Bab 45Dia Tidak Tahu
"..."
"He-Hei… Apa yang membuatmu begitu larut dalam pikiranmu saat ini."
"Ah, baiklah…"
Pikiranku berkeliaran di dalam kepalaku. Itu pasti membuatku terdiam, sehingga memaksa Natsukawa untuk bertanya padaku dengan tatapan khawatir. Dia meletakkan Airi-chan, mendekatiku, dan dengan lembut menggoyang-goyangkan bahuku. Segala sesuatu yang ada di dalam kepalaku akhirnya campur aduk, dan langsung meluap.
─Bagian dalam kepalaku jadi kosong.
"He-Hei… katakan sesuatu."
"Ah… hmm…"
Aku membuka mulutku, tetapi tidak ada penjelasan tepat yang keluar. Aku tidak tahu mesti bilang apa.
Ini bukanlah diriku. Biasanya, aku akan memikirkan segala macam ide bodoh. Mengapa itu tidak bisa jalan pada saat aku benar-benar membutuhkannya…
"Jangan abaikan akuuー!"
"Wah?!"
Seakan-akan mau menembus suasana canggung, Airi-chan melompat ke arahku yang terjebak. Karena aku mendorong diriku sendiri, dia mendorongku, membalikkanku.
"Jangan rundung Kakak…"
"A-Aku tidak merundungnya! Tentu saja tidak merundungnya!"
Airi-chan memukulkan tangannya ke dadaku, tampak kayak dia akan menangis. Aku sangat cemas karena dia mungkin akan mulai menangis selamanya, jadi aku berusaha mencari-cari alasan dengan terburu-buru. Karena aku tidak punya pengalaman soal apa yang mesti aku lakukan dalam situasi ini, aku merasa frustrasi.
Melihat ke arah Natsukawa, dia memasang ekspresi bingung yang sama saat dia menatap Airi-chan. Mungkin secara tidak sadar, tetapi dia juga melirik ke arahku, matanya berair──Woi, woi, woi, woi, tolong jangan!!
"A-Aku akan datang padamu lain kali! Kalau kamu tidak apa-apa dengan itu, cuma itu! Maksudku, memangnya aku benar-benar boleh?! Apa itu tidak apa-apa?! Apa ini jawaban terakhirmu?!"
Kepalaku masih kacau, tetapi aku berteriak sekencang mungkin.
Jujur saja, menurutku aku harusnya tidak mendekatinya lagi saat kami ada di dalam kelas... tetapi iya, aku sudah bilang begitu, menurutku tidak ada jalan untuk kembali.
Aku sudah gila sampai titik ini karena Natsukawa lain dari 'biasanya'. Pertama-tama, dia bertingkah aneh sejak kami meninggalkan sekolah. Makanya, aku perlu mengarahkannya kembali ke dia yang 'biasanya'.
"Aku mungkin jadi menempel lagi, kamu tahu? Aku mungkin akan bilang sesuatu yang aneh lagi yang akan mengganggumu. Meskipun begitu, kalau kamu tidak apa-apa dengan begini, aku tidak keberatan datang padamu kayak sebelumnya."
Tentu saja, tidak. Dia harusnya benci itu kalau aku datang padanya dengan 'bertingkah kayak gitu'. Meskipun dia menganggapku sebagai temannya meskipun cuma sedikit, menerima begitu banyak perhatian dari lawan jenis yang juga tidak dia sukai pasti terasa tidak enak. Namun, aku selalu mengganggunya kayak gitu. Dibutakan oleh cinta, aku juga tidak bisa menyadarinya.
Mungkin saja, sudah jadi kebiasaanku untuk selalu menempel padanya, Natsukawa mengembangkan kebiasaan untuk menjauhiku.
Makanya, ingatlah semua itu sekarang, Natsukawa. Ini aku loh, yang kamu tolak berkali-kali, seorang penguntit, seorang badut yang—
"──…Itu janji, ya?"
"…"
...
...Apa yang barusan terjadi? Jangan bilang, apa aku masih bermimpi, ya?
Aku merasakan lengan bajuku ditarik. Aku memang tidak tahu mengapa Natsukawa melakukan itu, tetapi satu hal yang pasti yaitu dia tidak mendorongku.
Jadi, kejadian manis-pahit semacam ini dapat terjadi padaku juga? Dan bukan karena seseorang menjebakku?
Kalau, ini bukan manis-pahit lagi, ini terlalu manis. Cuma mencicipinya sekali ini saja, aku mungkin tidak akan pernah melupakan rasanya──Ini kayak obat. Inilah yang mereka sebut, 'Momen daya tarik', di mana kalian mulai tergila-gila pada orang lain. Aku tahu itu mungkin saat yang menyenangkan, tetapi bergantung pada hal itu, ini lebih mirip awal dari siksaan ketimbang apa saja.
"Ah…"
Aku menarik lenganku dan membebaskan diri dari ikatan yang terlalu manis ini. Pada saat yang sama, kesedihan yang mendalam memenuhi dadaku, tetapi aku berusaha menahannya.
Tenanglah, Sajou Wataru. Ini bukan situasi yang semacam itu. Jangan percaya itu, itu cuma khayalanmu semata. Ingatlah semua yang sudah kamu lakukan sejauh ini! Lihatlah dari perspektif yang luas! Tahanlah dirimu!
"…Serahkan padaku."
"A-Apa yang kamu bilang...?"
"Apa yang kamu katakanー!?"
Mendengar jawaban hebatku, Natsukawa menunjukkan senyuman tipis. Aku memang bilang begitu dengan wajah datar, tetapi menurutku dia bisa merasakan aura hebatku. Mungkin melihat senyuman itu, Airi-chan juga merasa lega, sambil menirukan Natsukawa.
Hei, hei, berhenti memukul perut orang lain. Ah, hei──!
"─Darashaaaaa!"
"Uwahhh…!"
Sedikit udara yang tertahan di dadaku keluar sekaligus. Di saat yang sama, aku mengangkat Airi-chan, dan melakukan gendongan yang ditunjukkan Natsukawa padaku sebelumnya. Mungkin menurutnya itu menyenangkan, dia mulai tertawa terbahak-bahak… Ahh… sangat imut.
"Hei, hati-hati dengannya!"
"Tidak apa-apa, aku tidak akan menempatkannya dalam bahaya, kok."
"Astaga…"
Kuda. Melindungi. Majikan.
Karena itulah, aku tidak mau dia tumbuh dengan cara yang salah. Makanya 'gendongan dinamis' ini juga merupakan bentuk hukuman ringan... ...atau begitulah menurutku. Iya, kalau aku menghukumnya dengan kasar, itu cuma akan membuatku dibenci. Tetapi lebih buruk lagi, itu akan membuat Natsukawa jadi sedih, jadi yang dapat aku lakukan saat ini yaitu bertindak sebagai Abang yang baik buatnya.
"Hei, kalau kamu memukul orang lain, kamu akan membuat kakakmu marah, lohー."
"Aku tidak mau begitu!"
"Aku juga tidak mau begitu. Makanya kamu tidak boleh memukul orang lain, oke?"
"Oke, aku paham, Sajoー"
"Abang."
"Sajoー"
"…"
…Iya, selama kamu paham. Tunggu, setelah aku pikir-pikir lagi, aku jarang ada di posisi yang lebih tinggi dari orang lain. Dan jadi kalau aku yang tidak bisa diandalkan ini, bisa jadi orang yang mengajar orang lain, maka aku senang. Tolong, tumbuhlah dengan sehat dan jadilah seperti Natsukawa, seseorang yang cerdas dan cantik mung── itu menyakitkan, menyakitkan. jangan jambak rambut orang lain juga…!
"Heiii, jangan jambak rambut orang lain!"
"Aduh!"
Aku memperbaiki posisinya, yang membantuku membebaskan diri dari jambakannya di rambutku. Dia pasti paham kalau apa yang dia lakukan itu salah, karena dia tidak mencoba melakukan sesuatu yang sangat kejam kayak gitu lagi. Karena Natsukawa memberikan ekspresi khawatir, aku diam-diam mengembalikan Airi-chan padanya.
"Huah... ...dia benar-benar energik."
"Benar… Dia tidak seceria ini saat dengan anak-anak lain di TK. Mungkin kamu sangat mudah dirundung."
"Kalau itu memang benar, tampaknya sifat asliku ini bocor, jadi bisa tidak kamu tidak bilang itu lagi?"
Mudah untuk dirundung… Apa tidak apa-apa untuk keberadaan yang payah kayak gitu jadi bagian dari planet ini…? TIDAK! Tentu saja tidak! Orang lain ini cuma seorang anak kecil! Aku yakin pasti ada sesuatu soalku yang dia sukai ketimbang si cowok tampan itu! Kayak betapa lucunya aku! Mungkin aku mesti bertanya padanya.
"Airi-chan, siapa yang lebih tampan? Takaaki atau aku?"
"Apa sih yang kamu tanyakan…?"
"Tampan~?"
"Benar-benar indah pendidikan yang kamu dapat."
"Aku tidak akan pernah mengajarkan kata itu padanya sedini ini!"
Kamu tidak belajar soal kata ini dari orang lain… Begitu kamu menginjakkan kaki ke dunia luar, medan perang menantimu. Dengan begitu banyak pengetahuan lain yang memenuhi dunia ini, mustahil untuk menyaring mana yang tidak penting buatmu. Namun, Nona Muda Airi tidak akan mengingat kata baru kecuali dia mendengarnya setidaknya 3 kali sehari. Bakat yang luar biasa! Sementara sekarang Kakak-ku tersayang dikelilingi oleh cowok-cowok tampan cuma untuk disia-siakan, itu karena saat dia masih kecil, dia terus berteriak 'tampan' 'tampan' tanpa mengetahui makna sebenarnya! Dia sangat berisik, loh! Ngomong-ngomong, ada baiknya Nona Muda Airi mengenal makna-makna kata itu dari selagi masih anak kecil!
"Siapa yang lebih tampan? Takaaki atau aku?"
"Apa berkecil hati itu juga sebuah konsep buatmu?"
"Takaaki!"
"Mari kita belajar lagi, ya?"
"Aku akan memukulmu."
Maaf, itulah yang barusan terjadi.
Suasananya memang sangat canggung sebelumnya, tetapi aku merasa suasananya membaik secara drastis. Jangan anggap Natsukawa akan mendapatkan apa saja dari mendengar apa yang aku rasakan jauh di lubuk hatiku ini. Sudah aku duga, mungkin jarak kami agak terlalu dekat saat ini. Ayolah, lihat aku dengan tatapan tajam seperti biasanya, aku akan meleleh seperti siput, tahu. Malahan, aku merasa otakku meleleh.
◆
Aku sadar kalau langit di luar mulai memerah. Saat aku melihat jamnya, menurutku ini memang waktu yang tepat buat pulang. Ah, aku lupa kalau kita ada di musim di mana matahari masih tinggi.
"─Astaga~…"
"Huah… Dia masih naif lagi."
"Apa sih yang kamu bicarakan…?"
Natsukawa menunjukkan ekspresi ragu padaku, saat dia memeluk Airi-chan. Dia tertidur saat, aku menguras seluruh tenaganya. Di tengah jalan, saat dia sudah tampak lelah, aku memprovokasinya dan dia tampaknya mengumpulkan sisa tenaganya. Namun, seorang gadis belia tidak punya peluang untuk menang melawan tenaga cowok SMA! Fuhahaha!
"Ini rasanya kayak kamu seumuran dengannya..."
"Itu artinya keserasian kami bagus. Jadi 'Abang' sungguhan kayak Sasaki itu mustahil buatku."
"Bukannya kamu cukup lelah meskipun kamu bilang begitu..."
Kami entah mengapa akhirnya melakukan latihan menabrak satu sama lain di tengah jalan. Menurut Natsukawa, Airi-chan jarang mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke luar seperti itu dengan seseorang. Ayah mereka tampaknya tipe orang yang langsung menyerah.
…Tunggu, mengapa juga dia berusaha untuk menang melawanku dalam hal kekuatan…?
Aku pribadi bertingkah cukup perhatian meskipun bilang begitu. Meskipun ada tikar sendi di lantai, tetapi melakukan hal itu cukup berbahaya. Cukup melelahkan untuk meladeninya dengan cara yang tidak akan membuatnya terluka.
Untuk kalian seluruh ayah di dunia ini…! Berusahalah lebih keras lagi! Lakukanlah yang terbaik!
"…Menurutku ini saat yang tepat buat kita untuk mengakhiri kunjungan ini."
"Ah… Be-Benar."
"Apa, apa kamu 'enggan berpisah' denganku...?"
"A-Aku juga tidak bilang apa-apa…!"
Iya, aku tahu. SEDIH.
Persis seperti yang dibilang Ashida, menurutku Natsukawa sedang mencari-cari semacam hubungan. Kalau tidak, dia tidak mungkin mengajakku ke sini.
Apa yang mesti aku lakukan soal ini... Yang benar, deh, mengapa situasi semacam ini dapat terjadi... Meskipun aku sendiri harusnya sudah tahu kalau aku tidak bisa melihat Natsukawa sebagai apa-apa kecuali minat romantisku...
Cuma memikirkan soal semua yang terjadi hari ini saja, mau tidak mau aku merasa kesulitan karenanya. Mungkin itu yang timbul dari wajahku, Natsukawa menunjukkan ekspresi kesulitan padaku. Tetapi aku membiarkan itu berlalu cuma dengan canggung menggaruk bagian belakang kepalaku.
Tentu saja, Natsukawa itu imut, dan Airi-chan juga imut, tetapi aku juga merasa pikiranku yang kelelahan pun tidak bisa menangani situasi ini lebih lama lagi.
"…Sajoー…"
"Hmm...?"
"Sajoー …Sekali lagi."
"Oke, baiklah!"
Tampaknya Airi-chan suka teknik istimewaku── 'gendongan dinamis ini'. Jadilah itu dengan 'pelatihan seruduk kepala' kami (nama sementara), cewek ini tampaknya sangat suka sensasi itu. Aku yakin, dia pasti akan menikmati kereta luncur… Aku jadi tidak sabar menunggunya tumbuh dewasa.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/