Genjitsu de Rabukome Dekinai to Dare ga Kimeta? [LN] - Jilid 1 Belakang Panggung 1 - Lintas Ninja Translation

Baca-RabuDame-Jilid-1-Belakang-Panggung-1-Bahasa-Indonesia-di-Lintas-Ninja-Translation

Belakang Panggung 1
Meramalkan yang Tidak Tampak oleh Orang Bodoh

"Ah, begitu ya, begitu ya. Maaf telah karena memanggilmu secara tiba-tiba."

Di sebuah lorong di mana sang surya terbenam dan hari mulai gelap, aku melambaikan tanganku sedikit dan tersenyum.

"Ah, tidak apa-apa. Buat seseorang yang ada di kelas lain, kamu pasti tahu banyak soalku."

Target itu (cowok) melirik ke arahku sambil memainkan rambutnya yang tertata rapi.

Ia mungkin menganggap kalau ia tampak sempurna, tetapi ketidakcocokan antara wajahnya yang masih polos dan bagian tubuhnya yang lain memberi kesan mencolok kalau ia sedang melakukan debut di SMA. Iya, menurut informasinya Nagasaka, ia dulunya memang seorang atlet dengan potongan cepak, jadi, aku kira hal itu memang benar.

"Ah, aku dengar soalmu dari Nagasaka, dan aku telah melihatmu berkali-kali sebelumnya."

Itu tidak bohong. Kurang lebih. Aku melihatnya di belakang Nagasaka di Latihan Sorak-Sorai Ouen. Sebentar saja.

Selain itu, untuk mengurangi keanehan dalam melakukan kontak, cara yang cepat dan mudah yaitu dengan membuatnya tampak kayak kamu selalu tertarik.

"Seriusan? Apa jangan-jangan kamu tertarik padaku?!"

Iya, bahkan fakta kalau ia secara langsung mengambil kesimpulan kayak gitu, sama kayak dalam data informasi.

"Hah...? Idih, kamu sangat kepedean."

Aku mendorong pelan pundaknya yang mendekat. Aku cukup jujur buat tidak terlalu berharap terlalu banyak, tetapi tidak terlalu jujur sampai-sampai membuatnya merasa tidak nyaman. Sementara aku melakukan itu, aku tidak lupa buat meletakkan dasar-dasarnya.

"Maksudku, apa kamu bilang begitu pada setiap cewek yang berbicara padamu?"

"Hahaha, mustahil. Cuma cewek-cewek yang imut!"

"Kalau begitu kamu pasti bilang hal yang sama pada Mei, bukan? Kalian sudah akrab akhir-akhir ini, bukan?"

"Ah, oke, Mei-chan... Dia punya perasaan yang, Iya, itu mustahil, loh?"

Ah, begitu ya. Jadi itulah penafsiran yang aku dapatkan dari berurusan dengan cewek itu.

Tidak. Mungkin—

"...Iya, bukan berarti aku peduli. Oke, sampai jumpa lagi~"

"Ah, paling tidak beri aku informasi kontakmu—"

Aku segera menghilang ke lantai bawah sebelum ia sempat berkata apa-apa lagi.

Aku telah berhubungan dengan berbagai macam orang dan mulai melihat banyak tren.

Kayak yang sudah aku duga, tidak diragukan lagi, memang benar kalau Mei telah nongkrong dengan beberapa kelompok. Namun, kayaknya dia tidak tampak dekat dengan siapapun di antara mereka, dan kayaknya dia akan selalu membuat garis pembatas.

Perilaku itu tampaknya bukan buat bergaul dengan semua orang, melainkan tidak bergaul dengan satu kelompok saja.

Dari sana, saat aku menguraikan tindakan Mei, secara samar-samar, aku dapat mengetahui tujuannya.

Namun, dengan asumsi bahwa segala sesuatunya berjalan kayak yang aku harapkan, ada perasaan tidak nyaman karena cuma di Kelas X-D saja dia banyak berhubungan dengan cowok-cowok. Kalau dia mau mengikuti tujuannya, maka, menurutku, mestinya di secara proaktif berbicara dengan cewek-cewek.

Berpikir bahwa perasaan tidak nyaman ini mungkin merupakan kunci kebenaran, aku mencoba memusatkan penyelidikanku pada Kelas X-D. Namun sejauh ini, aku tidak dapat membuahkan hasil yang jelas.

Meskipun begitu, sampai saat ini, situasinya bahkan belum memberikan kesempatan. Dan tidak diragukan lagi, bahwa aku membuat kemajuan. Akan lebih baik buat melaporkan kembali saat aku punya informasi yang lebih padat dan memikirkan kembali cara menangani berbagai hal mulai saat ini.

Setelah mengambil keputusan itu, aku mulai berjalan menuju tujuanku berikutnya.

Sekarang, saatnya buat hal yang sesungguhnya. Cowok itu.

Melihat bagaimana mereka melakukannya pada waktu yang sama, dapat diasumsikan bahwa ada sesuatu yang mendorongnya. Bahkan, seandainya saja tidak ada yang dihasilkan dari hal ini, kalau saja hal ini memperdalam persahabatan kami, maka, tidak akan sia-sia sama sekali.

Tiba-tiba, aku penasaran, apa aku melakukan sesuatu yang sia-sia.

Apa yang ditugaskan padaku itu Investigasi Patroli rutin. Aku tidak diminta buat melakukan tindakan lain.

Tetapi... ...fakta bahwa ia mau aku melakukan investigasi menyeluruh berarti pasti ada alasan di baliknya.

Kalau itu yang diperlukan buat menyelesaikan rencananya, maka jadilah.

Selain itu, kayaknya aku punya peran dalam Investigasi Tatap Muka, jadi mengingat situasi saat ini di mana kami kekurangan data, masuk akal buatku untuk bertanggung jawab atas ranah yang tidak dapat diliput oleh Nagasaka.

Jumlah ini memang tidak terlalu merepotkan.

Inilah cara yang bagus buat memverifikasi berbagai hal yang selama ini tidak membebani waktuku. Kalau dipikir-pikir, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui merupakan metode yang murah.

Dengan cara santai itulah aku melanjutkan investigasiku.

Meskipun begitu, mungkin karena inderaku lumpuh karena selalu bertemu dengannya...

Aku benar-benar lupa premis dasar kalau apa yang aku lakukan itu memang bodoh sejak awal.

TL Note: Jangan lupa berkomentar di kolom Disqus yang sudah disediakan ya sobat LNT. 🙏

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama