Ekstra 3Lebih dari Asyik
"–Kami saat ini sedang melakukan penghitungan suara. Mohon bersabar sebentar lagi buat konfirmasi hasil pemungutan suara."
Dengan siaran sekolah sebagai latar belakang musik, aku menyelesaikan serah terima terakhir dan membungkuk ke arah Ruang OSIS. Meskipun itu memang pilihan yang aku buat sendiri, meninggalkan tempat di mana aku menghabiskan setiap hari masih terasa agak sepi.
"Dan... ... maafkan aku, Shiozaki-kun. Aku telah menyusahkanmu."
Aku membungkuk sekali lagi pada Shiozaki-kun yang berdiri di depanku.
"Tidak, justru ini waktu yang tepat. Mereka yang selama ini bergantung pada Hinoharu-san diharapkan dapat mengubah pola pikir mereka sedikit. Kalau dipikirkan secara keseluruhan, ini merupakan hal yang positif."
Dan kemudian, secara tidak biasa, raut wajah Shiozaki-kun yang tegas melunak–
"Dapat bertarung langsung denganmu kayak gitu memang asyik. Ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan, bertukar pendapat kayak gitu."
Kata Shiozaki-kun dengan senyuman lembut.
"Terima kasih. Sungguh."
–Ada seseorang di sini yang menghargai cara kerjaku.
Demi memenuhi perasaan itu, aku mesti tunjukkan pada mereka jenis keasyikan terbaik yang ada aku bayangkan.
"Oke, aku akan berusaha sebaik mungkin mulai sekarang. Aku akan melakukan hal-hal dengan sembarangan, jadi aku menantikan buat bersaing lagi denganmu!"
"Aku menerimanya. Tetapi ingatlah, jangan berpikir ada kelemahan dalam Pengurus OSIS yang telah aku buat efisien."
Kami berakhir dengan pernyataan perang yang berlebihan, dan aku meninggalkan Pengurus OSIS. –Saat aku berjalan di lorong dengan perasaan enteng, tiba-tiba aku berpikir.
Aku benar-benar bersyukur pada Kouhei-kun, yang menunjukkan padaku jalan yang begitu asyik.
–Sejak awal, aku suka Kouhei-kun.
Maksudku, aku tidak pernah membayangkan ada orang yang tiba-tiba masuk dengan membawa bahan rapat Pengurus OSIS. Lalu, langsung mulai mengeluh soal anggaran. Argumennya sangat akurat, dan ia bilang kalau ia akan membuat rencana yang lebih bagus, jadi aku minta ia melakukannya, dan kualitasnya luar biasa tinggi... ...Aku mau tidak mau bersemangat kayak dulu.
Dan berpikir kalau cowok sebagus itu masuk ke SMA Kyou-Nishi, aku benar-benar senang. Kalau cowok ini ada di sini, mungkin aku dapat mencoba lagi — Aku bahkan berpikir begitu.
Tetapi Kouhei-kun menolak, bilang, "Tidak, aku tidak akan bergabung dengan Pengurus OSIS." Tentu saja, aku penasaran mengapa. Lalu, apa gunanya datang buat mengeluh sejak awal?
Aku terkejut mendengar kalau Kouhei-kun itu sebenarnya seorang ronin dan seumuran denganku. Tetapi memikirkan kalau ia tidak menyerah meskipun gagal dan bekerja keras buat masuk ke SMA Kyou-Nishi, aku semakin menghormatinya–
Bagaimanapun, buatku, Kouhei-kun itu cowok aneh pertama atau sejenisnya yang pernah aku temui.
Tetapi itu berarti Kouhei-kun itu orang yang hidup sesuai dengan dirinya sendiri.
Kouhei-kun benar-benar tampak memukau buatku.
Makanya aku agak kesal saat Uenohara-chan menyebut Kouhei-kun bodoh atau dungu.
Lagipula, cara Uenohara-chan bertindak seakan-akan, "Aku yang paling paham soal Kouhei-kun," tidak membuatku nyaman. Mungkin itu memang benar, dan aku tidak bermaksud bilang hal yang salah, tetapi aku agak terbawa emosi dan mengatakannya dengan terlalu lantang.
..Dan jujur saja, aku dapat sedikit paham apa yang Uenohara-chan bilang.
Karena Kouhei-kun sering bilang hal-hal yang memalukan...
Kayak, "Dirimu yang alami itu menarik."
"Aku mau kamu tersenyum."
"...Aku akan melindungimu."
Aku mengipasi wajahku dan menghela napas kecil.
...Aku akan minta maaf dengan sungguh-sungguh pada Uenohara-chan nanti. Lalu kami dapat mengghibah soal Kouhei-kun bersama-sama. Kedengarannya sangat asyik.
Setelah memutuskan itu, aku berbalik dan mulai berjalan lagi.
–Ah, meskipun begitu.
Dapat bergerak sesuka hatiku, kayak yang aku mau, terasa sangat enak.
Jadi, mungkin Kouhei-kun memang benar. Aku ini masih bocil.
Tetapi... ...Buat saat ini, itu tidak apa-apa.
Dengan begitu, aku dapat melibatkan orang lain, memaksa mereka tanpa memikirkan ketidaknyamanan mereka.
Selain itu, aku dapat mewujudkan keasyikan yang aku bayangkan—
Bukan cuma aku, tetapi juga semua orang dapat puas.
Ada kehidupan sekolah yang terbaik dan paling asyik yang dapat ada—
Karena aku memutuskan buat percaya pada itu sekali lagi.
"Pada akhirnya, kamu memutuskan buat memilih jalan itu, bukan begitu, Sachi-senpai?"
Aku mendengar suara dari belakang dan berbalik dengan terkejut.
"Kiyosato-chan?"
"Halo," jawab Kiyosato-chan dengan senyumannya yang biasanya, berdiri sendirian di lorong yang remang-remang di bawah langit yang mendung.
Jantungku berdebar kencang saat tiba-tiba aku menyapa Kiyosato-chan. "Ada apa? Apa kamu butuh sesuatu dari Ruang OSIS?"
Mengabaikan pertanyaanku, Kiyosato-chan bilang, "Kamu keluar dari Pengurus OSIS, bukan?"
Ingat apa yang pernah dia bilang, aku merasa agak canggung. "Maafkan aku, Kiyosato-chan."
"Mengapa kamu minta maaf?"
"Itu karena..."
Saat pertama kali ketemuan dengan Kiyosato-chan, kami langsung cocok dan banyak bicara soal berbagai hal. Aku merasa kalau aku dan cewek ini punya kesamaan. Kiyosato-chan selalu peduli padaku, yang telah lama mengalami kesulitan. Dia kadang-kadang memberi nasihat, kayak, "Kalau seseorang terlalu berusaha keras, itu dapat melelahkan buar orang di sekitarnya," "Sedikit pengendalian diri dapat membuat semua orang merasa lebih nyaman," dan "Berkompromi dengan orang lain itu hal yang wajar."
Dan karena Kiyosato-chan kayaknya selalu memikirkan orang lain, aku rasa kami serupa. Namun, Kiyosato-chan jago bergaul dengan orang lain dengan caranya sendiri. Jadi, aku diam-diam merasa kalau aku juga mesti melakukan hal yang sama.
Tetapi...
"Aku dibilang sebagai anak egois yang tidak dapat memikirkan orang lain."
"..."
"Kayaknya aku berbeda denganmu dalam hal itu, Kiyosato-chan."
Iya, Kiyosato-chan memang berbeda denganku. Dia dapat memikirkan apa yang terbaik buat orang lain terlebih dahulu. Jadi, meskipun kami berdua kayaknya peduli pada orang lain, pendekatan dasar kami benar-benar berbeda.
"Jadi, Sachi-senpai, apa kamu berniat membuat orang lain mengikuti keinginan egoismu?"
Kata-kata Kiyosato-chan terdengar tajam. Aku mengepalkan tinjuku dan menjawab, "Iya, karena aku cuma dapat menyebarkan kebahagiaan yang aku yakini pada semua orang."
Suara Kiyosato-chan terhenti sejenak sebelum dia melanjutkan, "Meskipun itu berarti kamu akan dihindari oleh orang-orang di sekitarmu?"
"Iya, dan kalau sampai pada titik itu, aku akan terus mencoba sampai mereka memaklumi."
"Apa kamu tidak takut?"
Kata-kata itu menusuk hatiku, membuatnya sakit. "Iya, tentu saja aku takut."
"Kalau begitu—"
"Tetapi..."
Pada saat itu, aku menatap langsung ke mata Kiyosato-chan.
"Kalau suatu saat aku jadi sangat takut sampai-sampai tidak dapat menahannya lagi, ada seseorang yang dapat aku andalkan. Jadi, meskipun aku takut, aku tidak apa-apa."
Aku berusaha tampil seberani mungkin.
"..."
Kiyosato-chan mengerutkan alis matanya dalam diam, mengerucutkan bibirnya, dan menundukkan kepalanya.
Sebuah helai rambut depan Kiyosato-chan jatuh menutupi matanya, menyembunyikan ekspresinya.
"Lagipula, Sachi-senpai... ...kamu memang berbeda denganku."
Dengan susah payah berdehem, Kiyosato-chan berbicara. Dia tampak benar-benar sedih dan sangat frustrasi.
Dan Kiyosato-chan tampak begitu... ...sendirian.
Kiyosato-chan mengerutkan alis matanya dalam diam, mengerucutkan bibirnya, dan menundukkan kepalanya.
Sebuah helai rambut depan Kiyosato-chan jatuh menutupi matanya, menyembunyikan ekspresinya.
"Lagipula, Sachi-senpai... ...kamu memang berbeda denganku."
Dengan susah payah berdehem, Kiyosato-chan berbicara. Dia tampak benar-benar sedih dan sangat frustrasi.
Dan Kiyosato-chan tampak begitu... ...sendirian.
"Aku sudah repot-repot menunjukkan padamu jalan yang paling tidak menyakitkan, tetapi akhirnya tetap berakhir kayak gini."
Melihat Kiyosato-chan mengerang kesakitan, mau tidak mau aku memanggilnya.
"Kiyosato-chan, kamu terlalu baik pada orang lain... ...Kamu mestinya lebih sering melakukan apa yang kamu mau."
"Aku sama sekali tidak baik hati."
Kiyosato-chan menolaknya dengan tegas, tidak memberi ruang buat perdebatan.
Ini tidak berhasil... ...Kiyosato-chan tidak mendengarkanku.
Kata-kataku mungkin tidak akan sampai pada Kiyosato-chan, apapun yang terjadi.
"Dan... ...orang yang benar-benar baik tidak melakukan hal-hal kayak gini." ─ Apa yang kamu maksud dengan 'hal-hal kayak gini'?
Tepat saat aku menanyakan itu pada Kiyosato-chan...
"[─Kami sekarang menyajikan hasil Pemilihan Umum Ketua OSIS.]"
Suara di sistem pengumuman umum menenggelamkan suara Kiyosato-chan.
"Tetapi..."
Dan kemudian, Kiyosato-chan...
Kayak yang selalu aku lakukan...
Menyembunyikan perasaan Kiyosato-chan yang sebenarnya di balik senyuman yang palsu...
"...Aku tahu sejak awal bagaimana nasib Sachi-senpai akan berakhir, tetapi aku memilih buat tidak peduli..."
'Hasil Pemilihan Umum Ketua OSIS itu sebagai berikut...'
Suara dukungan: 232
Suara penolakan: 247
Suara tidak sah: 475
Shiozaki-kun, Calon Ketua OSIS, telah dipecat dari jabatannya.
TL Note: Bjirlah, Shiozaki lawan kotak kosong.
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga:
• ImoUza Light Novel Jilid 1-5 Bahasa Indonesia
Baca juga dalam bahasa lain:
• Bahasa Inggris / English