OreShira [WN] - Seri 1 Bab 2.5 - Lintas Ninja Translation

Bab 2.5
Bertemu Dengannya di Sekolah

[Reina, sampai jumpa besok.]

[Enn, sampai jumpa.]

Suatu hari, beberapa hari setelah Si Pendatang Baru mulai bekerja paruh waktu, aku mengucapkan selamat tinggal pada teman-teman sekelasku dan para siswi seperti biasanya dan meninggalkan ruangan.

Aku akhirnya mampu untuk menyendiri dan helaan napas keluar dari mulutku.

Aku rasa aku bisa cukup akrab dengan para teman-teman sekelasku yang cewek, tetapi dikarenakan jumlah perhatian yang aku berikan pada mereka, dan aku jadi lelah secara mental selalu menghabiskan satu hari bersama mereka.

Bukannya aku tidak menyukai mereka, tetapi aku merasa kalau mereka mengambil keuntungan dari penampilanku dan posisiku. Aku tidak punya keinginan untuk mengenali mereka.

Aku sadar kalau penampilanku itu lebih baik dari orang lain, dan aku percaya diri karena aku telah merawat rambutku dan kulitku karena ibuku bilang padaku kalau aku pasti cantik karena aku itu cewek. Aku tidak benci penampilan ini dari ibuku, malahan aku lumayan menyukainya.

Namun, orang-orang di sekitarku cuma akan melihat penampilanku. Aku merasa tidak nyaman dengan cara mereka melihatku, seakan-akan mereka cuma tertarik pada penampilanku, dan aku tidak bisa dekat dengan mereka. Sebagai hasilnya, aku tidak punya satu teman dekat pun, dan aku sadar kalau ini malah semakin  mempercepat kelelahan mentalku.

Hal yang sama juga terjadi pada para cowok, kalau masih kurang jelas. Mereka cuma tertarik pada penampilanku. Aku bahkan tidak dekat dengan mereka, jadi ketika mereka mengakui perasaan mereka padaku, mana mungkin aku akan menerimanya.

Walaupun mereka tidak mengakui perasaan mereka, ada terlalu banyak orang yang mencoba terlibat denganku dengan motif tersembunyi. Faktanya, cuma orang-orang macam itu yang ada di sekitarku, dan kebencianku terhadap mereka telah semakin bertambah akhir-akhir ini.

Aku tidak pernah menyukai mereka secara khusus, dan aku berusaha yang terbaik untuk tidak terlibat dengan para cowok karena itu sulit bagiku untuk terlibat dan aku akan dibenci oleh para cewek di kelasku. Iya, aku tidak bisa kalau begini bagus juga sih, karena sekarang aku lebih sering dilihat dari kejauhan.

Aku berhasil menjaga kehidupan yang aman dan damai seperti ini.

(Mungkin aku akan membeli buku untuk mengalihkan perhatianku.)

Aku rasa tentang apa yang akan datang setelah ini saat aku berjalan di lorong.

Aku suka buku. Aku bisa melupakan hubungan yang menyebalkan di sekitarku dan aku tidak perlu khawatir soal tatapan dari seseorang yang tidak aku sukai. Tentu saja, bukan cuma dalam artian negatif, tetapi juga karena insiden yang mengejutkan dan cerita yang menginspirasi yang dapat ditemui.

Ngomong-ngomong, buku itu penting buatku untuk menyegarkan diriku kembali. Setelah satu hari lagi yang sukses, aku dalam perjalananku menuju ke rak sepatu untuk membeli sebuah buku baru untuk diriku sendiri.

[Bisa aku bicara sebentar?]

Suara yang pelan namun tegas sampai ke telingaku. Seorang cowok memanggilku di rak sepatu. Aku mengalihkan pandanganku ke arah suara untuk melihat siapa itu.

Ia memakai kacamata berbingkai hitam, dan rambutnya acak-acakan dan tidak terawat. Ia juga tampak tidak terinspirasi dan tidak termotivasi.

Satu-satunya hal yang mengejutkan yaitu matanya yang jernih dan indah.

Apa yang sebenarnya terjadi? Aku berpikir sejenak, tetapi aku menebak alasannya. Aku bisa kepikiran satu alasan mengapa seseorang akan memanggilku di tempat semacam ini.

Ini mungkin pengakuan cinta. Sudah banyak cowok yang mengakui perasaannya padaku di sini sebelumnya, aku sangat yakin itu.

Namun, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya, dan ini merupakan pertama kalinya aku melihat wajahnya saat ia mendekatiku.

Ini memang cukup buruk karena aku barusan sedang dalam suasana hati ingin membeli buku. Aku muak dan lelah dengan seluruh hal "cinta pada pandangan pertama" ini lagi, dan aku dengan cuek bilang padanya setidaknya untuk memberi tahunya kalau aku waspada terhadapnya.

[...Ada apa?]

[Ini, aku rasa ini punyamu.]

Ketika aku bertanya padanya apa yang ia mau, tanpa menyembunyikan ketidaknyamananku, seakan-akan aku ingin menakutinya, ia membalas dengan kata-kata yang tidak aku duga.

Dengan cemberut yang menyebalkan, ia menyodorkan buku yang seukuran telapak tangan yang tampaknya dipegang olehnya.

[Eh...?]

[Baiklah kalau begitu, sampai jumpa.]

Terkejut dan bingung, aku akhirnya menerima buku yang ia sodorkan padaku.

Aku terlalu tercengang untuk mengatakan apa-apa kembali, dan ia menjauh.

Aku melihat belakangnya, terkejut, dan menatap ke apa yang aku terima. Apa yang ia serahkan padaku yaitu buku catatan murid. Aku membuka bukunya dan melihat fotoku, dan mengerti kalau ia datang untuk mengantar ini padaku.

Aku merasa bersalah atas apa yang aku lakukan. Penyesalan meresap menembus hatiku. Aku kira itu sebuah pengakuan cinta dan sebagai balasannya, memberinya sikap yang buruk, padahal dia sudah jauh-jauh ke sini untuk mengantarkan ini untukku.

Aku menaruh sepatuku dan bergegas mengejarnya. Aku berlari di luar ruangan, tetapi sosok yang aku lihat telah hilang. Ia sudah pergi.

Apa yang mesti aku lakukan? Aku sudah sangat kasar padanya. Rasa bersalah terus mengintai pikiranku. Memangnya aku siapa beranggapan kalau ia akan mengakui perasaannya padaku?

Aku dapat membayangkan wajah yang kesal dan tegas ketika ia menyerahkan buku itu padaku. Setidaknya, orang itu memungutnya dengan kebaikan, tanpa ada motif apapun. Tetapi aku malah memperlakukannya dengan buruk, jadi dapat dimaklumi kalau ia kesal. Tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Aku bahkan tidak berterima kasih padanya. Paling tidak, aku seharusnya berterima kasih padanya dengan baik.

Aku melihat ke sekeliling beberapa kali untuk berterima kasih dan meminta maaf padanya. Aku menatap ke arah buku catatan yang masih ada di tanganku, dan helaan napas kecil keluar dari bibirku.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama