Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 8 Bab 184 - Lintas Ninja Translation

Bab 184

Cara Meningkatkan Daya Tarik

"Bagaimana menurutmu? Apa ini cocok buatku?"

"Iya, itu imut."

"Fufu...♪."

"Suasana hatimu sedang baik, ya."

"Pertama kalinya aku pakai anting-anting, gitu loh!"

Ashida, berputar-putar dengan semangat tinggi, mengenakan anting-anting mutiara kecil di telinganya. Mutiara itu tampak seperti replika, tetapi lebih kecil dari yang asli, tidak terlalu jelas dan berwarna persik terang, dan tampaknya cocok dengan selera Ashida.

Anggota Klub Kerajinan Tangan cuma terdiri dari para siswi, dan banyak di antara mereka yang sepertinya berstatus sosial tinggi. Tampaknya, selalu ada banyak siswa-siswi dari 'Sisi Barat'. Aku telah mendengar dari OSIS kalau mereka punya sejarah dengan 'Sisi Timur', jadi aku sedikit defensif, tetapi mereka memperlakukannya tanpa diskriminasi apapun - mereka memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi mereka sangat tajam kalau berbicara soal gaya berdandannya.

'Dari penampilanmu, kamu harus mengenakan sesuatu yang agak mencolok. Menilai dari pakaian dan gaya rambutmu, kamu pasti ikut dalam ekstrakurikuler olahraga, tetapi aku  bisa memberimu berbagai celah potensial. Terutama karena bibirmu yang tipis dan berwarna merah ceri itu, anting-anting itu tampak lebih menarik daripada aksesori kelas atas manapun. Jadi, kapan kamu mesti meningkatkan penampilanmu? Sekaranglah waktunya.'

Ashida dipuji dengan sangat detail dan dibuat  sangat terkesan oleh senpai penjaga toko perhiasan kelas atas itu, sampai-sampai membeli anting-anting yang agak mahal untuk proyek festival. Senpai itu bahkan memberinya layanan purna jual yang ramah tentang cara memakai anting-anting itu dengan benar. Apa senpai itu seorang pramuniaga profesional? Aku yakin masa depan senpai itu pasti sangat cerah.

"Aichi, foto aku, foto aku!"

"Iya... Oke, cis."

"Hehe."

"Yah, ini video, tidak apa-apa, kan?"

"Ya ampun!"

Ashida tersenyum sambil cemberut begitu. Melihat Ashida  yang seperti itu, Natsukawa ikut senang dan sangat bersemangat sampai-sampai dia tidak sengaja mengerjai Ashida. Tentu saja, Ashida, yang tersenyum lebih lebih dari biasanya, mungkin lebih imut dalam video ketimbang dalam foto. Natsukawa mungkin punya niat macam itu.

Sekali lagi, Ashida berpose dan berfoto lagi. Natsukawa bilang kalau dia akan memproses foto itu dan menunjukkannya pada Ashida sebentar lagi.

"Fufu..."

"Iya, oke. Kamu tampak keren."

'Aku tampak keren, kan!' Ashida menunjukkan  tatapan puas padaku seakan-akan ingin bilang begitu. Tidak biasanya Ashida sangat percaya diri begitu dalam hal daya tarik wanita. Ashida, yang terkenal karena gerakannya yang tidak disadari, merupakan lawan yang tangguh saat dia tampil begini.

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-184-di-lintas-ninja-translation

"Eh, itu masih kurang. Kamu harus memujiku dengan lebih baik lagi."

"Kamu punya wajah yang cantik."

"Ada sesuatu yang berbeda darimu!"

Yang aku lakukan saat ini yaitu menyembunyikan rasa maluku di depan Natsukawa dan memalingkan wajah dari Ashida. Karena, seperti yang disarankan oleh Senpai tadi, anting-anting itu benar-benar menonjolkan kecantikan bibir Ashida yang berwarna merah ceri. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat anting-anting itu, dan itu membuatku merasa malu.

"Hei..."

Karena aku menyesal sudah dipermalukan oleh Ashida di depan Natsukawa, Ashida mendekat ke wajahku dan tanpa sadar aku bangun. Tatapan itu tampak seperti sedikit mencela.

"Mengapa kamu tidak membelikan sesuatu untuk Aichi?"

"Tidak, kamu dengar apa yang tadi dia katakan. Kamu dengar apa yang Senpai tadi katakan."

"Memang benar sih, tetapi..."

Ashida diam-diam mengeluh padaku, tetapi karena aku masih amatir dalam memilih hadiah yang cocok, aku tidak punya keberanian untuk memilihkan hadiah buat Natsukawa, apalagi di depan Senpai profesional itu. Akan lain ceritanya kalau aku sangat jago dalam memilih hadiah.

'Aku tidak melihat apapun di sini yang cocok buatmu. Kamu punya banyak pesona, terutama pada matamu yang berwarna permata, tetapi kamu harusnya tidak menambahkan lebih banyak aksesori lagi cuma demi fesyen. Ironis memang, kamu akan terlihat lebih cantik kalau kamu menggosokkan lumpur ke pipimu ketimbang mengenakan aksesori mewah.'

Natsukawa sangat kesal pada senpai itu. Sulit untuk marah pada senpai itu karena dia tidak mengolok-oloknya. Dan tentu saja Natsukawa tidak punya hobi bersafari macam itu. Akan tidak profesional jadinya kalau kamu berusaha menghentikan orang membelinya. Kalau aku sih bukan seorang profesional.

Selain itu, aku sudah menyiapkan sesuatu... ...buat Natsukawa...

"Eh? Hah..."

Itu benar, Ashida tampak khawatir. Iya, Halloween di akhir bulan ini merupakan hari ulang tahun Natsukawa. Ashida itu satu-satunya orang yang aku beri tahu apa yang telah aku persiapkan untuk hari itu.

"Mungkin aku mesti batalkan saja memberikannya cincin..., Senpai itu juga bilang pada Natsukawa kalau dia seharusnya tidak memakai aksesori mewah."

"Eh, itukah alasanmu? Apa tidak ada alasan lain yang lebih mendasar?

"Apa lebih banyak perhiasan cuma akan jadi beban buat Natsukawa yang mempesona...?"

"Aku rasa dia akan merasakan beban lain."

Ashida menatapku seakan-akan dia sedang melihat sesuatu yang mengecewakan. Setiap kali mutiara kecil yang tergantung di anting-antingnya bergoyang, mataku tertuju pada bibir Ashida. S*al*n... ...bibir itu, memang... ... menggoda!

Ashida mengatakan 'Ah!', tetapi dibandingkan dengan hadiah yang biasa aku berikan pada Natsukawa tahun-tahun lalu, yaitu barang yang bermerek, namun kerajinan tangan itu jauh lebih baik. Dari segi harganya saja, ini merupakan hadiah ulang tahun yang cocok. Hanya saja, waktu dan upaya yang diperlukan untuk mempersiapkannya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Fakta kalau itu berbentuk cincin cuma suatu kebetulan.

(TL Note: Ya, jangan buat Ashida salah pahamlah. Mimin lagi ngomongin yang terjadi pada LN Jilid 7 Bab 2)

"Mungkin begitu, tetapi aku rasa 'Kamu seharusnya tidak memakai aksesori mewah' yang dikatakan Senpai tadi, itu bukan berarti semua aksesori."

"Apa?"

"Mungkin yang seperti perak atau perhiasan. Hanya saja, bukan hal semacam itu."

"Eh? Apa maksudmu?"

"–Kei, aku sudah mengirimimu sebuah foto."

"Eh, benarkah?"

"Eh, hei...,"

Dipanggil oleh Natsukawa, Ashida mulai memeriksa ponselnya. Aku tidak bisa menanyakan hal yang penting itu padanya saat ini. Bagi seorang siswa SMA biasa, perasaan semacam itu berada di luar kendaliku. Aku mesti mendapatkan jawabannya sebelum hari ulang tahun Natsukawa. Masih ada banyak waktu, jadi aku akan menanyakannya lagi kapan-kapan.

"...Huh? Di mana fotonya?"

"Aku cuma mengirim fotonya ke Kei."

"Oh..., begitu ya."

"Apa, kamu mau lihat juga fotonya? Sungguh? Apa kamu mau aku mengirimkan foto itu juga padamu?"

"Uhh... ...Oh ayolah. Aku ingin membuat kakakku belajar darimu."

"Jangan gunakan foto itu buat hal-hal yang aneh-aneh ya!"

"Ayolah, kamu seharusnya lebih menghormati kakakmu lagi..."

Setelah foto Ashida selesai diperbaiki, kami kembali ke ruang kelas untuk meletakkan tas kami, dan selanjutnya kami pergi peragaan busana di ruang olahraga. Secara khusus, ini sebenarnya kontes kostum. Mungkin tidak berlebihan untuk bilang kalau kontes ini merupakan acara utama di balik festival budaya ini.

Saat kami memasuki ruang olahraga yang gelap dan bising, di dalamnya dipenuhi oleh begitu banyak orang sehingga tidak peduli apakah mereka itu siswa ataupun siswi. Aku melihat di atas panggung dan melihat seorang senpai laki-laki mengangkat bas dram dan membawanya dengan berat. Ia mungkin telah bermain dalam sebuah band sampai sebelum itu. Saat aku menyaksikan lebih dekat, aku dapat merasakan suasana bersenang-senang di sekelilingnya.

"Barangkali kamu mungkin ingin menyaksikan mereka?"

"Bagaimanapun juga. Aku yakin kamu akan menikmatinya, tetapi kamu bukan tipe orang yang suka kebisingan, bukan, Aichi?"

"Uhh... ...tentu saja. Ada penolakan, mungkin..."

Baru-baru ini, aku mengerti kalau standar perilaku Natsukawa itu apakah Airi-chan dapat bersenang-senang atau tidak. Walaupun dia tidak dapat pergi ke berbagai jenis acara festival, tetapi dia mungkin tidak keberatan dengan kebisingan taman hiburan.

Ashida, Natsukawa dan aku mengantre di dekat panggung di ruang yang disediakan untuk siswa-siswi saat ini.

"Seperti apa peragaan busana dari sekarang? Sejujurnya, ini merupakan acaranya para siswi, bukan?"

"Aku sangat menantikannya! Apalagi setelah aku belajar cara memilih aksesori!"

"Iya. Aku juga menantikan hal ini, mungkin."

Sebaliknya, kalau kalian bertanya padaku apakah aku tertarik atau tidak, aku mungkin tidak dapat menjawabnya. Aku diminta langsung oleh seorang nona muda, Shinonome, untuk memilihnya dalam kontes itu. Persentase cewek di sekitarnya itu cukup tinggi, dan bahunya agak sempit. Dialah yang mengundangku. Aku cuma bisa mengharapkan satu hal, yaitu: seorang cewek cantik yang ada di sana sambil mengenakan pakaian yang cantik.

"Ups. Oh iya, aplikasinya, aplikasinya..."

"Oh, iya ya. Ada semacam aplikasi pemungutan suara."

"Ini dapat dipasang (di-install) melalui situs web sekolah, bukan?"

Aku sudah memasangnya, jadi aku akan mengajari mereka berdua cara mengoperasikannya. Ini merupakan aplikasi yang dirancang dengan terburu-buru, sangat sederhana, dan tidak banyak yang dapat aku ajarkan pada mereka. Siapa yang membuat aplikasi itu pun masih misteri buatku. Sepertinya, aplikasi ini sudah ada selama bertahun-tahun.

"Aku penasaran apakah Rin-sama akan ikut serta..."

"Dia itu bukan tipe orang macam itu, meskipun aku ingin melihatnya, sih..."

"..."

Dia mempunyai karakter yang tegas, dan kemungkinan hal itu terjadi sangat kecil. Kalau Shinomiya-senpai ikut, dia mungkin akan datang bersama anggota Komite Moral Publik, Inatomi-senpai dan Mita-senpai, yang sudah seperti anggota keluarganya. Jeritan dari para siswi muncul dalam benakku.

"...Bagaimana dengan kakakmu?"

"Aku tidak mau membayangkannya."

"Kamu tidak perlu mengusap kepalamu begitu seakan-akan kamu merinding..."

"Aku tidak tahu wajah macam apa yang mesti aku pasang saat aku melihat kakakku sendiri berjalan-jalan dengan cara seksi dan terang-terangan? Aku dapat mengerti kalau itu merupakan adegan masuk dalam pertandingan gulat."

"Aku rasa itu akan cocok buatnya..."

Sangat menyedihkan karena Natsukawa dan aku tidak saling memahami satu sama lain, tetapi itu bukan sesuatu yang dapat ditutupi. Aku yakin ini merupakan perasaan yang cuma bisa dirasakan oleh adik dan kakak. Aku penasaran bagaimana perasaan orang-orang yang punya orang tua dan adik-kakak mereka sendiri muncul sebagai idola di program televisi. Aku yakin ini pasti rumit.

"Wah, itu luar biasa..."

Saat kami sedang mengobrol, aku perhatikan kalau panggungnya sudah didekorasi dengan penuh hiasan dan lampunya sudah diganti ke warna yang sama. Spanduk yang sebelumnya terpampang di belakang panggung, telah digantikan oleh monitor raksasa modern. SMA kami punya satu yang seperti itu...

"Sepertinya, acaranya sudah mulai...!"

Saat suara Ashida yang bersemangat itu keluar, musik pop Amerika mulai dimainkan.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama