Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 3 Bab 83

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-83-di-lintas-ninja-translation

Bab 83
Si Bodoh di Pertengahan Musim Panas

Gim horor. Ini merupakan genre gim yang mengerikan dan terkadang tidak membuatmu merasakan beban kehidupan. Namun, tidak seperti genre lainnya, gim-gim ini menekankan pentingnya realisme, dan banyak di antara gim-gim ini yang dibuat dengan kualitas gambar yang sangat realistis, membuat genre ini semakin populer di kalangan lapisan masyarakat tertentu. Aku sendiri sudah memainkan beberapa di antara gim-gim ini. Dan yang terpenting, ini merupakan genre yang cocok untuk musim panas.

[Menakutkan.]

[Mengapa kamu membeli gim itu?]

Pukul 4 pagi. Ada orang bodoh yang merengek dan mengeluh padaku di saat niat membunuh di dalam diriku muncul. Namanya Yamazaki. Ia adalah seorang cowok yang menguji nyali di dimensi lain, tersesat di tempat yang asing, dan dibunuh 18 kali oleh roh-roh jahat. Aku harap ia cepat mencapai tingkat Kebuddhaan.

Yamazaki di sini merupakan si bodoh yang tidak bisa mundur karena nekat melakukan hal ini sendirian dengan tekad sedemikian rupa, mungkin karena saat itu merupakan liburan musim panas, dan akibatnya ia tidak bisa tidur. Itu sama sekali tidak masuk akal...

[Yamazaki. Apa ada bola basket di dalam kamarmu?]

[Iya! Ada tuh! Itu tergantung di samping mejaku!]

[Begitu ya, aku harap kita tidak melakukan kontak mata.]

[Eh...?]

Aku menutup layar ponsel pintarku dan melemparkannya ke arah sana. Aku melihat ponsel itu mendarat di bantal terdekat, lalu menarik selimutku. Aku masih bisa tidur, aku rasa aku bisa bangun enam jam lagi. Aku sering terlambat datang ke tempat kerja paruh waktuku, tetapi aku yakin itu ulah roh-roh itu. Wah, padahal kita baru saja bicara soal horor, dan yang terpikir olehku malah karakter-karakter kocak.

"...Diamlah!"

Meskipun aku menyetel ponsel pintarku dalam mode senyap, tetapi ponsel pintarku bergetar di atas bantal. Suaranya nyaring sekali, aku bisa mendengar teriakan Yamazaki melalui getaran ponsel pintarku. Dia mengirimiku banyak pesan, bukan?

—Haha, b*jingan.

Aku mengangkat ponsel pintarku dan mengoperasikan layar pengaturan di aplikasi perpesanan. Dalam keadaan mengantuk, aku mengutak-atik profilku dan mengganti namaku dengan kacau menjadi "Kalian bingung, kan?", lalu membuat ikon dan layar berandaku jadi berantakan berwarna hitam-merah dengan menggunakan foto yang aku ambil dari pencarian Google secara acak. Sementara itu, obrolan pribadiku dan Yamazaki terus diperbarui.

Yamazaki, siapa yang sedang kamu ajak bicara?

Aku melempar ponsel pintarku ke bantal lagi dan menutupinya dengan selimut. Dalam waktu lima detik, ponsel pintar itu berhenti bergetar. Sekarang kamu tahu, Yamazaki, kamu itu b*jingan... ...Aku harap kamu tidak bisa tidur dan kamu terpaksa untuk bermain gim horor lagi, kamu b*jingan.

"...Fuah..."

Akhirnya aku bisa tidur. Di luar sudah mulai agak terang, tetapi kalau begini terus, aku bisa bangun enam jam lagi. Tidak, tidak, aku akan terlambat ke tempat kerja paruh waktu, aku mesti bangun saat itu...

Aku menyeringai sambil membayangkan Yamazaki menggigil ketakutan, dan tanpa aku sadari, aku sudah jatuh ke dalam mimpiku.

[Jadi, apa alasanmu mengganti profil?]

[Aku sungguh minta maaf.]

Saat aku menyelesaikan pekerjaan paruh waktuku tanpa insiden, jumlah notifikasi di ponsel pintarku sangat banyak sampai-sampai aku penasaran, apa yang sedang terjadi. Saat aku melihat tampilannya, itu KKKKK — seperti setan. Itu Ashida. Aku terbawa oleh aura Yandere atau semacamnya, dan melihat isi pesannya, serta baru saja menyadari. Akunku seperti kena kutu (bug) parah...

—Ah, tidak, ini bukan kutu.

Ini dari Ashida-san Si Tukang Ngomel. Tampaknya, Natsukawa melihat ikon dan nama dari profilku, dan salah paham kalau ponsel pintarku rusak, terkena virus atau semacamnya, dan dia mulai mengadukan hal ini pada Ashida. Ashida-san si Tukang Ngomel, yang tahu bagaimana aku bercanda dengan Natsukawa yang polos, itu mengomeliku, seorang cowok. Terdengar seperti puding yang punya tingkat kekenyalan yang tinggi...

Hal ini membuatku ingat pada sisi Ashida yang pernah aku lihat di restoran keluarga. Kekuatan saat Ashida, yang aku akui menyayangi Natsukawa, diam-diam membentak Natsukawa. Dengan perasaan ngeri, aku buru-buru membuka aplikasi perpesanan dan menyunting profilku. Saat aku melakukan itu dan menyapa grup obrolan dengan mayoritas penyayang saudari yang baru saja dibentuk, Ashida membalasku dengan kata-kata tanpa ekspresi.

Dari sudut pandang mereka berdua, itu cuma bercandaan yang buruk, jadi aku tidak punya pilihan selain meminta maaf. Hieh... ...Tidak peduli seberapa banyak aku meminta maaf, aku tidak mendapatkan balasan apa-apa... Aku memang tidak baca apa-apa, tetapi aku jadi ngeri memikirkan kalau Ashida ada di sisi lain layar ponselnya dengan ekspresi kosong di wajahnya. Membayangkan Natsukawa yang ketakutan membuatku terasa seperti jantungku habis diremas.

"Astaga, ini gawat..."

Cuaca hari ini panas. Aku menggantungkan kepalaku di tengah-tengah trotoar dengan orang-orang yang berlalu lalang. Mungkin ini salahku, namun kadangkala aku melakukan hal-hal yang membuat orang lain tidak nyaman. Dan itu buruk karena itu agak tidak teratur.

[Aku minta maaf, aku benar-benar tidak punya alasan tertentu.]

[Kalau begitu kamu akan melakukan apa saja buat kami, bukan?]

[Eh?]

Eh? Kamu bilang apa barusan?

Hal semacam ini... ...Bukankah itu hal yang aku bilang untuk menunjukkan ketulusan? Tidak, itu bukan berarti aku akan melakukan apa saja, sejak awal. Aku penasaran apa mereka akan memaafkanku dengan tenang kalau aku memohon maaf... ...Eh? Apa mungkin aku tidak bisa menolak ini lagi? Itu aneh, bukan...?

[Aichi, kamu jangan cuma membaca saja, bilang sesuatu padanya.]

[Eh!?]

Hei. Kalian, cewek-cewek, saling memotong obrolan dan beralih ke topik sebelum perkelahian. Aku takut neraka keluar dari kalian, Mbak.

Fungsi melihat siapa saja yang membaca pesan memang mengerikan... ...meskipun Natsukawa mungkin bermaksud menunggu dan melihat pesan ini. Aku sudah tahu kalau dia memperhatikan kami dari tadi, tetapi aku tidak mau membuatnya merasa takut dan tidak nyaman, jadi mau tidak mau aku tidak bicara padanya.

[Sekarang, Sajocchi akan melaksanakan setiap permintaan kita yang tidak masuk akal sekalipun.]

Tidak, tidak, apapun yang terjadi... — Tunggu?

Permintaan yang tidak masuk akal dari... ...Natsukawa? Permintaan yang tidak masuk akal... ...itu seperti ketika kalian meminta seseorang untuk melakukan sesuatu yang biasanya tidak akan mereka lakukan, sampai kalian merasa sangat puas dan terpenuhi. Dan aku orang yang akan melakukan itu? Dari siapa? Apa itu dari Natsukawa? Dari Natsukawa yang itu?

Anehnya, meskipun di bawah teriknya matahari, tiba-tiba tubuhku terasa lebih enteng. Aku penasaran apa yang akan mereka minta aku lakukan — Aku benar-benar takut. Ya ampun, aku mulai merinding. Tetapi aku mesti menerima hukuman ini atas apa yang sudah aku lakukan.

...Fuhehe.

[Itu agak... ...Katakan apa saja yang kalian mau aku lakukan.]

[Eh!?]

[Aku sudah bisa membayangkan wajah Sajocchi...]

[Masih belum? Natsukawa, kamu masih belum kepikiran?]

[Tunggu sebentar!]

[Dasar Sajocchi!]

Oke, tenang saja, aku. Bagaimana dengan isi dompetku? Aku baru saja menerima upahku melalui pos, dan ini seperti pemanasan global yang terjadi di musim panas. Seriusan, ini membuat es dalam nostalgiaku mencair. Aku bisa membelikan kalian 40 gelas teh susu tapioka saat ini.

Kalian pikir aku melakukan pekerjaan paruh waktu ini cuma untuk mendapatkan uang untuk bermain-main, bukan? Tentu saja tidak, aku tidak bodoh, aku cuma mengamankan sumber daya untuk memastikan adanya penyangga untuk merespons keadaan darurat kayak gini secara fleksibel. Aku pasti tidak akan menyediakan kesedihanku untuk bekerja paruh waktu dengan motif tersembunyi (sangat bersemangat).

[Biar aku pikir-pikir dulu soal itu!]

[Aku akan terima hukuman apa saja.]

[Mengapa kamu begitu bertekad, sih?!]

[Mau bagaimana lagi, ini Sajocchi, sih.]

Tidak, bukan begitu. Aku berutang budi pada Nyonya Natsukawa dan Nyonya Ashida karena masalah yang aku timbulkan pada kalian, tetapi kalian juga menyarankan cara-cara untuk menebus kesalahan yang telah aku lakukan. Tetapi aku pikir itu akan sangat tidak bermoral kalau aku, sebagai pelaku, malah bersikap pasif.

Baiklah, kalau begitu. Kalau memang sudah begitu, aku akan jadi orang yang bodoh kalau aku santai-santai saja di sini, ya? Kalau kalian bilang bahwa kalian tidak bisa memaafkanku meskipun aku memutar kepalaku kembali, aku akan menebus dosa-dosaku dengan semangat pelayanan yang akan memenuhi setiap permintaan kalian.

"Aku pulang!"

Tanpa aku sadari, aku sudah sampai di rumah.  Aku rasa aku sudah mengucapkan suara terbaik dalam hidupku. AC berfungsi dengan baik di dalam ruangan sampai ke koridor, jadi terasa dingin dan menyejukkan. Tetapi tetap saja, aku tidak menganggap hatiku yang membara akan jadi dingin.

Kakak yang baru saja menuruni tangga. Seperti biasanya, hari ini, dia mengenakan pakaian tipis, seakan-akan dia bukan seorang cewek SMA yang cantik. Saat dia melihatku, dia mengerutkan kening seakan-akan dia habis melihat kecoak dan bersandar.

Hei, s*alan! Jangan menatap wajahku dan bertindak kasar padaku!

"Kamu... ...Mengapa kamu berkeringat dan tersenyum? Itu menjijikkan, kamu tahu."

Oh, aku menjijikkan, ya.

Author Note: Iya.

TL Note: Mungkin agak telat, tetapi kami baru mendapati fakta kalau ada perbedaan dengan versi LN, di mana setelah ini di versi tersebut ada adegan dengan sudut pandang Aika setelah adegan ini. Kalian bisa lihat ceritanya dengan membaca Bab 83.1 yang kami beri judul "Hukuman yang Sesuai". Dan tambahan lagi, cerita di bab ini juga dihilangkan dari versi manganya.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama