Author Note:
Tidak salah lagi kalau bab ini ditulis oleh seorang author yang sudah berpengalaman dalam patah hati.
Bab 4
Pernyataan Orang Rata-Rata
"Aku suka padamu. Aku mohon jadilah pacarku."
Aku mengakui perasaanku pada Aika dengan wajah sangat keren yang dapat aku buat (*Niat).
Kalau berkaitan dengan pengakuan cinta yang dikatakan seseorang pada orang yang mereka cintai, biasanya yang digunakan yaitu kata-kata itu, atau kata-kata yang serupa. Tetapi, karena sudah berapa kali aku bilang begitu, kata-kataku mungkin terdengar kayak kata-kata yang biasa buat telinga Aika saat ini.
Ngomong-ngomong, sambil mengamati cewek cantik di depanku dengan hati-hati, aku menyesap sup bawang. Aku sangat gugup sampai-sampai tidak ada rasa yang terkecap di lidahku. Itu memang tidak melembabkan bibirku sama sekali.
…Maaf, Ibu, aku sudah pakai 2 bungkus bubuk sup instan kesukaan Ibu.
"Ha-Hah!? Apa sih yang kamu bicarakan?! Mana mungkin aku pacaran denganmu!"
Iya, sudah aku duga. Kayak yang aku duga,
"Hei… ...sejak kapan kita mulai memanggil satu sama lain dengan nama panggilan kita?"
"Apa-apaan itu? Mengapa tiba-tiba kamu bertanya begitu…? ...Saling memanggil dengan nama panggilan kita? Kalau aku ingat-ingat, sejak kita masuk SMA ─ Ah, jangan panggil aku kayak gitu dengan santainya! Semua orang akan salah paham, loh!"
Iya, itu benar. Pasti itu menyebalkan dari sudut pandang Aika.
Bertingkah seakan-akan aku ini pacarnya, padahal aku ini bukan.
"...Iya, itu benar."
Memang beginilah kenyataannya. Kenyataan yang selalu aku jauhi. Aku selalu berada dalam dunia mimpi, aku terus bermimpi sejak aku masih SMP. Dari mimpi itu, aku belum bisa bangun sampai aku mendengar suara ledakan bola sepak yang membentur ke tembok. Dan kamu, cermin, kamu itu terlalu kejam. R-18, itulah tingkatan yang mesti diberikan padamu.
"Iya... ...itu memang salahku, maafkan aku, ya, Natsukawa."
"Sudah terlambat untuk minta ma ─ Eh?"
Aika, bukan, Natsukawa menatap kosong padaku yang baru saja memanggilnya dengan nama keluarganya dengan sangat tiba-tiba.
Tentu saja, dia terkejut akan hal itu. Dia memang memintaku untuk berhenti berkali-kali, tetapi baru sekarang aku mendengarkan apa yang dia minta.
Natsukawa cuma berdiri di tempat tanpa bergerak sambil fokus ke arahku. Postur kayak gitu memang sangat aneh sampai-sampai membuatku tersenyum. Mungkin, akan lebih baik kalau dibilang bahwa aku menyeringai dan gagal menyembunyikannya.
Meskipun aku 'melihat ke cermin', cintaku pada Natsukawa mungkin tidak akan berubah. Meskipun aku mesti menatapnya kayak penggemar yang melihat idola mereka yang jauh dari jangkauannya, aku akan melakukannya dengan bangga. Cuma karena aku sudah mulai melihat kenyataan, aku tidak akan menyangkal semua perasaan ini.
Makanya, perasaan serakah yang aku punya ini memang tidak dapat diterima.
"Meskipun kamu mendorongku, aku tidak akan gentar, nyatanya, setiap dorongan malah akan membuatku semakin merindukanmu. Kalau kamu pikir-pikir dengan normal, aku ini benar-benar cowok yang aneh dan gila, bukan?"
"Eh, Eh…? ...Ti-Tiba-tiba sekali, apa yang kamu bicarakan…?"
"Tentu saja, itu─."
"Kakak pulangー."
Saat aku mencoba melanjutkan kata-kataku, aku mendengar suara malas dan pintu ruang tamu dibuka dengan keras. Itulah Kakak, seorang peserta ujian masuk universitas tahun ini, yang baru saja pulang ke rumahnya seperti preman. Dia melempar tasnya dan melepas karangannya.
"Selamat datang kembali, Kakak. Tetapi, jangan mengagetkanku begitu, ya, tolong santai saja."
"Huah… Kakak benar-benar lelah. Wataru ambilkan Kakak minuma ─ Hmm?"
Kakakku, Kaede, melompat ke atas sofa begitu dia kembali. Aku tidak bisa menyembunyikan keluhanku dalam tindakan kasar yang tidak sesuai dengan namanya. [TL Note: Kaede (Daun Semanggi) di Jepang, itu melambangkan keanggunan, kecantikan, dan keeleganan, Makanya si MC mengatakan tindakan kakaknya tidak sesuai dengan namanya.]
Mungkin… ...Salah satu alasan mengapa aku jatuh cinta pada Natsukawa yaitu karena aku tumbuh besar dengan memperhatikan kakak yang kayak gitu. Sudah aku duga, kesopanan itu memang penting.
Saat aku memikirkan hal semacam itu, kayaknya Kakak baru saja mendapati keberadaan Natsukawa.
"Wa-Wataru bawa pulang cewek ke rumah?"
Tidak bisakah Kakak mengatakannya dengan kata-kata yang lebih cocok? Dan, apa Kakak memang perlu bilang begitu sekeras itu? Aku kira itu dapat didengar oleh tetangga kita. Aku mohon, jangan menyebarkan kesalahpahaman lebih jauh lagi…
Beberapa detik kemudian, Ibu yang menjemput Kakak dari tempat bimbel mendengar suaranya dan masuk ke rumah, bagaikan badai. Saat Ibu melihat Natsukawa dan aku duduk di seberang meja makan, Ibu menundukkan kepalanya dan menghela napas.
Jangan bilang kalau Ibu juga mengira aku dan Natsukawa sudah melakukan sesuatu karena kata-kata Kakak…
"Jangan katakan sesuatu yang dapat dengan mudah disalahpahami, dasar bodoh!"
"Aduh!? Te-Tetapi, bukannya memang begitu…!?"
A-Ah. Sudah lama sekali aku tidak melihat Ibu marah. Tentu saja, teriakannya sangat keras.
Setelah Ibu memukul kepala Kakak, dia memperbaiki raut wajahnya yang berantakan dan mulai memasang senyuman yang canggung di wajahnya.
"Se-Selamat malam. Apa kamu itu temannya Wataru?"
"Itu bukanlah cara yang normal untuk bicara dengan cewek SMA, bukan?"
"Bisa tidak kamu diam sebentar!?"
Ibu benar-benar sangat emosional hari ini. Mereka berdua, Ibu dan Kakak memperbaiki postur tubuh mereka dan mengamati Natsukawa, menatap dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Kakak dan Ibu ini, dan mungkin aku juga? Kami mungkin tampak kayak keluarga yang sangat kasar.
Hei, hentikan! Mata kalian itu kayak orang-orang yang sedang menilai sebuah produk, kalian tahu! Bisa tidak kalian hentikan itu, aku mohon?!
"Meskipun begitu, dia itu sangat imut, bukan?! Jangan bilang, dia itu pacarmu!?"
"Tentu saja, dia bukan, wahai putri Ibu yang bodoh! Lihatlah mereka! Bagaimanapun juga… mereka tidak tampak kayak 'gitu', bukan!?"
"Benar juga! Bagaimanapun juga, dia itu terlalu cantik buat Wataru!"
Betul, penilaian kalian memang benar, jadi aku dapat menjelaskannya dengan lebih cepat, tetapi serius, deh, kalian berdua terus ngomong sesuka hati kalian, ya? Apa kalian berdua ini memang benar-benar anggota keluargaku? Ini bukan kayak aku ini putra dan adik kandung mereka dan mereka menyembunyikan fakta itu dariku, bukan? Tidak, kalau aku pikir-pikir lagi, mereka memang selalu begitu. Dan aku tidak marah sama sekali. Serius, deh, aku yakin kalau aku ini punya mental baja.
Tetapi memang iya, aku yakin saat ini Natsukawa sudah tahu apa yang mau aku bilang.
"─Atau begitulah kayak yang dikatakan mereka. Natsukawa. Kayaknya aku tidak menghiraukan hal yang sangat sederhana sampai sekarang. Meskipun aku mestinya dapat langsung paham setelah memikirkannya sebentar."
"Eh...?"
"Semakin kamu mendorongku, mestinya aku semakin sadar. Kalau kamu sangat tidak suka dengan itu, mestinya aku tidak akan mendekatimu lagi. Hubungan manusia biasanya berjalan kayak gitu, bukan?"
Aku yakin, di suatu tempat dalam diriku, aku selalu merasa tidak nyaman dengan semua ini. Tentu saja, aku memang suka Natsukawa Aika. Namun, aku tidak bisa membayangkan diriku ini dan dia pacaran. Mengapa begitu ya?
Tidak peduli berapa banyak aku berusaha untuk membayangkan, kayaknya kami tidak seimbang. Dengan seberapa jauh perbedaan penampilan kami... ...Aku tidak bisa terus mempermalukan diriku sendiri dengan membayangkan adegan yang kejam.
Paling tidak saat ini, aku dapat menerima gagasan kalau ada perbedaan alami di dunia ini kayak fitur wajah dan keberanian seseorang sejak lahir. Makanya, saat ini aku akhirnya sadar akan daya tarikku sendiri ─ Aku akhirnya terbangun dari mimpi yang panjang, dan mampu menghadapi kembali kenyataan yang sudah lama aku tinggalkan.
"Makanya, aku akan berusaha melakukan apa yang 'wajar' untuk dilakukan, dan berusaha membaca situasinya dan suasana hatimu. Aku akan berusaha menenangkan diriku yang biasa, jadi mari kita akrab mulai saat ini juga."
"Ak-Akrab denganku, ya? ...Ka-Kamu…?!"
Konon katanya, beberapa karakter mob juga begitu di masa mudanya. Meskipun mereka itu bukanlah cewek cantik kayak heroin utama dalam sinetron, kayak Natsukawa. Tetapi aku mesti dapat menikmati kehidupan sekolahku selama aku dapat mendapatkan seseorang yang setingkat denganku.
Jadi, ada satu hal yang dapat aku lakukan saat ini, yaitu meminta Natsukawa, yang punya level kekuatan sekitar 50... ...bukan, 60 kali lebih banyak dariku, untuk membantuku.
"─Jadi, Natsukawa, adakah seorang cewek di antara temanmu yang cocok denganku?"
"Apa…!? 〜Mmmh!!"
"Hmm? Hah…?"
Natsukawa menggetarkan bahunya. Tidak peduli bagaimana aku melihatnya, kayaknya dia itu marah. Aku ini cuma warga negara biasa, jadi, aku tidak berani bergerak saat dipelototi oleh seorang cewek cantik begitu.
Ngomong-ngomong, aku rasa tatapannya akan lebih dingin dari ini, tetapi…
"—Kamu itu yang terburuk!!!"
"Wah!?"
Aku kira dia akan memukulku, jadi aku buru-buru mempersiapkan diri buat itu. Namun, Natsukawa tidak memukulku. Malah sebaliknya, dia meregangkan tubuhnya dari meja makan dengan kedua tangan dan dengan cepat menuju ke pintu masuk. Aku berusaha mengejarnya dengan tergesa-gesa, tetapi langkahnya itu sangat cepat.
"He-Hei! Natsukawa!"
"Diamlah! Dasar bodoh!"
Meskipun aku akhirnya menyusulnya, Natsukawa menyingkirkan tanganku dan berjalan kayak biasanya. Hal terakhir yang dapat aku lihat yaitu sosoknya berbalik di tikungan dan melarikan diri dengan sekuat tenaga.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain:
Baca juga: