Bab 95Di Sebelah Sang Dewi, Bagian 5
(TL Note: Sama seperti di bab sebelumnya, ini berbeda dengan versi LN, karena menggunakan sudut pandang Kei, bukan sudut pandang Wataru.)
"Eh, apa dia tertidur?"
"Eh, dia tertidur, ya."
Aku sudah memanjakan Ai-chan selama dua setengah jam. Sajocchi datang agak terlambat, jadi mungkin ia cuma setengah dariku. Akhirnya, Ai-chan duduk di pangkuan Aichi dan mulai tertidur, dan menjatuhkan biskuit yang sudah setengah dimakan yang dia pegang di tangan kanannya. ...Iya, aku akan mengambilnya —Hore?! Yah, jangan diambil dong, Aichi.
"Di-Dia sudah terlalu banyak makan dan tertawa..., ...jadi tidak heran kalau dia jadi kayak gitu. Aku pikir itulah ritme yang membuatnya mengantuk."
"Fufu, itu benar."
"Kamu tampak sangat bahagia..."
Ai-chan meringkuk di pangkuan Aichi. Benar saja, dia memang belum sepenuhnya tenang, tetapi dia tidur dengan posisi yang persis seperti bayi di dalam kandungan yang sering kita lihat dalam gambaran di televisi. Aichi itu sudah seperti seorang ibu sejati karena dia menggendong Ai-chan dengan baik dan menatapnya dengan lembut... ...Aku bisa merasakan aura keibuannya, aku rasa dia benar-benar punya keterampilan untuk jadi seorang ibu saat ini...
"Lihat ini, Sajocchi, bukannya menurutmu ini pemandangan yang indah?"
"Hmm...? Ah, iya..."
"...Sajocchi?"
Berpikir kalau ini sebuah peningkatan, aku bertanya pada Sajocchi, apa pendapatnya mengenai hal ini, namun ia cuma menjawab dengan kata-kata kosong. Aku mengira kalau Sajocchi sedang mengagumi pemandangan indah Aichi dan Ai-chan yang seperti lukisan, tetapi ia tampaknya menatap kosong ke arah meja di depannya.
"Wataru..., ...Apa jangan-jangan kamu sedang lelah...?"
"Serangan Ai-chan tadi itu sangat menegangkan."
Keagresifan Ai-chan pada Sajocchi memang sungguh luar biasa. Dia sudah bakalan "Siap, siap." untuk menyerang. Intinya, dia tidak mau Sajocchi memanjakannya. Wajar saja menurutku kalau dia melompat ke arah Sajocchi, dan karena itulah mereka pasti sangat lelah.
"Oh, tidak, aku tidak lelah. Aku cuma mengantuk, mungkin begitu?"
"Kamu tidak perlu memaksakan diri. Begini... ...maafkan aku, Airi tidak memukulmu, ya?"
"Itu seperti pijatan, jadi tidak usah khawatir. Rasanya sangat luar biasa."
"Jangan ngomong yang aneh-aneh kayak gitu..."
"Kamu tiba-tiba jadi mesum, loh, Sajocchi."
Bukannya agak buruk untuk bilang kalau dipukul itu terasa luar biasa? Ini mungkin akan mengubah persepsi kami saat Sajocchi melihat Ai-chan mulai saat ini. Ia barusan berurusan dengan cewek-cewek, jadi ia mestinya lebih hati-hati dalam memilih kata-kata.
"Tetapi, kamu hebat, Sajocchi. Kamu membuat Ai-chan jadi pemeran utama."
"Eh? Bukannya dia memang begitu?"
"Iya, memang benar sih, tetapi..."
Aku merasa agak sedih dengan cara Sajocchi yang bilang begitu kayak itu hal yang wajar. Aku mengartikannya kalau aku merasakan nuansa kalau ia akan lebih sadar akan Aichi, tetapi Sajocchi kayaknya tidak beranggapan kayak gitu.
Maksudku, Sajocchi, bukannya kalian hampir tidak pernah melakukan obrolan sehari-hari? Kalau dipikir-pikir, aku menghabiskan banyak waktu seperti seorang ibu rumah tangga yang minum es teh bersama Aichi dan melihat anak-anakku yang sedang asyik bermain satu sama lain sambil berbincang-bincang.
(TL Note: Malah ngerasa jadi emak-emak.)
Eh? Kalau dipikir-pikir, apa ini disengaja? Aku sangat senang mengobrol dengan Aichi, dan Sajocchi membelikanku banyak permen. Aichi agak khawatir dengan berat badannya.
"Sajocchi, mengapa kamu tidak sedikit bersantai saja? Jujur saja, bukannya kamu tidak memperhatikan?"
"Eh...?"
"Eh, apa yang kamu bicarakan? Aku cuma bermain dengan Airi-chan saja."
"Hei—, aku merasa kasihan padamu karena suatu hal."
Karena kalau itu benar, itu bukan berarti Sajocchi sadar akan Aichi, tetapi dalam artian lain, ia sadar akan aku dan Ai-chan, termasuk Aichi juga, bukan? Agak aneh kalau Sajocchi, yang biasanya bilang hal-hal yang bodoh, tidak merasa risih saat pergi ke rumah seorang cewek yang ia sukai dan belum "gagal".
Dengan begini..., bukannya wajar kalau Sajocchi akan bersikap kosong dan bilang sesuatu yang ada di luar topik? Aku memang penasaran mengapa, tetapi yang membuatku lebih penasaran yaitu Sajocchi tidak memperhatikan Aichi? Apa karena Sajocchi bertindak terlalu berlebihan kayak "biasanya" dan belum cukup kayak "biasanya"? Tidak, memang ada beberapa bagian yang menjijikkan, namun...
Aku penasaran mungkin aku harusnya tidak bilang sesuatu kayak gini... Meskipun aku tahu aku harusnya tidak bilang begini..., tetapi kalau aku menebaknya, itu berarti aku bukanlah cewek yang sangat baik.
"...Hmm, apa? Apa aku merasa senang, karena aku sudah menghapus "hukuman"-ku yang sebelumnya..."
"Itu ya itu, ini ya ini, beda lagi urusannya."
"Dasar setan..."
"Itulah hukumanmu karena sudah menakut-nakuti Aichi."
"A-Aku tidak..."
"Tidak boleh begitu, kamu mesti menghukum Sajocchi dengan benar."
Itu harusnya "dilakukan demi Aichi". Maksudku, bukannya itu lebih seperti "hadiah" dari sudut pandang Sajocchi? Kalau itu "dilakukan demi Aichi", itu tidak akan ada salahnya. Aichi, mengapa kamu tidak menggunakan Sajocchi dengan lebih leluasa? Ah, aku paham, jadi kamu menahan diri untuk membiarkan agar Sajocchi tetap tegang? Tidak, aku rasa itu mustahil.
Tetapi Sajocchi hari ini tampaknya "bagus". Meskipun ia senang bermain... ...dengan Ai-chan, tetapi aku pikir itu terlalu berlebihan untuk bermain dengannya sepanjang waktu... ...dan aku pikir ia pantas mendapatkan agak lebih banyak pujian karena terus bermain dengan Ai-chan. Aku pikir akan lebih baik kalau Aichi memberinya lebih banyak pujian.
"Sajocchi, kamu tidak terlalu mengantuk, kamu cuma lelah karena sudah melakukan banyak hal, bukan? Sekarang kamu sudah tenang dan sudah makan permen, kamu mesti beristirahat."
"Eh... ...benarkah begitu? Aku sama sekali tidak..."
"Tidak, tidak, hal semacam itu.—"
"Hal semacam itu mungkin saja, bukan?"
Euh, jangan memelototiku, Sajocchi. Ini salahku sendiri kalau aku mudah terbaca di wajahku. Aku belum pernah melihat wajahmu itu sebelumnya.
Meskipun kamu gugup dengan Aichi, kamu tidak boleh membiarkan dia tahu kalau kamu gugup... ...Kalau kamu berusaha untuk memuaskan hati Ai-chan dan bahkan aku sebagai bonusnya, itu pasti akan membuatmu lelah.
Itulah yang akan dilakukan Sajocchi. Ia telah melakukan beberapa hal keren akhir-akhir ini. Selain itu, mana mungkin aku, setelah melihat kepolosan antara Aichi dan Sajocchi, bisa ikut campur dalam masalah mereka.
Meskipun komunikasi mereka tidak cocok, namun mereka ada di jalur yang benar, bukan? Lagipula, aneh rasanya melihat Sajocchi, yang selalu berlari dengan kecepatan penuh seperti mesin, kehabisan bahan bakar.
"...Bayangkan saja, aku diajak ke acara malam cewek-cewek, dan aku satu-satunya cowok di sini."
Sajocchi melemah, ia menundukkan kepalanya seakan-akan ngos-ngosan sambil menghela napas. Ekspresi keren yang tadinya agak jutek, jadi hening, seakan-akan ada sesuatu yang sudah diperbaiki, dan yang sudah dihilangkan dari wajahnya.
"Ah!? Bukannya itu agak berlebihan, padahal kamu sudah datang ke rumah cewek SMA yang imut?"
Kalau itu benar, itu berarti kamu punya penilaian negatif, Sajocchi! Tidak mudah buat seorang cewek untuk bertemu dengan seorang cowok setelah ekskul! Ah, tetapi ia menunjukkan wajah yang bilang kalau ia melakukan kesalahan... ..Itu bagus... tetapi tidak bisakah ia lebih jujur pada kami? Itu jelas bukan alasan buat Sajocchi yang biasanya, bukan?
"A-Aku tidak bermaksud melakukan itu..."
"Oh, tidak, tidak... ...Tidak usah khawatir, ini bukan penyebab utamanya. Aku memang agak br*ngsek hari ini, bahkan sebelum Ashida mengajakku ke sini."
"Wah, benarkah begitu?"
Itu tidak terduga. Menurutku, itu cukup mengesankan karena Sajocchi sangat khawatir pada kami semua, tetapi ada lagi? Ini mengejutkan. Aku belum memikirkan hal itu.
"Sajocchi, kamu kayak sedang tidak punya kekhawatiran."
"Aku tidak mau Ashida bilang begitu padaku."
Euh, kamu tidak sopan, Sajocchi. Apa kamu juga punya kekhawatiran meskipun itu padaku? Iya, tidak banyak yang bisa aku katakan pada teman sekelas cowok, tetapi... ah, kalau aku tidak bisa belajar itu masalah yang sangat besar buatku. Apalagi itu Sastra Modern? Aku sudah bisa baca perasaan Aichi dan Sajocchi, jadi aku tidak perlu mempelajari hal itu!
Kalau dipikir-pikir, Sajocchi juga menunjukkan wajah kesalnya.
"Aku sendiri juga punya satu atau dua kekhawatiran."
"Misalnya?"
"Ada apa denganmu?"
"Eh?"
Tanpa disangka-sangka, Aichi pun ikut merespons. Setelah ditanya kembali oleh kami berdua, Sajocchi kehabisan kata-kata. Sajocchi kehilangan banyak waktu, tetapi itu lucu.
"Ti-Tidak? Itu bukanlah sesuatu yang bisa aku ceritakan pada kalian berdua, loh?"
"Se-Sesuatu yang tidak bisa kamu ceritakan pada kami berdua?"
"Tidak, eum..."
Matanya berayun tanpa ragu-ragu. Apa kamu punya tingkat cerita latar belakang yang kayak gitu? Saat aku sedang berpikir, Aichi tiba-tiba mendesak Sajocchi untuk melanjutkan. Itu bagus, Aichi, pertahankan! Ada baiknya kalau kamu lebih agresif, kayak kamu sangat tertarik pada Sajocchi...!
...Hmm? Eh?
Ah, tidak, tunggu sebentar. Bahkan dengan cara halus ini untuk menipu kami, itu bisa jadi sesuatu yang tidak akan kamu katakan pada cewek-cewek, bukan...?
"Kalau aku beri tahu kalian, aku rasa kalian akan terdorong untuk melakukan sesuatu..."
Itu benar! Itulah urusan cowok! Itu bukanlah suatu hal yang semestinya kami tanyakan! Kami berdua?? Maksudku, mungkin itu bukan sesuatu yang bisa dibicarakan dengan kami! Hentikan, Aichi! Jangan tanya ia lagi! Aku juga tidak mau mendengarnya!
"Baiklah~, kalau kamu bersikeras tidak mau memberi tahu kami..."
"Mung-Mungkin saja kami bisa memberimu beberapa saran?"
Wah, wah, Aichi! Itu mustahil! Bukannya aku tidak tahu apa-apa soal itu, tetapi... ...Tidak! Iya... Bagaimana dengan hal itu...!? ...Apa yang mesti aku katakan saat ia meminta saran dariku? Bagaimana kalau kalau kamu tidak bicarakan hal semacam itu secara serius dengan cowok?
"...Tidak, ini masalahku.—"
"Be-Beri tahu kami!"
"!?"
Ini tidak bagus! Aichi sangat antusias seakan-akan bilang inilah saatnya! Maksudku, aku menatap matanya kayak dia merasa tidak tahan lagi! Dia sangat serius, Sajocchi pun memasang wajah kayak, "Kalau kalian memang serius ingin mendengarkanku...!" Tidak, tidak, tidak, maafkan aku, tetapi itu tanggung jawabmu sendiri.—
"Ka-Kalau kalian bersikeras..."
Sajocchiiiii!?
Tenanglah! Lihatlah aku, ke sini, ke sini! Mengesampingkan kemampuan akademisku, aku yakin aku punya lebih banyak akal sehat ketimbang kalian berdua! Apa itu benar-benar sesuatu yang dapat kamu bicarakan dengan cewek-cewek? Aku akan terpaksa memelototimu dengan campuran keraguan dan kecurigaan, loh!? Itulah yang aku maksud!
"Eum, aku mau minta saran, tetapi.—"
Aku membencimu! Tidak apa-apa, bukan? Bukan cuma ada aku dan Aichi di sini, tetapi ada Ai-chan juga! Makanya aku tidak mau mendengarkanmu! Aku akan menutup telingaku dan menyerahkan sisanya pada kalian! Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi!
....
...Ma-Masalah macam apa itu.—
"Aku membuat seorang cewek bersujud di tempat kerja paruh waktuku..."
"Apa yang kamu lakukan!!?"
"Apa yang kamu lakukan!!?"
Ai-chan, kamu sudah bangun?
Author Note: "Fueh...!?"
TL Note: Setelah ini Admin juga bakal terjemahkan POV Wataru yang cuma ada di versi LN, dijadikan Bab 95.1, tetapi kalau kalian ingin skip, bisa klik tombol ini.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Baca juga dalam bahasa lain: