kutukan nanti... Takane-san, jika kamu mau, mari kita lebih akrab lagi! Kalau begitu, dah!"

Nakano-san memasang wajah mengancam padaku, tetapi dia sangat jujur dengan Takane-san – dia bilang kalau dia mengagumi wanita cantik, dan tampaknya Takane-san cocok dengan deskripsi itu.

"Em... Nakano-san itu orang yang menarik, bukan?"

"Sepertinya begitu... Aku rasa dia akan bahagia mendengarnya."

Dia berpindah dari 'periang' ke 'menarik'. Apakah itu adil untuk bilang kalau penggambaran Takane-san terhadapnya telah mengalami peningkatan.

Selain itu, kami memakan makan siang kami sambil mengobrol dan tertawa, tetapi sampai akhir, Takane-san tidak mencoba untuk menyuapiku lagi. Dalam hal ini, aku menyesal mengatakan bahwa aku akan harus mengembalikan kutukan itu pada Nakano-san.

Takane-san meninggalkan teras sebelum aku dan kembali ke ruang kelas karena dia ditugaskan untuk jam pelajaran berikutnya.

Sebelum pergi, Takane-san menatap wajahku – Tidak tahu pasti tentang niatnya, aku mengambil napas dalam-dalam dan berada dalam keadaan linglung.

Sedang terganggu, aku tertangkap basah.

"Nagi-kun."

"Eh?"

Tiba-tiba, seseorang memanggilku dan menempatkan tangan dengan ringan ke bahuku. Hanya itu yang membuatku tahu siapa itu.

"Asatani-san..."

"Fufu, apakah kamu baru saja bersantai dengan perut kenyang? Kamu tidak terbiasa santai, Nagi-kun."

"Iya, aku hanya sama seperti biasanya..."

"Aku mengerti, kamu begitu santai di sekitarnya, apakah kamu hanya tidak pernah punya kesempatan seperti itu denganku?"

Asatani-san kembali ke gaya rambutnya yang biasa. Kuncir samping yang tergerai dengan lembut. Dia telah mengikat rambutnya selama tes fisik, tetapi itu tidak kusut sama sekali.

"...Apakah telah mendengar dari Takane-san?"

"...Kamu bilang kalau kamu akan mendukung kami..."

"Iya, itu benar. Terakhir kali, suasananya terlalu serius. Perpustakaan di sore hari memiliki suasana tertentu, bukan?"

Suara Asatani-san ringan. Dia melihat ke tempat duduk yang tadi diduduki oleh Takane-san. Asatani-san mungkin memperhatikan kalau Takane-san hampir dari sana.

"Apakah kamu melihatku bersama Takane-san dari dalam kafetaria...?"

"Hanya pada akhirnya. Takane-san memiliki sesuatu untuk dilakukan dan pergi sebelum kamu, bukan? Aku rasa aku ingin mengambil kesempatan ini."

"Asatani-san..."

"Aku ingin memberi tahu Nagi-kun aku mendukung hubunganmu dengan Takane-san."

Kami sudah pernah berpacaran. Tetapi bahkan jika aku mengoreksinya, mungkin dia hanya akan tersenyum.

Aku memiliki banyak sekali pertanyaan. Selama liburan musim semi, waktu kami tidak aktif. Kami tidak pernah punya kesempatan untuk bertemu dan mengobrol.

Tetapi saat ini, mengapa Asatani-san itu tampak peduli denganku?

"Walaupun aku rasa kamu tidak memerlukan seorang mantan pacar untuk mendukungmu..."

"Itu... Sebaliknya, aku penasaran mengapa..."

"Fufu... Nagi-kun, aku rasa kamu akan menjadi detektif yang hebat. Caramu kadang-kadang berhenti, itu memberikan getaran."

Sesungguhnya, aku mungkin seharusnya berkata sesuatu padanya karena itu tampak seperti seolah-olah dia mengolok-olok diriku. Tetapi aku tidak bisa melakukan itu karena Asatani-san artinya tidak memiliki niat jahat apapun.

"Aku melakukan drama misteri di radio sebelumnya, tetapi para pendengar tidak tahu jawabannya sama sekali. Kamu tidak bisa membuatnya terlalu sulit, itulah mengapa kamu membutuhkan petunjuk."

Mata Asatani-san melebar samar. Aku tidak yakin apakah itu karena dia terkesan, atau karena dia tidak menyangka aku memberikan jawaban semacam itu.

"Aku rasa memoderasi petunjuk itu penting. Aku harap aku sudah bisa mengetahui itu..."

"...Asatani-san, aku dengar kamu akan berada di radio lagi."

"Iya, akan ada rekaman publik selama liburan untuk pertama kalinya dalam kurun waktu yang lama. Beberapa waktu yang lalu..."

Beberapa waktu yang lalu  – Jika itu menyangkut  radio, aku sangat yakin Asatani-san membuat penampilan tamu radio selama liburan musim semi. Itu adalah bagian dari promosi sebelum sinetron yang saat ini dimulai.

"–Nagi-kun, sudahkah kamu memperhatikan apapun?"

"Eh?" Aku tidak yakin bagaimana meresponsnya. Ngomong-ngomong percakapan masih berlangsung, aku rasa itu mungkin berkaitan dengan radio.

"Tiga, dua, satu..."

Asatani-san mulai menghitung mundur tanpa ampun, tapi aku tidak bisa menebak jawabannya – Lalu,

"...Waktunya habis."

Asatani-san mengulurkan tangannya padaku, dan tebak apa,

"....."

"....."

Di luar dugaan yang dia bisa melakukannya, ia mengambil sebutir nasi dari pipiku dan memakannya.

"Ketika kamu membicarakan hal yang serius, kamu tampak begitu imut, Nagi-kun."

"Asatani-san..."

"Aku akan berjumpa lagi denganmu. Aku akan mendukung kalian dengan benar, jadi jangan khawatir tentang itu."

Aku tidak bisa menahan nya lebih lama lagi meringkuk di meja. Aku sudah bersiap untuk apapun, tapi aku tidak menyangka kalau ada sebutir nasi di pipiku. Aku rasa itulah mengapa Takane-san menatap wajahku.

Kalau saja aku memperhatikannya, aku bisa saja mengambilnya dan aku tidak berada dalam belas kasihan Asatani-san. Asatani-san, yang adalah mantan pacarku, melewati penahanan diri Takane-san.

(Meskipun kami pernah berpacaran, kami hanya berpacaran dalam waktu yang singkat, kami lebih seperti teman... Apakah itu norma untuk melakukan ini?)

Selagi memikirkan tentang itu, aku menerima pesan dari Takane-san. Dia bilang kalau aku harus segera kembali, jadi aku memberi tahunya bahwa aku akan segera kembali.

Selain pesan itu, aku menerima stiker semacam kutukan dari Nakano-san dan ada sebuah kalimat di bawahnya.

[Nagisen, apakah kamu memilih aktivitas klub yang sama dengan Kiri-chan?]

Aku tidak mengerti maksud dari pertanyaan itu, jadi aku menangkapnya apa adanya dan membalas,

[Aku tidak memilih klub yang sama.]


←Sebelumnya            Daftar Isi               Selanjutnya→



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama