Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 1 Bab 5 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-5-di-lintas-ninja-translation

Bab 5
Perbaikan Diri

Musim panas akan segera datang. Meskipun begitu, para tetua sudah melakukan latihan radio seperti biasanya dengan suara yang familier. Setelah selesai, aku mendengar paduan suara yang nostalgia lainnya dan terdengar seperti kumpulan suara yang serak.

Apakah ini pagi yang penuh harapan atau tidak, itu pasti cukup segar, berbeda dari waktu yang biasanya untuk meninggalkan rumah pada hari kerja. Sampai saat ini, aku selalu keluar rumah 20 menit lebih awal dari hari ini agar pas dengan Natsukawa. Dengan begitu, cukup buat matahari untuk mengubah posisinya secara drastis di langit. Dan tidak seperti kemarin, hari ini aku merupakan bagian dari massa, kerumunan orang yang terburu-buru untuk bekerja atau sekolah.

Tolong biarkan aku bergabung juga!

Tetap saja, tadi malam itu melelahkan.

Setelah Natsukawa pulang, tentu saja, aku dikejar oleh Ibu dan Kakak dengan wajah yang seram. Hubungan macam apa yang kamu punya dengan cewek itu? Trik apa yang kamu gunakan? dan hal apa yang baru saja kalian bicarakan?

Dan akhirnya, mereka mengomeliku karena bertanya soal cewek lain di depan cewek yang sangat imut, tetapi saat aku ditanyai itu, aku bilang, "Bagaimana menurut Ibu dan Kakak, memangnya aku bisa bersama dengan cewek yang sangat imut begitu?", dan mereka berdua terdiam.

Jujur saja, aku tidak keberatan kalau mereka menjawab pertanyaan itu, kamu tahu?

Tetapi bagaimanapun juga, setelah malam itu berlalu, aku merasa sangat segar sekarang.

Aku memang sudah berusaha lebih dari cukup untuk bisa bersama Natsukawa. Tentu saja, semua itu untuk bisa berdiri di sampingnya, yang pandai dalam segala hal. Berkat hal itu, aku punya kebiasaan untuk belajar dan melakukan olahraga ringan.

Tetapi tetap saja, usahaku tidak pernah sampai pada Natsukawa Aika. Aku kira aku akan menempuh jalan yang lebih menyakitkan cuma dengan berdiri di sampingnya, tetapi saat ini, aku tidak merasa perlu untuk begitu sama sekali. Dan kalau aku menyesuaikan standar berbagai hal dengan potensiku sendiri…? Oh wah, saat ini, aku tidak perlu lagi berharap banyak dari semua yang aku lakukan.

"…Sesuai dugaanku, itu menakutkan."

"Kenyataan"… itu mendekatiku secara langsung, dan mimpi yang selalu aku lihat tumbang seakan-akan kaca jendela telah pecah.

Mengapa sesuatu yang ada dalam diriku mendingin? Sekarang setelah aku menanganinya, aku akhirnya mengerti alasannya. Bola sepak yang tiba-tiba menghalangi jalanku itu membuatku sangat tertekan dan sangat membuatku enggan mengejarnya lagi. Mungkin itu memang terpaksa menenangkanku dan membuatku melihat sekelilingku lebih objektif lagi pada saat itu.

Dengan begitu, aku masih belum tahu apa yang terjadi pada saat itu.

Tetapi, saat aku melihat diriku sambil menunduk di cermin toilet dan teringat pada diriku sendiri… "Memangnya kamu pikir kamu ini siapa?", itu merupakan analisis diri terbaik yang aku temukan di sana.

…Mari kita jadikan keterampilan ini berguna untuk mencari pekerjaan di masa depan.

"….Huuf."

Bel yang memulai sekolah pun berbunyi. Aku sedang berada di dekat ruang kelas, jadi aku bisa datang tepat waktu hari ini.

Lagipula aku tidak bisa lagi terlambat seperti kemarin.

Cuma karena aku meninggalkan rumah lebih lambat dari biasanya, bukan berarti aku mesti tiba di menit-menit terakhir seperti hari ini. Jujur saja, biasanya aku sudah sampai di kelas dan akan mengobrol dengan beberapa teman di sekitarku.

Tetapi, ada satu hal menghentikanku dari melakukan hal itu. Aku ingat bangku di sebelahku, itu bangkunya Natsukawa Aika.

"Sudah kuduga, itu mustahil."

Kecanggungan 120%, meski cuma duduk di dekatnya saja, stres yang aku rasakan mungkin merupakan jenis stres yang dapat membuatku cepat botak. Aku berusaha untuk menjaga kepercayaan diriku seperti biasanya, tetapi hatiku juga seperti biasa.

Bagaimana mungkin warga negara biasa yang melakukan hal semacam itu kemarin dapat dengan bangga berdiri di samping Tuan Putri?

Aku menyelam ke dalam kelas pada saat guru tampak dari ujung koridor. Itulah misi yang tuntas, berkat sebagian besar siswa-siswi yang membuat kehebohan, aku dapat menyamar sebagai 'Siswa Z'. 'Siswa Z', yaitu karakter yang tidak akan berkeliaran seperti karakter penting..…

"Hei."

Segera setelah aku duduk, Natsukawa memanggilku. Di saat yang sama, semua adegan tadi malam terlintas dalam benakku sekaligus.

Bukannya aku mau memutuskan hubunganku dengannya. Malah sebaliknya, aku harap aku dapat terus dekat dengannya sebagai teman sekelasnya atau sekadar teman saja. Aku akan sangat berterima kasih kalau itu terjadi.

Bagaimanapun, aku ini masih penggemar nomor satunya, apapun yang terjadi.

Setelah diam sejenak, aku berhasil melakukan kontak mata dan membalasnya sambil tergagap.

"…Se-Selamat pagi."

"Kamu ini, mengapa kamu terlambat hari ini…?!"

Saat Natsukawa bilang sesuatu padaku, Ibu Guru memasuki ruangan kelas.

Ibu Ōtsuki Megumi… atau lebih dikenal juga sebagai "Ōtsuki-chan", berdiri diam seakan-akan beliau ingat sesuatu, matanya mendapati diriku di awal dan senyuman pun muncul di wajahnya.

Mana mungkin itu senyuman dalam artian yang baik… Aku yakin itu!

"Selamat pagi semuanya. 'Hari ini', tampaknya semuanya sudah datang, tanpa ada yang terlambat."

"Apa yang Anda bicarakan, Ōtsuki-chan, Sajou, ia masih belum datang…. Eh, ia sudah ada di sini!? Mengapa kamu sudah ada di sini!?"

Dimulai dengan kata-kata Ōtsuki-chan, Yamazaki menyadari kehadiranku.

"Aku ini selalu ada di belakang Natsukawa Aika, kamu tahu."

"Kamu itu bohong, bukan? Kamu ini…"

(TL Note: Yamazaki cepu!)

Lalu, semua orang menatapku dengan wajah seakan-akan mereka berkata, 'Cowok ini, yang benar saja?'.

…Apa ini yang selalu mereka lakukan setiap hari? Bahkan Natsukawa pun menatapku dengan tatapan yang heran juga… Jangan bilang kalau cewek ini juga tidak percaya…

"Sajou-kun. Apa kamu bisa datang ke ruang staf nanti?"

"…"

Sudah terlambat saat aku sadar akan kegagalanku. Aku baru ingat kalau aku tidak bisa membuat lelucon begitu karena beberapa teman sekelas tahu kalau aku sudah mengejar Natsukawa selama dua setengah tahun sejak aku masih kelas delapan SMP.

 ◆

Ōtsuki Megumi… Seorang ibu guru cantik yang diterima di sekolah bersamaan dengan aku memasuki sekolah ini. Namun, kalau seseorang bilang kalau beliau punya kepribadian yang anggun, menurutku itu tidak sepenuhnya benar.  Beliau akan marah ketika saatnya marah, tertawa ketika saatnya tertawa, singkatnya, beliau itu mudah punya hubungan yang sangat dekat dengan siswa-siswi.

(TL Note: Jangan diincer juga ya, MC! Ups, buat yang baru baca ini bukan novel Harem, kok, hihi!)

Mari kita pikir-pikir lagi… sekarang, bahkan setelah aku kembali ke kenyataan dan menyadari betapa rata-ratanya diriku, aku masih berpikir kalau aku itu tokoh sentral (yang membuat kelas terasa lebih hidup, pada dasarnya badut) di kelas. Iya, kebanyakan yang aku lakukan yaitu pertunjukan singkat yang berjudul 'Mengejar-ngejar Natsukawa Aika'. Aku memang tidak pernah bermaksud jadi orang yang seperti itu, tetapi, mungkin itu sudah tidak mungkin lagi, bukan?

Menghilang.

Aku perlu menghilang.

Pertama-tama, aku akan mulai dengan Ōtsuki-chan, seorang guru yang datang ke sekolah ini bersamaan dengan waktuku di awal musim semi tahun ini, tetapi kalau dibandingkan dengan teman-teman sekelasku, aku tidak menghabiskan banyak waktu dengan beliau di sekolah.  Mengambil panggilan pertama ini sebagai kesempatan, aku akan ajukan banding kalau sikapku pada Natsukawa itu tidak serius. Dari sana, target masuk ke kelas, dan dari titik itu, kehidupan sekolahku jadi tidak akan terkendali, dan itu akan berubah jadi tenang.

Karena alasan itu, aku bersedia menerima ujung pengikat guru (serangan)... ...Hmm? Ōtsuki-chan, bukan, maksudku Ibu Ōtsuki? Bukankah pengikat di tangan Ibu berbeda dari biasanya? Sepertinya sesuatu dari logam───Aarhh.

"…Apa yang saya katakan sebelumnya, semua orang tahu kalau itu cuma lelucon, bukan?"

"Sajou-kun, kalau kamu yang bilang begitu, itu tidak dapat dianggap sebagai lelucon."

"Hah, begitukah?"

…Benar, meskipun aku punya kesempatan untuk melihat kembali diriku sendiri dan sadar akan harga diriku sendiri, tetapi, itu cuma menurutku, bukan bagaimana orang lain memandangku. Sejauh aku melihat suasana kelas dan cara Ibu Ōtsuki bicara padaku, tampaknya mereka menganggapku sebagai orang yang agak konyol.

Saat aku sedang menjawab sambil memikirkan berbagai macam hal, guru menatapku dengan wajah terkejut.

"Ini tidak terduga… Ibu pikir kamu tidak bisa 'garing'. Sepertinya kamu juga bisa punya keadaan yang normal begitu, ya."

"Iya, habisnya cuma ada para guru di sini."

"…"

Di kelas, setiap siswa-siswi punya posisi pendirian masing-masing. Itu merupakan sesuatu yang dipahami setiap siswa-siswi, meskipun mereka tidak pernah bilang begitu, dan para guru jarang ikut campur di sana.

Meskipun begitu… sebagian besar guru mesti menyadari keberadaan hierarki itu.

"Jadi, kamu cuma akan seperti ini kalau sedang di depan para guru saja?"

"Iya, itu tidak buat banyak perbedaan..."

"Apa benar begitu…?"

Pada kenyataannya, tidak ada yang salah kalau guru melihat sisi membosankan dari seorang siswa-siswi. Sebaliknya, akan jauh lebih merepotkan kalau seorang siswa-siswi mengenal seorang guru lebih dari yang diperlukan. Hal terbaik yang dapat aku lakukan yaitu jadi siswa yang sedikit tidak disukai dan merepotkan. Bahkan selama masa kuliah, mahasiswa-mahasiswi itu mungkin tidak akan diarahkan.

Makanya aku membuat diriku tampak santai, itu agar beliau tidak tertarik padaku, tetapi ibu guru itu entah bagaimana punya wajah yang tertekan, dan anehnya, itu tetap ada dalam benakku.

Author Note:

Kalau aku jadi seorang guru, dan muridku berpikir seperti ini, entah bagaimana itu akan membuatku merasa sedih.

TL Note:

Bab ini tidak diadaptasi ke versi LN, loh, jadi sangat disayangkan kalau dilewatkan.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama