Genjitsu de Rabukome Dekinai to Dare ga Kimeta? [LN] - Epilog Jilid 1 - Lintas Ninja Translation

Baca-Rabudame-LN-Epilog-Jilid-1-Bahasa-Indonesia-di-Lintas-Ninja-Translation

Epilog
Siapa yang Memutuskan Kalau Kisah Komedi Romantis Kita Dimulai Saat Ini?

"Dan begitulah, izinkanku memperkenalkan kembali teman masa kecilku, Uenohara Ayano. Silakan terus bergaul dengannya."

"Dia tidak bermaksud kayak gitu."

"Ma-Makanya para tsundere itu-!"

Meskipun jadi seorang Kaki Tangan, kamu sudah sangat keras kepala sejak awal!

Setelah berhasil menyelesaikan Pertunjukan Sorak-Sorai Ouen yang sebenarnya buat reli pelepasan Soukoukai.

Bersama dengan kelompok para Karakter, Uenohara dan aku menghadiri Ajang Pesta Penutupan di sebuah restoran makanan organik di dekat sekolah kami.

Beberapa hari yang lalu, Ajang Pembuatan Teman Masa Kecil Uenohara Ayano telah berhasil tanpa insiden apapun.

Para karakter, khususnya, semuanya memberikan respons yang baik. Jadi, aku memutuskan buat menambahkan Uenohara ke dalam kelompok kali ini, dan karena itulah kami mengobrol buat saling menyapa lagi.

"Ang-Anggap saja. Aku tahu kami telah membuatmu banyak khawatir dan kesulitan, tetapi aku menghargai pengertianmu."

"Itu semua memang kesalahan dari ronin pecundang dan si bodoh ini, sih."

"Gununu...!"

Aku paham. Kamu marah, bukan?! Kamu marah dengan isi "Kompilasi Materi Pengaturan Uenohara Ayano" yang aku paksakan padamu!

"Cukup, cukup, Ketua Kelas. Kita sudahi saja sampai di sini. Tentu saja, Ayano-chan pasti mengkhawatirkanmu. Kamu tidak dapat menyalahkannya karena agak terlalu bersemangat."

Tokiwa tersenyum padaku dengan seringai lembut.

Uenohara tiba-tiba jadi cemberut dan menunduk pada Tokiwa.

"...Tokiwa-kun, maafkan aku karena telah membuatmu khawatir. Kamu telah melakukan berbagai macam hal buat membantu, bukan? Aku sangat menghargainya."

Astaga. Kayak biasanya, dia mengadaptasi karakternya dengan sangat baik...

"Tidak, tidak, tidak. Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Aku juga punya teman masa kecil, jadi aku tahu bagaimana perasaanmu!"

Tokiwa dengan rendah hati melambaikan tangannya dari satu sisi ke sisi lain.

"Terima kasih... ...Apa aku masih bisa mengharapkan ajakan ke turnamen itu?"

"Ten-Tentu saja!"

Tokiwa menganggukkan kepalanya dengan senang.

Ah... ...Dia bahkan dengan cerdik mencoba buat memulihkan pertanda. Makanya dia itu monster dengan kemampuan berkomunikasi.

"Kamu juga, Mei... ...Mari kita terus akrab."

"Haha, kamu tidak perlu terlalu santai."

Kiyosato-san menanggapi dengan senyuman, melambaikan satu tangan ke udara.

Hal ini ternyata merupakan kesalahan perhitungan yang membahagiakan, tetapi sebagai hasil dari kemampuan Investigasi Tatap Muka Uenohara yang luar biasa, jadi jelas bahwa perilaku Kiyosato-san baru-baru ini merupakan upaya buat "memperluas lingkaran pertemanannya saat dia menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.

Menurut Uenohara, yang mendapatkan informasi tersebut, dia tidak melakukan tindakan apa-apa buat mengaitkan dirinya dengan kelompok tertentu. Dia melakukan kontak yang sama dengan mereka semua.

Dia pun ikut serta dalam Ajang Pesta Penutupan ini sebagai suatu hal yang biasa. Buat saat ini, aku merasa lega mengetahui bahwa kayaknya dia tidak akan dikelilingi oleh kelompok lain.

Selain itu, satu hal lagi. Kami juga mengkonfirmasi bahwa rencana yang disebutkan Kiyosato-san setelah latihan sorak-sorai yaitu pertemuan makan malam dengan Kelompok Katsunuma.

Rupanya, pertemuan itu diatur oleh Tokiwa atas permintaannya. Alasan mereka pergi pada waktu yang sama yaitu buat bergabung di dalamnya.

Kayaknya Katsunuma, pihak terkait lainnya, telah memberikan perintah tegas buat tidak membiarkan orang luar — yang mungkin merujuk padaku — buat ikut campur. Akibatnya, ia mesti pergi dengan cara kayak gitu.

Ternyata itu bukanlah masalah besar, dan aku telah jadi orang yang bodoh karena panik karena hal yang tidak terduga.

Meskipun aku masih tidak dapat menjelaskan perilakunya di pohon sakura... ...Tetapi mestinya tidak masalah buat terus mengisi kekosongan sedikit demi sedikit. Kali ini aku belajar bahwa tidak ada gunanya terburu-buru.

"Tetapi buat berpikir bahwa kalian berdua itu teman masa kecil... ...Nagasaka-kun, begini loh, kamu tidak perlu menyembunyikannya."

Kiyosato-san menggembungkan pipinya dan berbicara dengan kesal.

Ah, dia begitu lagi. Demo kisah komedi romantis. Imut. Tunggu, tidak.

"Ma-Maaf. Aku cuma tidak dapat menemukan waktu yang tepat buat menyebutkannya..."

"Bahkan hal soal jadi seorang ronin. Kamu mestinya bilang pada kami soal itu sebelumnya. Kami tidak akan memperlakukanmu berbeda dari orang lain, loh?"

"Itu... ...aku benar-benar minta maaf."

Mendengar Kiyosato-san bilang begitu padaku secara alami, aku dibanjiri dengan perasaan menyesal.

"Benar, Ketua Kelas. Kamu itu kamu, Ketua Kelas, jadi kamu tidak perlu khawatir soal itu sama sekali! Lagipula, kita hampir sebaya, bukan?"

"Ah, iya. Aku lahir di bulan Maret, jadi itu benar... ...aku rasa?"

(TL Note: Pada prinsipnya, tahun ajaran sekolah di Jepang dimulai pada bulan April dan berakhir pada bulan Maret tahun berikutnya. Siswa-siswi dibagi dengan cara yang sama.)

"Itu membuatmu cuma sebulan lebih tua dari Mei-chan, bukan? Karena aku lahir di bulan Juli, aku pun lebih jauh usianya dari Mei-chan. Jadi, tidak apa-apa!"

Dengan senyuman ramah di wajahnya, Tokiwa berbicara dengan jujur.

Aku dapat melihat kalau ia berusaha membuatku merasa diterima, bahkan mengemukakan argumen yang misterius. Aku mau tidak mau merasakan sensasi hangat di dadaku.

Aku sudah mempersiapkan diriku buat kemungkinan bahwa akan ada lebih banyak keengganan karena perbedaan tahun ajaran... ...Tetapi, aku rasa aku terlalu banyak berpikir. Paling tidak, tidak ada satupun Karakter yang tampak peduli dengan hal itu.

"Teman-teman... ...Terima kasih banyak."

"Tidak ada yang kayak Senpai soal Kouhei dari awal. Dia itu bodoh, pecundang, tidak waras, dan canggung. Dia sama sekali tidak tampak lebih tua, loh?"

"Tidak bisakah kamu membaca suasana hatiku sedikit?"

Kamu telah menyelaku sepanjang hari!

Saat kami sedang berbincang-bincang kayak biasanya, aku menyadari bahwa semua orang di sekeliling kami memandang kami dengan tatapan hangat di wajah mereka.

Hah? Ada apa? Apa yang terjadi?

"Kalian berdua sangat dekat. Rasanya kayak kalian sudah bersama selamanya."

"Hah, benarkah?"

Itulah Tokiwa, berbicara dengan suara yang lembut.

Uenohara menyipitkan matanya dengan kesal dan melambaikan tangannya dari satu sisi ke sisi lain.

"Tidak, tidak ada yang kayak gitu sama sekali."

"Kamu merasa malu, Ayano?"

Dengan begitu, kali ini Kiyosato-san yang tertawa, dengan wajah yang kayaknya sesuai dengan onomatope "nishishi."

"Tidak, aku benar-benar serius."

"S*alan, kamu sangat pemalu. Kamu cuma berusaha menyembunyikan rasa malumu, bukan?"

"..."

Ah, s*alan.

Dia membuat itu kayak dia mau bilang 'Aku mau menyangkalnya, tetapi aku tidak dapat bilang apa-apa karena pengaturan tsundere yang mengganggu. Aku mau menyangkalnya, jadi, buat saat ini, aku akan membunuh mata Nagasaka.'.

"...Pokoknya, mari kita hentikan sandiwara di sini, oke?"

Saat aku gemetaran ketakutan, Torisawa berbicara, setelah menyaksikan obrolan itu dengan senyuman di wajahnya.

Anehnya, Torisawa itu orang yang paling senang dengan kejadian kali ini.

Namun, alih-alih menyukai hal-hal yang berbau kisah komedi romantis soal teman masa kecil dan yang lainnya, ia bilang kalau ia menikmati kejenakaanku yang mencolok.

Kayak biasanya, sulit buat memahami standarnya yang unik. Tetapi, karena ia ikut serta dalam ajang ini, aku memutuskan bahwa buat sementara waktu, tidak apa-apa.

"Kalau begitu, hari ini, aku yang traktir! Makanlah apapun yang kalian mau, teman-teman!"

Aku menepukkan tanganku dan mengumumkan hal itu dengan suara riang.

Lagipula, aku akhirnya menunda denda yang kemarin. Hari ini akan jadi pesta yang mewah.

"Terima kasih atas traktirannya, Ketua Kelas! Buat saat ini, aku akan memilih kari potongan daging pinggang. Besar!"

"Ah, oke. Aku rasa aku akan memesan 'piring seimbang'. Satu set sup."

"Aku suka arrabbiata."

"Parfe pisang cokelat, sifon labu, dan berbagai macam es krim buatku."

"Iya, iya, aku mohon tunggu sebentar. Buat orang yang terakhir, aku mohon agak menahan dirimu, oke?"

Aku bangkit buat membuat pesanan.

Setelah berjalan beberapa langkah menyusuri lorong kayu, aku berbalik untuk melihat ke kejauhan ke arah para Karakter yang sedang bersenang-senang di bangku mereka.

Dunia nyataku masih jauh dari kisah komedi romantis.

Menurut standar kisah komedi romantis pada umumnya, kami cuma berkembang sampai pada titik di mana kondisinya baru saja terbentuk, dan perkembangan kisah komedi romantis kayak kisah komedi romantis secara praktis tidak ada.

Tetapi... ...Memang hal yang wajar dalam kisah komedi romantisku, bahwa segala sesuatunya tidak berjalan dengan lancar.

Makanya aku akan melakukan apa yang aku bisa, sebaik mungkin.

Karena itulah yang diperlukan buat mewujudkan kisah komedi romantis terjadi dalam dunia nyata ini.

Selain itu, aku tidak akan mengacau dengan mudah lagi.

"Kouhei... ...Ada apa? Kamu cuma berdiri di sana dengan jarak yang jauh."

Karena ada seseorang di sampingku.

Aku punya seorang kaki tangan yang akan berjalan bersamaku kayak gini.

"...Tidak, tidak ada apa-apa. Aku cuma memperbarui tekadku."

"Ah, benarkah begitu?"

Uenohara dengan tegas menjawab dengan suara tanpa emosi kayak biasanya.

"Sebenarnya, aku agak penasaran dengan hal ini, tetapi... ...Uenohara, apa kamu barusan mulai memanggilku dengan nama depan?"

"Aku penasaran? Tetapi apa yang aku panggil kamu tidak masalah."

"Jangan bodoh. Dari perspektif kisah komedi romantis, memanggil protagonis dengan nama yang berbeda itu sebuah parameter penting yang mewakili perubahan kesukaan terhadap mereka..."

"Ah, iya, iya. Menjijikkan, menjijikkan."

Uenohara dengan jengkel mengangkat kedua tangannya menyerah dan membalikkan badannya ke arahku.

Cih. Inilah masalah dengan amatir...

Hmm, oke... ...Tunggulah.

"...Kalau memang tidak ada masalah, lalu mengapa kamu sengaja memilih waktu ini?"

Tidak memberikan balasan pada kata-kata yang diarahkan pada punggungnya, Uenohara membalikkan setengah tubuhnya buat menghadapku dan berbicara.

"Jangan salah paham, dasar bodoh."

Dia lalu tersenyum jahat.

Ah, s*alan. Ayolah.

Beberapa saat kemudian, Uenohara kembali ke wajahnya yang biasanya, lalu berjalan diam-diam kembali ke arah yang lain.

Aku menghela napas, lalu mulai melangkah maju lagi.

Aku yakin akan ada kesenangan dan kegembiraan, dan kadang-kadang, bahkan kesedihan ataupun konflik.

Namun pada akhirnya, akan ada akhir yang bahagia.

Hari-hari kayak gitu akan terus berlanjut.

Aku akan melanjutkannya, kalau begitu.

Lagipula, kisah komedi romantisku baru saja dimulai.

TL Note: Jangan lupa berkomentar di kolom Disqus yang sudah disediakan ya sobat LNT. 🙏

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama