Genjitsu de RabuKome Dekinai to Dare ga Kimeta? [LN] - Jilid 3 Belakang Panggung 1 - Lintas Ninja Translation

Baca-Rabudame-LN-Jilid-3-BP-1-Bahasa-Indonesia-di-Lintas-Ninja-Translation

Belakang Panggung 1
Keblunderan "Kaki Tangan"

Sehari sebelum pertunjukan langsung Torisawa-kun, pada hari Jum'at sepulang sekolah.

Aku sedang berada di lorong di lantai satu Gedung Utara, memunguti beberapa cetakan yang berserakan di lantai.

"Maaf, aku tidak memperhatikan."

Membungkuk buat mengambil hasil cetakan itu ialah targetku, Shiozaki-senpai.

"Tidak, maafkan aku. Aku tiba-tiba muncul..."

"Iya, aku senang kalian berdua tidak terluka."

Dan lalu, target lainnya —Hinoharu-senpai—menghela napas lega dan bergumam,

"—Sekarang ini merupakan waktunya buat pemeriksaan penguncian sekolah."

Patroli ini mesti dilakukan oleh Pengurus OSIS, dan tugas hari ini jatuh pada mereka berdua.

Rute patroli telah ditentukan: mereka akan berpencar buat menjaga Gedung Utara dan Gedung Selatan, lalu ketemuan di tempat yang telah ditentukan sebelum kembali ke Ruang OSIS — begitulah yang tertulis dalam 'Catatan Teman-Teman'.

Jadi, aku mengatur waktu buat bergerak dan muncul dari sudut yang tidak tampak, menabrak para senpai dan membiarkan hasil cetakan yang aku pegang, berserakan di lantai.

Tentu saja, ini merupakan strategi buat menciptakan peluang untuk berbicara dengan mereka sewaktu mereka sedang bersama.

Aku segera mengambil cetakan di dekat kami dan menepuk-nepuk lutut buat berdiri.

Lalu, berpura-pura tidak tahu, aku menatap Shiozaki-senpai, yang masih berjongkok.

"Terima kasih atas bantuan kalian. Eum..."

"Aku Shiozaki dari Kelas XI."

Shiozaki-senpai cuma mengangkat wajahnya dan mengangguk dengan ekspresi tegas.

Kayak yang diduga oleh data, Shiozaki-senpai tampak kayak orang yang lugas. Tetapi mungkin karena mata Shiozaki-senpai tampak lembut, ia tidak tampak mengancam kayak yang aku duga.

"Shiozaki-senpai... ...Ah, apa jangan-jangan kamu itu Shiozaki-senpai yang mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS?"

"Hmm, kamu sangat berwawasan... ...Kamu itu orang kedua yang aku jumpai yang tahu soalku sebelum kita ketemuan."

Mungkin, orang pertama yang Shiozaki-senpai sebutkan itu Kouhei. Iya, itu soal tingkat kesadaran akan Pemilihan Umum Ketua OSIS. Aku sendiri bahkan tidak tahu soal jadwal Pemilihan Umum Ketua OSIS sampai Kouhei memberitahukannya padaku.

Aku memang merasa kasihan pada Pengurus OSIS, tetapi pada kenyataannya, kebanyakan orang mungkin tidak peduli siapa Ketua OSISnya atau apa kebijakannya.

Karena tidak peduli seberapa menariknya kebijakan tersebut atau seberapa inovatifnya rencana reformasi tersebut, pada dasarnya mereka tidak relevan buat kita.

Terutama buat reformasi berskala besar, tidak semudah bilang kalau hal itu akan mengubah banyak hal. Meskipun kita melihatnya setiap tahun, kemajuannya mungkin cuma akan berjumlah "kita selangkah lebih dekat buat mewujudkannya." Pada saat reformasi ini sepenuhnya dipraktikkan, kita sudah lulus.

Semua orang menyadari hal ini, makanya mereka pada dasarnya tidak tertarik. Jauh lebih bermakna buat fokus pada ujian berikutnya atau ekskul — Sesuatu yang secara langsung mempengaruhi kita.

Itulah yang kebanyakan orang pikirkan...

"...Jadi, Hinoharu-senpai tidak mencalonkan diri dalam Pemilihan Umum Ketua OSIS, ya?"

Aku memaksa diriku buat tidak memikirkan kata-kata yang hampir terlintas di dalam benakku dan melanjutkan strategiku.

"...Iya, aku tidak mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS."

Hinoharu-senpai berhenti sejenak sebelum menjawab, dan senyuman yang dia berikan padaku lebih dewasa ketimbang yang aku lihat saat istirahat makan siang kemarin.

—Hinoharu-senpai kayaknya punya alasannya tersendiri.

Tetapi, bukan itu reaksi yang aku cari. Kayaknya Hinoharu-senpai tidak terlalu peduli dengan Pemilihan Umum Ketua OSIS ini, jadi aku mungkin dapat mengeluarkannya dari rencanaku.

"Tetapi tidak apa-apa. Shiozaki-senpai itu orang yang luar biasa. Shiozaki-senpai itu orangnya serius, rajin, dan menyelesaikan banyak hal... ...Iya, Shiozaki-senpai itu orang yang dapat diandalkan. Paling tidak, begitulah menurutku."

"..."

Hinoharu-senpai mengelus bahu Shiozaki-senpai, yang masih mengatur hasil cetakan, tanpa mengubah ekspresinya.

Shiozaki-senpai tetap diam, ekspresinya juga tidak berubah.

—Sulit buat membaca pikiran mereka dari ekspresi mereka. Kalau begitu...

Aku memasang wajah kecewa dan menjawab,

"Begitu ya... ...Kouhei — maksudku, Nagasaka berharap Hinoharu-senpai akan mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS. Nagasaka bilang akan menarik kalau kamu mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS."

Aku sengaja menyebut nama Kouhei sambil melirik ke arah Shiozaki-senpai dari sudut mataku.

Sekarang, bagaimana reaksi Shiozaki-senpai?

Shiozaki-senpai berdiri dengan hasil cetakan di tangannya dan bergumam, "Hmm."

"Apa kamu itu temannya Nagasaka?"

"Iya, kami itu memang teman masa kecil. Jadi, Shiozaki-senpai juga mengenal Nagasaka?"

Shiozaki-senpai mengangguk tanpa mengubah ekspresinya.

Lalu, Shiozaki-senpai melangkah maju selangkah dan mengulurkan setumpuk hasil cetakan padaku.

Saat aku berterima kasih pada Shiozaki-senpai dan mengambil hasil cetakannya, ia bergumam pelan,

"...Jadi, 'orang yang lebih cocok' yang Nagasaka sebutkan itu..."

Shiozaki-senpai melirik ke arah Hinoharu-senpai sejenak.

—Reaksi itu mengkonfirmasikannya.

Kayak yang aku duga, kayaknya Shiozaki-senpai punya beberapa pemikiran soal Hinoharu-senpai yang tidak mencalonkan diri buat posisi tersebut. Pasti ada beberapa alasan yang berhubungan dengan Hinoharu-senpai yang membuat Shiozaki-senpai memutuskan buat mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS.

Kalau aku mengikuti hubungan itu — Mungkin saja itulah kuncinya.

"Hah, jadi kamu juga mengenal Nagasaka-kun, Shiozaki-kun?"

Saat aku merasakan sebuah pencapaian, Hinoharu-senpai membuka mulutnya dengan terkejut. Hinoharu-senpai pasti tidak mendengar apa yang baru saja Shiozaki-senpai bilang.

"Iya. Kami sudah berbicara sekali atau dua kali."

"Nagasaka-kun kayaknya mengenal semua orang, bukan? Kayaknya Nagasaka-kun sudah berteman dengan semua orang di sekolah."

Hinoharu-senpai menghela napas kagum.

Iya, kebanyakan dari mereka cuma kenalan buat mengumpulkan informasi, bukan benar-benar teman.

"Iya, ia punya banyak koneksi, cowok itu. Meskipun ia berasal dari Sisi Timur."

"Nagasaka-kun itu luar biasa! Ah, aku benar-benar berharap Nagasaka-kun bergabung dengan OSIS..."

Melihat Hinoharu-senpai tampak sangat kecewa, aku penasaran.

...Aku dengar kalau Kouhei mendapat banyak ajakan, tetapi kayaknya ia lebih serius dari yang aku kira.

Tetapi apa Kouhei benar-benar melakukan sesuatu yang dievaluasi begitu tinggi oleh OSIS?

Di Kelas X-D, Kouhei memang menonjol karena insiden dengan "teman masa kecil"-nya, yaitu aku, dan Katsunuma-san, tetapi cuma itu saja. Di kelas kami, di mana Kouhei cuma punya sedikit koneksi, kesannya lebih kayak, "Ah, ia itu seorang ronin."

Kouhei tampaknya membantu OSIS dengan kedok investigasi, jadi mungkin ia dievaluasi berdasarkan hasil itu?

...Mungkin aku mesti bertanya pada Hinoharu-senpai soal itu.

"Hei, Hinoharu-senpai, kamu kayaknya sangat menyukai Kouhei."

"Iya! Nagasaka-kun punya kemampuan yang luar biasa!"

Wajah Hinoharu-senpai berbinar, dan dia tampak sangat bahagia, seakan-akan itu merupakan pencapaiannya sendiri.

...Hinoharu-senpai menjawab tanpa ragu-ragu. Aku penasaran seberapa banyak Kouhei menunjukkan kekuatannya pada Hinoharu-senpai.

"Nagasaka-kun itu luar biasa dalam hal angka. Nagasaka-kun itu sangat akurat dan cepat bagaikan mesin, namun ia juga punya kekuatan buat jadi fleksibel... ...Dan yang terpenting, sikap proaktif Nagasaka-kun itu luar biasa! Kamu dapat benar-benar merasakan kalau Nagasaka-kun akan memberikan yang terbaik saat melakukan sesuatu."

"Begitukah?"

"Dan Nagasaka-kun bilang kalau itu semua karena ia telah bekerja keras demi mewujudkan cita-citanya jadi kenyataan. Bagaimana mungkin aku tidak mengakui hal itu?"

Iya, isi cita-cita itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dipahami, bagaikan kisah komedi romantis...

Saat aku membuat tanggapan mental ini, aku berpikir soal bagaimana menanggapinya.

—Ini memang sebagian salahku karena Kouhei telah menarik perhatian Hinoharu-senpai.

Mungkin akan mengganggu kalau Kouhei terus diajak bergabung ke OSIS, jadi mungkin aku mesti sedikit membentenginya.

Dengan keputusan itu, aku memaksakan senyuman kecut, berpura-pura jadi "teman masa kecilnya" Kouhei.

"Kamu terlalu memuji Kouhei karena ia itu tidak sehebat itu. Pada dasarnya Kouhei itu orang yang aneh, ia itu menyebalkan, dan yang terpenting, ia itu orang bodoh."

"Benarkah? Aku sama sekali tidak setuju."

Hinoharu-senpai tiba-tiba memasang wajah cemberut dan tidak setuju.

Hah...?

Tunggu, apa aku salah menilai situasi ini?

Sebelum aku dapat menyadari kesalahanku, Hinoharu-senpai maju selangkah dan menatap mataku.

Mata Hinoharu-senpai, dengan sedikit warna kebiruan, sangat lugas, dan aku merasa terancam dan kehilangan kata-kataku.

"Nagasaka-kun itu seseorang yang layak dihormati. Meskipun Nagasaka-kun gagal dalam ujiannya, ia tidak menyerah pada cita-citanya dan terus maju. Kamu tidak semestinya memanggil Nagasaka-kun dengan sebutan orang bodoh."

"Ah, tidak, itu..."

"Paling tidak, begitulah Nagasaka-kun yang aku kenal. Aku mengakui kalau Nagasaka-kun itu luar biasa... ...Mungkin kamu tidak melihatnya karena kamu sudah dekat dengan Nagasaka-kun sejak kecil."

Cara bicara Hinoharu-senpai yang berat sebelah membuat darahku mendidih.

—Berani-beraninya Hinoharu-senpai bilang bahwa kalau aku tidak memahami Kouhei?

...Atau lebih tepatnya, buat memulai.

Mengapa Hinoharu-senpai bertingkah seakan-akan dia itu satu-satunya orang yang benar-benar mengenali Kouhei?

"Jangan terlalu serius, Hinoharu-senpai."

—Saat berikutnya, tanpa sadar.

Aku mendapati diriku mengucapkan kata-kata itu.

"Hah... ...Ah."

Hinoharu-senpai tersentak kembali ke dunia nyata.

Di saat yang sama, aku menyesali apa yang barusan aku bilang.

"—Cuma bercanda. Aku agak keterlaluan, maaf."

"...Tidak."

Hinoharu-senpai memasang senyuman yang pasrah dan dewasa di wajahnya.

Melihat ekspresi itu, aku semakin merasa bersalah atas kesalahanku.

—Aku, berhadapan dengan Hinoharu-senpai...

Dari semua hal, aku menyuruh Hinoharu-senpai buat 'membaca suasananya'.

Aku memberikan tekanan yang sama kayak yang lainnya...

"—Hinoharu-san. Apa maksudmu dengan bilang kalau tugas sebelumnya selesai dengan cepat?"

Shiozaki-senpai, yang telah diam-diam mendengarkan sampai saat itu, menyela dengan nada yang lebih berat.

"Eh? ...Ah!"

Hinoharu-senpai menutup mulutnya, menyadari kesalahannya.

Menghadapi Shiozaki-senpai yang terdiam, yang menyilangkan tangannya, Hinoharu-senpai dengan panik melihat sekeliling, matanya menatap tajam.

"A-Apa maksudnya kira-kira, ya... ...Ah! Aku baru ingat jendela yang lupa aku tutup! Aku akan segera kembali!"

Meninggalkan alasan tipis ini, Hinoharu-senpai dengan cepat lari dari tempat kejadian perkara.

...Jadi tugas yang ditugaskan Kouhei itu tidak resmi.

Saat aku diam-diam menghela napas lega, Shiozaki-senpai yang tersisa menghela napas.

"Maafkan aku kalau kata-kata Hinoharu-san itu menyinggung perasaanmu. Hinoharu-san selalu berkata jujur."

"Ah, tidak..."

Ah, iya, itu kayak yang aku duga. Aku melaksanakannya dan membuat segalanya jadi rumit, memberikan tekanan yang tidak perlu pada Hinoharu-senpai... ...Dan aku bertindak berdasarkan dorongan hatiku lagi, yang sangat tidak kayak diriku. Aku biasanya dikenal karena ketenangan dan dukungan yang terkumpul sebagai "Kaki Tangan".

Shiozaki-senpai melunakkan ekspresinya sedikit saat ia menjawab, "Hinoharu-san cuma berkomitmen pada apa yang dia yakini benar, dan tidak ada niat buruk. Kamu mungkin menganggap kalau Hinoharu-san itu egois... ...tetapi aku akan sangat menghargai kalau kamu dapat memakluminya."

Saat Shiozaki-senpai berbicara, ia menyipitkan matanya seakan-akan menatap ke kejauhan.

...Paling tidak, aku mesti menebus ini entah bagaimana.

"Shiozaki-senpai — Apa kamu masih berpikir begitu?"

"Hmm?"

"Apa kamu masih berpikir Hinoharu-senpai menjunjung tinggi rasa kebenaran itu?"

Atas pertanyaanku, Shiozaki-senpai berhenti sejenak sebelum menjawab, ekspresinya tidak berubah.

"—Kalau memang benar begitu, aku tidak akan melakukan ini. Alasanku mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS yaitu buat membantu Hinoharu-san mendapatkan kembali rasa kebenaran itu."

Follow Channel WhatsApp Resmi  Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga:

• ImoUza Light Novel Jilid 1 Bahasa Indonesia

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama