Takane Zettai Motokano - Seri 1 Bab 20 - Lintas Ninja Translation

Bab 20
Indra Jarak Seekor Anak Anjing (Bagian 1)

Ini terjadi pada saat akhir sesi pembinaan wali kelas ketika Takane-san bertukar posisi bangku dengan Watanabe-san.

"Watanabe-san, apa kamu mau duduk sedikit lebih depan? Aku rasa aku akan gugup jika aku duduk di depan kelas."

"Iya, barisan kedua dari belakang itu tepat. Terima kasih, Takane-san."

"Tidak, akulah yang seharusnya berterima kasih."

"Eh?"

"Em... Aku ingin duduk di belakang sejauh mungkin..."

Aku mendengarkan pembicaraan di sebelahku, dan aku jadi gugup – Di sebelah sini, Takadera dan Ogishima sedang mengobrol denganku.

"Ah, aku rasa aku tidak bisa tahan sampai aku pulang. Apakah kamu ingin makan sesuatu?"

"Dari caramu mengatakannya, apakah kamu ingin pergi ke suatu tempat? Aku tidak punya aktivitas klub hari ini, jadi aku rasa itu tidak masalah."

Takadera menggosok-gosok perutnya – Aku bukan orang yang terlalu doyan makan, mungkin saja itu bukan ide buruk untuk makan di luar sekali-kali.

Ogishima mengecilkan suaranya sampai sesi pembinaan wali kelas berakhir, dan ketika guru itu sudah selesai, Ogishima langsung menusuk Takadera di lengan.

"Ogi begitu serius sehingga aku yakin kalau ibu guru itu akan menegurmu."

"Takadera terlalu sedikit peduli. Bagaimana denganmu, Senda-kun?"

"Aku tidak tahu..."

Aku bahkan tidak bisa menanyakan dengan santai apa rencana Takane-san itu.

Inikah apa yang terjadi ketika kamu berpacaran dengan seseorang tanpa memberi tahu orang lain?

Di sisi lain, haruskah kami secara bertahap menanamkan pemikiran bahwa kami cukup dekat untuk saling mengobrol satu sama lain dengan normal? Aku penasaran apakah akan ada waktu yang tepat untuk memberi tahu Takadera dan Ogishima tentang aku dan Takane-san. Walaupun ketika aku memberi tahu mereka, aku harus berhati-hati, terutama saat aku memberi tahu Takadera karena dia sepertinya sedang mencari sebuah hubungan sendiri.

"Ah, Senda, kamu masih belum memutuskan aktivitas klub, bukan?"

"Kalau begitu, maukah kamu, kami temani berkeliling?"

"Tidak, kalian berdua kan sudah memutuskan sebuah klub, kalian tidak perlu menemaniku. Dan juga, tampaknya Takadera sudah mendekati batasnya."

"Maafkan aku, tetapi jika aku tidak makan ramen dalam 30 menit ke depan, aku akan meninggal."

"Eh... Kalau begitu mari kita pergi ke restoran ramen. Senda-kun, mari kita pergi bersama lain kali."

"Iya, sampai jumpa besok."

Siswa-siswi kelas sepuluh yang masih belum memutuskan klub bisa berkeliling dan melihat-lihat.

"Nabeyu, mari kita pulang bersama."

"Iya. Apakah Asatani-san sudah pergi?"

"Iya, dia pergi ke tempat lain. Dia tadi ditelepon jadi aku rasa itu berhubungan dengan pekerjaan."

"Apa yang harus kita lakukan? Apakah kamu mau mampir ke suatu tempat? Aku masih punya waktu."

"Ah, Takane-san. Terima kasih. Kamu bertukar posisi bangku dengan Watanabe-san, bukan?"

"Tidak, aku juga. Aku lebih suka bangku belakang."

Mereka bertiga terkejut, atau lebih tepatnya tercengang, oleh jawaban lembut.

Terus terang saja tanpa pilih kasih, itu tampak kalau mereka sedang kagum.

"Em... Takane-san, mengapa kamu tidak menjadi pengurus kelas?"

"Aku rasa kalau kamu telah mengajukan diri, kamu pasti akan menang!"

Saat sesi pembinaan wali kelas hari ini, kami memutuskan pengurus kelas kami, tetapi tidak ada yang mengajukan diri untuk itu.

Aku hanya bisa bilang dari suasana di kelas kalau semuanya mengharapkan Takane-san untuk mengajukan diri.

Tetapi, ternyata, Takane-san tidak mengincar posisi itu, jadi Sato-kun dan Yamaguchi-san, yang telah menjadi pengurus kelas di sekolah sebelumnya, mengangkat tangan mereka.

"Oh, apakah itu karena kamu mengincar posisi di OSIS?"

"Kamu tidak dapat mengincar posisi di OSIS sih. Dua orang murid dari kelas sepuluh sudah dipilih untuk bergabung pada akhir semester ganjil."

Siswa-siswi yang menjadi calon pengurus OSIS akan keluar masuk ruang OSIS selama semester ganjil sebagai bagian dari pelatihan mereka. Namun, Takane-san menggelengkan kepalanya pada pertanyaan itu juga.

"Aku tidak ingin bergabung dengan OSIS karena ada banyak hal yang ingin aku lakukan di SMA."

"Eh... Itu sayang sekali sih... Seseorang seperti Takane-san itu-."

"Pertama, aku ingin melakukan yang terbaik untuk menjadi anggota komite perpustakaan."

"Oh, aku mengerti... Aku rasa berada di OSIS sambil bersiap untuk berada di komite perpustakaan akan sangat berat."

"Maafkan aku, Takane-san. Kami memiliki gambaran tersendiri terhadapmu dan berpikir kalau kamu akan bergabung dengan OSIS... Aku hanya merasa terintimidasi. Bahkan ada Kiri-chan di kelas kita. Aku bahkan tidak tahu apakah aku harus menjadi ketua kelas."

"Kami semua memilih Yamaguchi-san, jadi jangan khawatir. Jika ada yang bisa aku lakukan, beri tahu saja aku. Lagipula kita berada di kelas yang sama."

Dia benar-benar seorang santo - bukan, mungkin dewi. Bahkan siswa-siswi yang tersisa, yang masih berada di kelas dimurnikan oleh kata-kata Takane-san – Tidak, aku tidak bisa hanya duduk di sini dan mendengarkannya, aku harus keluar dari bangkuku.

"Ah, em... sekali lagi, maafkan aku soal kemarin..."

"...Kamu tidak bisa bilang begitu, kamu tahu?"

"Aku tahu kalau itu tidak bagus, tetapi aku hanya berkata begitu secara mendadak tanpa dipikirkan dahulu. Tidak, bahkan jika tanpa dipikirkan dahulu, itu tidak bagus..."

"Eh, ada apa? Apakah kamu mengatakan sesuatu yang aneh pada Takane-san? Maafkan aku, aku juga minta maaf dan akan bertanggung jawab!"

Aku tidak berpikir kalau Watanabe-san ada di sana, tetapi dia merasakan suasananya dan menundukkan kepalanya.

Aku penasaran apakah semacam fraksi siswi telah terbentuk di kelas, tetapi tampaknya tidak begitu – atau apakah aura Takane-san yang membuatnya begitu.

"Lalu... Untuk Senda-kun, mari kita meminta maaf bersama."

"Ah..."

"Ah..."

Yamaguchi-san dan Inagawa-san bereaksi dengan cara yang sama persis. Adapun aku, aku masih berpikir bahwa aku sebaiknya pergi lebih awal – tetapi aku sangat bahagia dengan perasaan Takane-san. Aku berada dalam dilema yang sangat rumit.

Aku hanya duduk di bangkuku dan tidak menyangka mereka akan meminta maaf, tetapi baik Yamaguchi-san maupun Inagawa-san sudah menatapku. Tolong jangan menatapku seperti kalian mencoba untuk menelitiku di ujung pandangan kalian.

"Ah, em... Ma-maafkan kami..."

"Tidak, tidak, aku tidak terlalu begitu terganggu oleh hal itu... Jika kalian meminta maaf pada Takane-san, maka lakukan itu saja..."

Mereka berdua tampak merasa lega setelah mendengarnya, tetapi aku berkata 'terlalu begitu' dan mereka bahkan tampak lebih ingin meminta maaf – Kemudian,

"A-Aku tahu kalau Senda-kun adalah temannya Kiri-chan, tetapi karena kamu bersama Takane-san, aku penasaran apakah sesuatu sedang terjadi..."

– Jadi itu alasannya. Aku berpikir kalau mereka berdua memperlakukanku seperti aku tidak ada, jadi aku bingung tentang itu.

"Tetapi aku rasa itu mungkin. Kami berada di kelas yang sama jadi jika kami bertemu dalam perjalanan ke sekolah, kamu akan setidaknya saling mengobrol satu sama lain."

"...Iya, aku mengobrol dengan Takane-san, itu agak mengejutkan."

"Tidak, itu tidak benar, bukan?"

Yamaguchi-san meminta Inagawa-san untuk setuju. Aku rasa itu mengejutkan sejujurnya, dan dia tampak merasa bahwa tidak mungkin kalau aku dan Takane-san bisa memiliki hubungan.

"...Mulai dari sekarang ini, aku tidak akan membuat asumsi gila apapun."

"Aku ingin meniru contoh Takane-san dan bertujuan untuk menjadi seorang wanita dengan aura."

"Kamu tidak minta maaf sama sekali, Ina...?"

Mereka bertiga menyapa Takane-san dengan baik dan meninggalkan ruang kelas. Untuk sementara waktu, semua mata tertuju pada Takane-san, tetapi ketika dia memberiku batuk kecil, semuanya mulai bergerak dengan terburu-buru.

(.......?)

Aku menerima pesan di ponselku. Aku membukanya tanpa membiarkan siapapun melihatnya.

[Jika kamu ingin mengunjungi klub itu, bisakah aku pergi bersamamu...?] 

"....."

Aku tidak bisa apa-apa selain menatap Takane-san. Aku harus melihat agar mengerti.

Tetapi aku tidak bisa melihat wajahnya. Tetap saja, aku bisa bilang kalau dia mengetik sebuah pesan padaku.

[Kita bisa menghabiskan sisa hari ini bersama-sama. Mari kita bertemu di depan pintu masuk.]

Dia memiliki banyak pertimbangan. Aku membalas dengan 'Oke, aku akan menemuimu di luar', dan berjalan keluar menuju pintu masuk. Aku tidak memberi tahunya ke mana aku akan pergi.

Jika aku berjalan sangat lambat, apakah itu tidak apa-apa? Aku diam-diam penasaran – Tidak, ada batasan seberapa lambat aku bisa berjalan.

Aku melewati kelas-kelas sebelah, dan masih ada beberapa siswa-siswi yang tersisa. Beberapa dari mereka menyelesaikan pelajaran mereka sebelum pulang ke rumah, beberapa lainnya mengobrol dengan teman-teman mereka.

Ketika aku masih SMP, setiap kali aku melewati pintu masuk, aku akan mencoba untuk mencari Asatani-san di kelas (pelajaran) berikutnya. Aku hampir tidak bisa melihat dari dalam ruang kelas jika aku berusaha untuk tidak tampak mencurigakan, tetapi aku masih melakukan hal yang sama berulang kali.

Bagaimana aku bisa mengobrol dengan Asatani-san adalah dikarenakan titik kontak itu di antara klub membaca dan klub astronomi. Itu tidak ada hubungannya dengan usahaku sendiri.

–Saat ini, aku hendak membuat keputusan yang sama dengan yang aku buat di SMP.

Tetapi itu bukan karena aku ingin berada di situasi yang sama dengan saat SMP. Klub di mana Asatani-san bergabung tidak akan memiliki hubungan dengan klub membaca.

Sebelum memasuki SMA, aku memiliki pemikiran tentang bergabung di klub yang sama dengan Asatani-san. Tetapi aku berpikir bahwa Asatani-san tidak menginginkan hubungan dengan rajutan yang sangat ketat. Lalu, aku penasaran apakah aku harus memilih aktivitas klub yang berbeda.

Tetapi itu semua di masa lalu. Itu tidak begitu  sentimental untuk menjadi kenangan indah.

Itu hanya kesalahpahaman dariku. Aku berkata 'aku menyukaimu', dan kami bertukar alamat (L*NE). Kami berjanji untuk bertemu saat liburan musim semi, tetapi jadwalnya berantakan.

Sampai dia bilang 'mantan pacar', kami tidak memiliki substansi untuk menyebut itu hubungan.

"...-kun."

Aku pikir kalau aku mendengar suara.

Aku harus berhenti, aku rasa. Aku hanya harus membuat rencana dengan Takane-san –

"...Nagito-san..."

Ujung seragamku ditarik, dan suara yang lebih sunyi dari yang pertama kali, tetapi masih menjangkau telingaku dengan jelas.

Kebisingan dari sekitarku kembali. Suara dari siswa-siswi yang terlibat dalam aktivitas klub di lapangan, suara sebuah band brass (brass band) dari kejauhan, dan tertawa riang seseorang itulah semua yang terdengar.

Sejenak aku ragu-ragu untuk melihat ke belakang. Itu tidak begitu lama setelah aku meninggalkan ruang kelas, tetapi aku mendapati diriku memikirkan tentang Asatani-san, dan aku tidak mengerti alasannya.

Tetap saja, aku berbalik arah sealami mungkin, seolah-olah tidak ada yang telah terjadi.

"...Nagito-san."

Dia memanggil namaku lagi. Dia seharusnya memanggilku 'Senda-kun' di sini, dan aku yakin kalau dia tahu itu dengan cukup baik.

Tetapi ketika aku memikirkan tentang perasaannya dan caranya memanggilku dengan nama pemberianku (nama depan), dadaku sesak.

"Maaf, aku mengambil kebebasan untuk bilang aku ingin ikut denganmu..."

"Tidak... Maafkan aku, aku juga."

"Tetapi Nagito-san tidak perlu meminta maaf..."

Kami saling meminta maaf. Jika ada sesuatu, itu adalah kesalahanku karena tidak menjawab dengan segera. Tetapi lalu,

"Fufu..."

"...Takane-san?"

"Tampaknya Nagito-san akan meninggalkanku. Itulah sebabnya aku panik..., tetapi karena kamu tidak, aku merasa lega. .... Itu aneh, bukan, kalau aku tiba-tiba tertawa."

"Tidak, itu tidak benar. Terima kasih karena telah menarikku kembali."

"Ah, maafkan aku. Seragammu akan melar, bukan... Selalu saja begitu..."

Sekarang dia bilang begitu, hal yang terjadi kemarin. Dia mencubit ujung seragamku, dan aku berpikir kalau dia tampak seperti seekor anak anjing.

"...Hahaha..."

"Nagito-san...?"

"Maafkan aku... Seragamku, kamu boleh meregangkannya sebanyak yang kamu mau. Kamu tidak usah jadi begitu pendiam."

"Ah, iya... Kita harus sedikit lebih santai, iya kan..."

Hubungan yang santai dan tanpa rasa malu. Hanya karena kami baru saja berpacaran belum lama ini bukan berarti kami harus tegang sepanjang waktu.

"...Tetapi aku senang. Selama itu membuat Nagito-san tertawa, aku akan melakukan apapun."

"Ah... Em... Aku takut untuk bilang ini, tidak, aku akan senang jika kamu bisa mengabaikan ini, aku rasa... Takane-san..."

"Eh... A-Aku...?"

Aku bukan tipe orang yang akan mengatakan, 'Aku rasa kamu tampak seperti seekor anak anjing.', dengan wajah yang lurus. Ini memang agak menjebak, dan aku tidak merasa kalau Takane-san akan senang mendengarnya.

Namun, 'Aku rasa kamu imut.' bukanlah sesuatu yang bisa aku katakan di depan pintu masuk sekolah.

Ini kan pintu masuk. Aku keluar pada waktu yang berbeda, tetapi ini bukanlah waktu untuk pertukaran yang normal sepasang kekasih.

Saat itu, beberapa siswi yang lewat mulai mengobrol dengan Takane-san.

"Wah, sangat cantik... Hanya berdiri di depan pintu masuk di sebelah jendela, kamu tampak seperti berada dalam lukisan, Takane-san."

"Takane-san, kamu yang pertama dalam tes kebugaran fisik, bukan? Aku dengar kamu memiliki kompetisi yang hebat dengan Kiritani-san."

"Aku dengar kalau Takane-san itu gadis muda yang menakjubkan. Bukankah itu luar biasa kalau kamu murid kelas sepuluh yang berada di posisi teratas dam juga memiliki kemampuan atletis?"

"Ah, aku diminta seorang kakak kelas untuk merekrut Takane-san masuk ke dalam klub..."

Aura Takane-san sangat luar biasa sehingga mereka bahkan tidak menyadari kalau aku berada di sana. Walaupun begitu, aku harus menjauh dari perekrutan aktivitas klub.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama