Bab 5Rasa Terima Kasih Aya
"Jadi, ini tren fesyen saat ini, ya...? Kira-kira ini cocok tidak ya buat Yuu?" (Haruto)
Hari ini, kayak biasanya, Haruto bekerja di kafe buku dan saat ini sedang istirahat jam 7 malam.
Sambil bergumam pada diri sendiri dan membolak-balik majalah wanita, Haruto menggunakan ponsel pintarnya buat meneliti tren fesyen terbaru.
Tentu saja, ada alasannya. Ini buat mengangkat topik kayak, "Abang menemukan pakaian ini, bagaimana menurutmu? Mau pergi mencari baju bersama lain kali?" dengan adiknya.
Meskipun Yuno bekerja paruh waktu dua kali sepekan, dia mengalokasikan semua penghasilannya ke rekening tabungannya.
Tidak peduli apa kata Haruto, Yuno cuma membeli kebutuhan pokok dan ragu buat memanjakan diri dalam fesyen, meskipun tertarik padanya.
"Aku akan senang kalau Yuu dapat sedikit menikmatinya... ...Soal uang, nanti aku atur bagaimana caranya." (Haruto)
Keinginan sejati sang abang yaitu agar adiknya dapat hidup nyaman, jadi Haruto kadang-kadang jadi agak memaksa.
"Ah, yang ini tampak sangat bagus!" (Haruto)
Saat Haruto membayangkan Yuno mengenakan pakaian itu, ekspresi Haruto tanpa sadar melunak.
"Hmmmmm. Apa kamu tertarik pada gaun hitam ini?" (?)
Sebuah suara datang dari samping.
"Aku juga kepikiran yang ini, tetapi agak terlalu terbuka... ...Aku tahu ini hampir musim panas, jadi mau bagaimana lagi." (Haruto)
"Eum, apa jangan-jangan ini buat pacarmu?" (?)
"Aku tidak punya pacar. Aku cuma kepikiran aku mau membelikannya buat adikku." (Haruto)
"Begitu ya! Begitu ya! Kayak biasanya, kamu tetap sama, Oni-chan. Hehe~" (?)
"...Hah?" (Haruto)
Setelah dipanggil 'Oni-chan', Haruto akhirnya menyadari situasi yang sedang ia alami.
Mengerjapkan matanya dengan cepat, Haruto menoleh buat melihat orang di sebelahnya—
"Dingin!" (Haruto)
"Hehe, selamat malam~" (Aya)
"Shirayuki-san!?" (Haruto)
Itu Aya, dengan senyuman lebar di wajahnya, menempelkan matcha latte dingin ke leher Haruto. Itulah pertama kalinya Aya melakukan hal kayak gini.
"Eum, Kamu kayaknya sedang suasana hati yang baik?" (Haruto)
"Iya! Aku dapat informasi yang bagus, jadi aku senang sekali! Aku senang karena aku bisa datang hari ini!" (Aya)
"Ah, benarkah...?" (Haruto)
"Apa Haruto-san sedang istirahat sekarang?" (Aya)
"Iya, sekitar 15 menit lagi. Ah, maaf tidak menyadarimu tadi. Silakan, duduklah." (Haruto)
"Apa itu benar-benar tidak apa-apa? Apa aku tidak akan mengganggu istirahatmu?" (Aya)
"Haha, justru sebaliknya. Aku sebenarnya berharap ada teman karena aku bosan." (Haruto)
"Kalau begitu, aku akan menerima tawaran itu!" (Aya)
"Silakan, duduklah." (Haruto)
Dengan seruan ceria, Aya duduk di sebelah Haruto, meletakkan matcha latte di meja dan menenangkan diri sambil menghadap Haruto.
"Ngomong-ngomong, jarang sekali Shirayuki-san datang di akhir pekan. Kamu biasanya datang setelah kelas di hari kuliah, bukan?" (Haruto)
"Aku cuma mau ketemuan sama Haruto-san." (Aya)
"Be-Benarkah?" (Haruto)
Berbahaya. Haruto hampir tertipu oleh nada tulus Aya. Kalau Haruto menanggapinya serius, ia pasti akan digoda.
"Iya, begini, karena aku menyelesaikan pekerjaan lebih awal dari biasanya, aku memutuskan buat mentraktir diri sendiri. Meskipun, aku mungkin masih punya pekerjaan menyunting nanti." (Aya)
"Ah, begitu ya. Apa kamu menikmati pekerjaanmu?" (Haruto)
"Tentu saja! Asyik, tetapi lebih melelahkan ketimbang biasanya. Bagaimanapun, komentar hari ini lain dari biasanya." (Aya)
"Hah? Maksudmu ada lebih banyak komentar negatif?" (Haruto)
"Tidak juga, tetapi entah mengapa, sebagian besar komentar membicarakan orang yang sama. Menghadapi itu cukup menantang." (Aya)
"I-Itu, apa jangan-jangan..." (Haruto)
Meskipun cara Aya menyatakannya samar, Haruto punya dugaannya.
Haruto berharap kalau ia salah. Sambil memiringkan kepalanya, berharap Haruto keliru, lebih banyak detail terungkap.
"Seseorang bernama 'Oni-apalah' memujiku." (Aya)
"..." (Haruto)
"Ia juga bilang beberapa hal yang cukup kasar." (Aya)
"Ah, tidak... ...Itu..." (Haruto)
"Ia juga menyebutkan sesuatu soal menggunakanku sebagai batu loncatan." (Aya)
"Ah, haha... Begitu ya..." (Haruto)
"Begitulah~" (Aya)
Meskipun Aya menyatakannya dengan cara yang menghindari pengungkapan identitas orang itu secara langsung, ekspresinya berteriak, "Hei, Kamu! Aku bicara soalmu!"
"Kayaknya orang itu juga dipukul bokongnya oleh adiknya dengan sendal jepit." (Aya)
"Ha-Hah... ...Ia pasti melakukan sesuatu yang sangat buruk sampai itu terjadi..." (Haruto)
Itu semua informasi yang tidak akan diketahui kecuali kalau Aya menonton streaming Haruto kemarin. Dan jelas, Aya tahu soal streaming kemarin.
"Aku tidak pernah kepikiran kalau Ayaya-san akan menonton channel-ku... Tunggu, apa jangan-jangan ada viewers yang membocorkan rahasiaku...?" (Haruto)
Melihat ke belakang, Haruto meninggalkan banyak komentar negatif soal Aya selama streaming-nya.
Bilang kalau Ayaya, streamer populer dengan lebih dari 300.000 subscribers, tidak punya kualitas imut, atau mengklaim kalau tidak ada yang menarik darinya tentu saja tidak akan diterima dengan baik oleh beberapa viewers.
Dalam retrospeksi, Haruto merasa mungkin ada cara yang lebih baik buat mengungkapkan pemikirannya.
"Eum, sebagai pembelaanku, itu bukan perasaanku yang sebenarnya. Terutama bagian soal penghinaan itu... ...Shirayuki-san mungkin sudah paham, tetapi akan buruk kalau viewers berspekulasi kalau aku melihatmu sebagai lawan jenis." (Haruto)
"Kamu bilang begitu, tetapi bagaimana kalau itu sebenarnya perasaanmu yang sebenarnya?" (Aya)
"Tidak, tidak, sama sekali tidak!" (Haruto)
"Hehe, kamu lumayan imut kalau lagi panik." (Aya)
"...Ja-Jangan menggangguku." (Haruto)
Aya menyeringai sambil menyipitkan matanya, memegang sedotan di mulutnya.
Haruto baru menyadari kalau ia sedang digoda.
"Ngomong-ngomong... ...apa kamu menonton streaming yang sebenarnya? Atau ada yang memberi tahumu soal itu?" (Haruto)
Aya menggaruk-garuk pipinya, menghindari kontak mata.
"Aku menerima informasi dari fans-ku, jadi aku melakukan riset sendiri setelahnya." (Aya)
"Ah, begitu ya. Maafkan aku kalau aku menyebabkan masalah. Aku akan mencoba menahan diri lain kali." (Haruto)
"Jangan khawatirkan itu. Justru, aku mau kamu lebih sering membicarakan kita. Berkat Haruto-san, aku punya viewers dua kali lipat hari ini." (Aya)
"Dua kali lipat ketimbang biasanya? Jadi, sekitar 10.000 orang?" (Haruto)
"Hehehe~ Benar sekali! Aku tidak pernah menyangka dapat melampaui targetku kayak gini." (Aya)
Dengan senyuman kemenangan, Aya beralih ke ekspresi yang lebih lembut.
Ayaya biasanya mengumpulkan sekitar 10.000 viewers selama kolaborasi atau turnamen. Menilai dari nada bicaranya, kayaknya Aya telah menetapkan target spesifik buat streaming solo.
"Tidak, tidak, itu bukan karenaku. Mampu mempertahankan 10.000 viewers merupakan bukti keahlian Shirayuki-san. Kamu mestinya lebih bangga pada dirimu sendiri." (Haruto)
"Ahaha, Haruto-san baik sekali." (Aya)
"Aku cuma bilang yang jelas. Ah, bagaimana dengan haters? Dengan lebih banyak viewers, mungkin ada lebih banyak dari mereka." (Haruto)
"Tuh kan, kamu baik juga." (Aya)
"Hah?" (Haruto)
"Jangan bilang 'Hah' padaku! Dari orang yang menyatakan hal yang jelas, kamu mestinya lebih sadar diri. Kamu mengkhawatirkanku, bukan?" (Aya)
"Iya, itu wajar, bukan? Kita berteman, dan kita berbagi rahasia yang sama." (Haruto)
"...Dengan kepribadian kayak gitu, mengapa kamu memilih buat membangun channel-mu berdasarkan akting toksik? Haruto-san, setelah aku pikir-pikir, itu benar-benar tidak cocok buatmu, loh?" (Aya)
"Ahaha, Adikku juga bilang hal yang sama." (Haruto)
Saat Yuno pertama kali mengetahui soal persona daring Haruto, itu merupakan situasi yang cukup sulit.
Yuno mau mengadakan "diskusi penting" saat makan malam, dan dengan ekspresi serius serta tatapan penuh kekhawatiran, dia bilang, "Abang baik-baik saja? Aku mohon beri tahu aku apa yang terjadi."
Bahkan saat Haruto mencoba menjelaskan kalau itu merupakan kesalahpahaman, Yuno sama sekali tidak mempercayai Haruto, dan mereka menghabiskan lebih dari satu jam mendiskusikannya.
"Tetapi aku sangat bersyukur adikku paham. Karena suaraku kadang-kadang bergema di seluruh rumah, tidak aneh kalau dia mendengarnya dan mulai tidak menyukaiku. Iya... ...Aku tidak menyangkal kalau aku melakukan beberapa hal yang meragukan buat mendapatkan viewers." (Haruto)
"Hehe, iya, asalkan adikmu ada di pihakmu, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan." (Aya)
"Iya, aku rasa begitu?" (Haruto)
Saat obrolan mendekati akhir, Haruto memeriksa jam dan menyadari waktu istirahatnya tersisa kurang dari tiga menit.
"Okelah kalau begitu, aku mesti kembali bekerja sebentar lagi." (Haruto)
"Oke. Karena aku berencana buat menetap sampai akhir, mau pulang bersama?" (Aya)
"Tentu saja." (Haruto)
Jujur saja, Haruto benar-benar senang dengan tawaran ini.
Bukan cuma karena Haruto menikmati waktu bersama, tetapi juga karena, sebagai sesama content creator, ada hal-hal yang mau ia diskusikan dengan Aya.
♦
"Kerja bagus hari ini." (Haruto)
"Iya! Kerja bagus juga buatmu, Haruto-san!" (Aya)
Pukul 10 malam, setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktu tanpa masalah, mereka berganti pakaian biasa, bertukar sapaan kayak biasanya, dan mulai berjalan pulang bersama.
"Hei~ biarkan aku antar kamu pulang hari ini, Haruto-san!" (Aya)
"Tidak, terima kasih." (Haruto)
"Mengapa!? Aku sudah mengumpulkan keberanian buat bilang begitu!" (Aya)
"Haha, bukan berarti aku tidak mau. Hanya saja hari ini merupakan hari yang istimewa buat Shirayuki-san, jadi biarkan aku yang antar kamu pulang saja." (Haruto)
Meskipun mungkin ada perasaan campur aduk soal diantar oleh cewek yang lebih muda, sentimen yang terucap lebih kuat.
"Hari istimewa buatku?" (Aya)
"Iya. Bukannya kamu melampaui target viewers yang kamu tetapkan buat streaming hari ini? 10.000 viewers." (Haruto)
"Ah, hehe... ...Kalau kamu bilang begitu, aku tidak punya pilihan selain menerimanya." (Aya)
Aya memberikan senyuman terbesar hari itu pada Haruto.
"Okelah kalau begitu, aku yang akan mengantarmu pulang." (Haruto)
"Oke!... ...Aduh!?" (Aya)
*Gedebuk*
"Hei, kamu baik-baik saja!?" (Haruto)
"Aku baik-baik saja, aku baik-baik saja! Aku cuma tersandung sedikit." (Aya)
"Hati-hati, di luar gelap." (Haruto)
"Iya! Terima kasih." (Aya)
Ayaya bukan cuma seorang streamer tetapi juga bagian dari tim gaming profesional. Akan sangat buruk kalau Ayaya sampai cedera kayak gitu.
Itulah satu hal yang menyebabkan Aya mesti hati-hati.
"Tetapi tetap saja, kamu mencapai tujuan yang cukup luar biasa." (Haruto)
"Aku yang paling terkejut. Memang benar kalau aku tidak dapat melakukannya tanpa Oni-chan, tetapi jujur saja, aku tidak pernah kepikiran dapat mencapai tujuan itu... ...buat waktu yang lama." (Aya)
"Buat waktu yang lama?" (Haruto)
"Iya. Aku belum pernah menceritakan ini pada siapapun, tetapi belakangan ini, aku agak kesulitan. Baik subscribers channel-ku maupun viewers-ku stagnan selama beberapa waktu ini." (Aya)
"Ah, begitu ya. Aku belum pernah memikirkannya sama sekali." (Haruto)
Beberapa orang mungkin berargumen, "Asalkan tidak turun, tidak masalah," tetapi motivasi setiap content creator selalu, "Aku mau jadi lebih terkenal!"
"Aku berusaha keras menyembunyikannya. Agak mengecewakan buat menunjukkannya dengan karakterku yang kayak gini, loh?" (Aya)
"Aku sangat paham. Dengan karakter happy-go-lucky kayak gitu, mungkin canggung buat menunjukkannya. Lagipula, kalau seseorang dengan lebih dari 300.000 subscribers membicarakan hal-hal kayak gitu, itu mungkin membuat content creator lainnya kesal. Situasinya tidak beresonansi dengan semua orang, bagaimanapun juga." (Haruto)
"Hehe~ Kayak yang diharapkan darimu. Kamu tahu persis apa yang aku bicarakan." (Aya)
"Kita bekerja di bidang yang sama, jadi aku dapat memahaminya sampai taraf tertentu." (Haruto)
Meskipun punya jumlah subscribers yang berbeda, mereka punya banyak kesamaan karena bekerja di industri yang sama.
"Ini sebenarnya mengapa aku memutuskan buat beralih dari cuma streaming ke mengunggah video. Aku rasa cuma mengandalkan streaming akan sulit, jadi aku mau membangun tiang lain." (Aya)
"..." (Haruto)
"Dalam artian itu, akhirnya mencapai tujuanku terasa sangat memuaskan." (Aya)
Ayaya bukanlah streamer yang terkenal tanpa alasan. Meskipun masih muda, Ayaya berpikir dan bertindak dengan hati-hati tanpa jadi sombong.
"Aku berutang banyak pada Oni-chan. Cuma setelah terlibat denganmu aku mulai berkembang lagi." (Aya)
"Aku senang karena aku dapat membantu." (Haruto)
(Aku tidak tahu tentang masalah stagnasi itu sih...)
"Hei, Haruto-san, apa kamu punya masalah atau semacamnya? Aku mau membalas budi kalau ada sesuatu yang dapat aku lakukan." (Aya)
"Sebenarnya, ada." (Haruto)
"Benarkah!?" (Aya)
Tepat saat Aya bersemangat buat mendengar lebih lanjut...
"Oh, eum! Maaf! Bukan berarti aku senang kalau kamu punya masalah atau semacamnya!!" (Aya)
"Haha, tidak usah khawatir, aku tidak berpikiran kayak gitu, kok." (Haruto)
Aya mengibas-ngibaskan tangannya dengan panik.
"...Aku sudah kepikiran buat berkonsultasi dengan Shirayuki-san soal sesuatu sejak lama. Hampir tidak ada orang yang dapat ku ajak bicara secara terbuka soal masalah streaming, jadi kamu itu satu-satunya." (Haruto)
"Aku akan melakukan yang terbaik buat membantumu, jadi silakan saja!" (Aya)
"Terima kasih. Itu melegakan." (Haruto)
Aya mengepalkan tangannya, menunjukkan tekadnya. Memang agak memalukan buat berkonsultasi dengan seseorang yang lebih muda, tetapi dalam hal ini, tidak ada yang lebih dapat diandalkan ketimbang Aya.
"Jadi, yang mau Aku tanyakan yaitu—" (Haruto)
"Iya?" (Aya)
"Akhir-akhir ini, aku kesulitan memikirkan arah mana yang mesti diambil channel-ku..." (Haruto)
"Dengan kata lain, apa akan mempertahankan persona toksik itu atau mengubahnya jadi kepribadian yang lebih alami, bukan?" (Aya)
"Tepat sekali." (Haruto)
Mengetahui situasinya membuat Ayaya jadi orang yang tepat buat diajak berkonsultasi. Cuma dengan penjelasan singkat, Ayaya memahami situasinya dengan akurat.
"Jumlah subscribers-ku saat ini sekitar 180.000... Fakta bahwa channel-ku hampir berlipat ganda sejak insiden itu membuatku banyak kepikiran soal apa yang mesti aku lakukan di masa mendatang. Terutama karena pertumbuhannya sangat cepat." (Haruto)
"Apa kamu kepikiran buat berhenti dari konten toksik sekitar milestone 200.000 subscribers-mu?" (Aya)
"Semacam itulah... ...Mungkin. Akhir-akhir ini, Aku tidak yakin karakter kayak apa yang viewers-ku mau." (Haruto)
Apa yang telah dibangun selama lebih dari setahun dapat dikejar cuma dalam waktu sebulan. Meskipun itu merupakan situasi yang biasanya akan membuat content creator senang, itu juga menimbulkan ketidakpastian soal arah channel-nya.
"Kalau aku berada di posisi Haruto-san, aku yakin kalau aku akan punya kekhawatiran yang sama. Pertumbuhannya luar biasa, sih." (Aya)
"...Ah, haha. Iya, kamu benar." (Haruto)
"Sebagai pihak ketiga, aku dapat menawarkan sudut pandangku. Tetapi keputusannya ada padamu." (Aya)
Dengan kalimat yang begitu penuh pertimbangan, Aya mulai berbicara dengan nada tenang dan santai.
"Pertama-tama, apa yang telah kamu bangun sejauh ini sama sekali tidak sia-sia. Kalau kamu tidak membangun persona toksikmu itu, hasil saat ini tidak akan mungkin tercapai, bukan?" (Aya)
"Iya." (Haruto)
"Jadi, semua kerja keras yang sudah kamu lakukan sejauh ini tidak sia-sia." (Aya)
"..." (Haruto)
Kata-kata Aya seakan-akan menembus langsung ke hati Haruto.
Jauh di lubuk hatinya, Haruto merasa tidak nyaman kalau berbagai perjuangan yang ia lalui di masa lalu demi mencapai 100.000 subscribers dengan mudah dilampaui dalam waktu sesingkat itu.
Itu berubah dari:
—(Mustahil aku bisa mencapai 100.000 subscribers.)
Jadi:
—(Kalau aku bisa mencapai 200.000 subscribers semudah ini, apa gunanya seluruh usaha yang sudah aku lakukan sampai sekarang.)
"Ah, begitu ya... ...Mestinya aku juga berpikiran kayak gitu." (Haruto)
Haruto paham kalau inilah sumber masalahnya. Perspektif Haruto terlalu sempit.
Itu semua soal persepsi Haruto sendiri yang keliru.
"...Sebenarnya, aku juga pernah punya pemikiran yang sama waktu pertama kali mulai." (Aya)
"Be-Benarkah?" (Haruto)
"Iya. Aku sudah bekerja keras tetapi channel-ku tidak berkembang banyak, dan aku bahkan sempat mempertimbangkan buat pensiun. Lalu, aku secara kebetulan bertemu dengan streamer terkenal dan melihat pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya... Itu membuatku senang, tetapi aku mau tidak mau penasaran buat apa seluruh usahaku sebelumnya." (Aya)
"..." (Haruto)
"Tetapi kalau aku pikir-pikir lagi, tanpa melakukan seluruh usaha itu, viewers-ku mungkin tidak akan jadi fans-ku. Saat aku mulai berpikir begitu, jauh lebih mudah buat mengatasinya." (Aya)
Senyuman kecil dan malu-malu muncul di wajah Aya. Itulah ekspresi yang meringankan hati Aya.
"Ah, kembali ke topik, aku pikir kamu mesti melanjutkan dengan karaktermu saat ini apa adanya. Kalau kamu mengubahnya sekarang, kamu mungkin cuma mempertahankan sekitar separuh dari jumlah fans yang kamu punya karena itulah yang mereka mau. Kamu bisa saja mengalami periode stagnasi mirip denganku. Terlebih lagi, pesona unik yang cuma kamu punya sekarang mungkin akan hilang, bukan? Menggoda viewers dan digoda oleh mereka —itulah yang paling cocok buatmu." (Aya)
Mampu berbicara seakurat itu soal situasi orang lain menunjukkan kalau Aya telah menganalisis dengan cermat kekuatan, nilai jual, dan elemen yang beresonansi dengan viewers.
Apa Aya benar-benar 18 tahun? Itulah saat di mana Haruto tidak dapat menemukan kata-kata buat membalas.
♦
"Iya, aku punya alasanku sendiri — aku mau memonopoli jati diri sejati Oni-chan sebanyak mungkin, loh?" (Aya)
"A-Apa maksudnya itu?" (Haruto)
"Jangan pedulikan itu. Itu cuma ketertarikan pribadiku~" (Aya)
Dengan senyuman licik, Aya membuat lelucon, merasakan kalau sesi konseling sudah berakhir.
Cuma dengan ini saja, suasana agak berat yang sempat menyelimuti selama konsultasi sirna, dan suasana ceria kayak biasanya kembali.
Ini mungkin keahlian yang Aya asah sebagai seorang streamer. Meskipun lebih muda, Aya tetap unggul dalam banyak aspek.
"Awas saja. Setelah melampaui 200.000 subscribers, tujuanku berikutnya yaitu melampaui Ayaya-san!" (Haruto)
"Kalau kamu dapat mencapai tujuan itu, aku akan mengabulkan satu permintaanmu, apapun itu." (Aya)
"Itu cukup ambisius." (Haruto)
"Iya, aku tidak berniat kalah!" (Aya)
"Haha, begitu ya." (Haruto)
Haruto senang karena ia dapat berkonsultasi dengan Aya hari ini. Dan tanpa terasa, mereka sampai di persimpangan jalan biasa. Tepat pada saat itu...
"Ah!" (Aya)
"Apa kamu baik-baik saja?" (Haruto)
"Ah, nyaris saja! Tersandung kayak gitu, aku ini memang ceroboh sekali." (Aya)
Buat kedua kalinya hari ini, Aya tersandung dan hampir jatuh. Pasti cukup mengejutkan, menilai dari mata Aya yang terbelalak.
Dan Aya tidak tersandung batu kecil kali ini. Aya tersandung kakinya sendiri.
"Itu tidak biasanya. Terus-menerus tersandung begitu." (Haruto)
"Iya, gitu deh!" (Aya)
"...Hmm?" (Haruto)
Itu kayaknya bukan kebetulan. Aya mengalihkan pandangannya sepersekian detik.
"Shirayuki-san, apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan?" (Haruto)
"Hah!?" (Aya)
Kali ini, Aya bahkan tampak menahan napasnya.
"Eum, begini, apa jangan-jangan kamu sakit, Shirayuki-san? Aku dengar tersandung berulang kali bisa jadi tanda penyakit." (Haruto)
"Aku tidak sakit sama sekali!! Itu bukan penyakit, itu cuma..." (Aya)
"Itu cuma...?" (Haruto)
Aya ragu-ragu dalam kata-katanya, yang tidak biasa buatnya. Saat didesak, kekhawatiran Haruto ternyata tidak berdasar.
"Ah, begini, waktu aku menunggumu, aku kehilangan salah satu lensa kontakku..." (Aya)
"Len-Lensa kontak? Ah, begitu ya. Jadi itu sebabnya kamu tampak agak aneh." (Haruto)
"Iya... ....Apa jangan-jangan aku salah menaruhnya? Kadang memang begitu." (Aya)
"Entahlah..." (Haruto)
Aya berbalik ke arah Haruto, memiringkan kepalanya dengan ekspresi bermasalah. Itu merupakan gestur yang imut, tetapi Haruto benar-benar terganggu dengan pertanyaan yang Aya ajukan.
"Paling tidak lebih baik kalau saja sekarang siang hari..." (Haruto)
"Iya, aku masih dapat melihat dengan satu mata, jadi tidak apa-apa!" (Aya)
"Meskipun kamu sudah tersandung dua kali?" (Haruto)
"I-Itu kecelakaan!" (Aya)
Keandalan yang Aya tunjukkan sebelumnya kayaknya telah menghilang. Momen-momen kayak ginilah yang secara tepat mencerminkan usia Aya.
(Tetapi aku rasa setiap orang punya momen kayak gini...) (Haruto)
Dengan pemikiran kayak gitu, kata-kata itu keluar dari mulut Haruto tanpa sengaja.
"Kalau tidak apa-apa dengan Shirayuki-san, bagaimana kalau kita berpegangan tangan saja? Kamu boleh pegang pergelangan tanganku kalau kamu mau." (Haruto)
"Hah!?" (Aya)
"Kalau tidak, kamu bisa tersandung lagi, bukan?" (Haruto)
"Euh..." (Aya)
"Kalau kamu terjatuh dan terluka, itu dapat mempengaruhi streaming-mu. Lebih baik waspada ketimbang menyesal, bukan?" (Haruto)
"Euh..." (Aya)
Entah Aya paham atau tidak, setiap kali dia bicara, ada erangan yang seakan-akan menunjukkan kalau dia setuju.
"Tentu saja, aku tidak akan memaksamu, tetapi bagaimana menurutmu?" (Haruto)
Saat Haruto mengulurkan tangannya, Aya tetap terdiam dan mulai gelisah.
"Eum, itu, kalau begitu, apa boleh... ...kalau aku memegang ujung kemeja Haruto-san...?" (Aya)
"Tentu saja, tidak apa-apa, tetapi nada bicaramu jadi lebih sopan ketimbang biasanya. Apa ada yang salah?" (Haruto)
"I-Iya, begini, aku belum pernah melakukan hal kayak gini sejak SD..." (Aya)
"Ah, benarkah...?" (Haruto)
Seakan-akan membuktikan kata-katanya melalui tindakannya, Aya dengan malu-malu memegang ujung kemeja Haruto dengan jari gemetaran, seakan-akan menunduk buat memperhatikan langkahnya.
Mungkin karena perbedaan tinggi badan atau mungkin karena gugup, Aya tampak kayak anak hilang yang sedang diantar pulang.
"A-Apa!? Pasti itu bohong, bukan? Sejak SD?" (Haruto)
"Aku tidak akan membuat kebohongan yang memalukan kayak gitu... ....Kalau aku dapat terbiasa, aku tidak keberatan berpegangan tangan dengan Haruto-san..." (Aya)
"I-Itu..." (Haruto)
Dengan penampilannya yang imut dan kepribadiannya yang lembut, mustahil Aya tidak populer. Tetapi melihat Aya tersipu malu cuma karena memegang ujung kemeja Haruto, mungkin ada kebenaran di balik perkataan Aya.
"Ha-Haruto-san terlalu terbiasa dengan ini... ...Aku tidak suka kalau aku saja yang terpengaruh oleh ini..." (Aya)
"Aku sama sekali belum terbiasa." (Haruto)
"Aku tidak mempercayaimu." (Aya)
Aya mengencangkan cengkeramannya pada ujung kemeja Haruto, menariknya sedikit. Kayaknya Aya mau membalikkan keadaan sedikit saja.
Meskipun kekuatan Aya cukup lemah, Haruto dapat merasakan tekadnya.
Dengan senyuman tipis, Haruto membalas tatapan Aya. Saat mata mereka bertemu, tangan Aya yang menarik kemeja Haruto berhenti.
"Hei, Shirayuki-san." (Haruto)
"A-Ada apa...?" (Aya)
"Aku memang cuma mau bilang ini lagi, tetapi terima kasih buat hari ini. Terima kasih sudah mendengarkan masalahku." (Haruto)
Arah yang mesti Haruto ambil buat channel-nya kini jelas, semua berkat Aya. Haruto tidak bisa cukup berterima kasih pada Aya.
"Aku mau mengungkapkan rasa terima kasihku dengan benar. Apa ada sesuatu yang kamu mau?" (Haruto)
"Jangan khawatirkan itu. Aku sudah menerima banyak bantuan dari Haruto-san." (Aya)
"Apa ada sesuatu yang kamu mau?" (Haruto)
"A-Aku sudah bilang..." (Aya)
"Hmm?" (Haruto)
"Wah, kamu tidak akan menyerah sekarang, bukan?" (Aya)
"Kamu benar sekali. Kalau kamu tidak dapat memikirkan apapun sekarang, tidak apa-apa kalau kamu memberi tahuku nanti. Santai saja." (Haruto)
Mengetahui kepribadian Aya, Haruto sudah mengantisipasi respons kayak gini dari Aya. Tetapi tetap saja, Haruto mau memastikan dapat memberi Aya hadiah terima kasih yang penuh perhatian.
"E-Eum, kalau tidak keberatan... ...Aku mau jalan-jalan dan bersenang-senang dengan Haruto-san. Apa tidak apa-apa?" (Aya)
"Apa itu yang paling kamu mau?" (Haruto)
"Iya, itu akan membuatku sangat senang." (Aya)
"Be-Begitu ya..." (Haruto)
Sambil memegang ujung kemejanya, perkataan Aya membuat jantung Haruto berdebar-debar. Kedengarannya kayak Aya menyarankan kencan, tetapi dia mungkin tidak berpikir sejauh itu.
"Haruto-san, hari liburmu cuma hari Sabtu, bukan?" (Aya)
"Iya, tetapi kamu ada streaming setiap hari Sabtu, bukan? Aku dapat mengatur ulang jadwal kerjaku ke hari lain." (Haruto)
"Tidak, hari Sabtu juga tidak apa-apa! Tetapi aku mesti memeriksa jadwalku dan menghubungimu lagi!" (Aya)
"Terima kasih. Aku akan menantikan hari itu." (Haruto)
"Aku juga!" (Aya)
Pada titik ini, rasa malu Aya sebelumnya sudah hilang, dan sikap ceritanya kembali. Saat mereka terus berjalan, mereka membahas berbagai detail soal jalan-jalan itu, kayak tempat ketemuan, waktu, dan kegiatan.
"Ah, gedung apartemen ini tempat aku tinggal!" (Aya)
"Eh? Di sini!?" (Haruto)
"Iya! Ada kamar kedap suara di lantai atas." (Aya)
Aya berhenti di depan gedung apartemen 20 lantai berwarna hitam putih yang dirancang dengan indah.
"Kayak yang diharapkan dari seorang streamer... ...Tinggal di tempat sebagus ini." (Haruto)
"Aku sebenarnya mau tinggal di tempat yang lebih murah, tetapi sulit mencari yang ada kamar kedap suaranya." (Aya)
"Itu benar... ...Penting juga tinggal di tempat yang aman buat menjaga diri tetap aman." (Haruto)
"Ah! Kalau Haruto-san tinggal bersamaku, kita boleh bagi dua harga sewanya, dan keamanannya akan semakin sempurna!" (Aya)
"Itu ide yang bagus. Apa adikku juga boleh tinggal bersama kita?" (Haruto)
"Tentu saja, adikmu lebih dari diterima! Ada beberapa kamar kosong tersedia!" (Aya)
"Iya, kalau begitu, aku tidak punya pilihan selain tinggal di sini. Ngomong-ngomong, cukup bercandanya, aku akan pulang." (Haruto)
"Haha, kamu cepat sekali berubah mode!" (Aya)
Meskipun itu cuma lelucon, Aya tidak akan bilang begitu tanpa kepercayaan. Lagipula, membagikan alamat rumahnya juga merupakan tanda kepercayaan tersendiri.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang, Haruto-san." (Aya)
Dan dengan begitu, Aya melepaskan ujung kemeja Haruto yang tadinya dia pegang.
"Dan juga, terima kasih sudah membimbingku pulang, aku sangat menghargainya!" (Aya)
"Tidak, aku yang berterima kasih karena sudah membantuku dengan masalahku." (Haruto)
"Sama-sama." (Aya)
Dengan ucapan "sama-sama" yang agak terlalu santai, Aya menuju pintu masuk gedung apartemen.
"Kalau begitu, mari kita bertemu lagi di kafe, Haruto-san!" (Aya)
"Iya, sampai jumpa." (Haruto)
Mengambil kunci kartu dari tasnya, Aya menempelkannya ke perangkat otentikasi dan masuk.
Setelah pintu masuk tertutup, Aya tiba-tiba berbalik sekali lagi dan melambaikan tangan 'Dah!' dengan senyuman.
TL Note:
Semakin asyik aja hubungan percintaan Haruto dan Aya ya, guys?
Yang mau berdonasi demi kelancaran proyek penerjemahan ini juga boleh ya lewat Trakteer: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
←Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya→