Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 8 Bab 183 - Lintas Ninja Translation

 

Baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-183-di-lintas-ninja-translation

Bab 183
Pedang Legendaris

Hal pertama yang terbesit dalam benakku saat mendengar nama 'Klub Sastra' yakni pemandangan orang-orang yang duduk diam dan membaca buku di ruangan yang sunyi. Meskipun klub ini tidak asing buatku, namun aktivitas mereka masih misterius buatku. Meskipun ini merupakan kumpulan sukarelawan, namun mereka dapat dikatakan terlibat dalam kegiatan kreatif seperti membuat buku bergambar ini. Dulu memang ada Klub Sastra di SMA ini, tetapi tampaknya sudah bubar karena kurangnya kegiatan. Jadi, ini merupakan semacam aktivitas lingkaran karya. Karena mereka dapat mendapatkan tempat di festival dan mengadakan acara semacam ini, itu sudah bisa disebut sebagai terobosan besar.

"Cukup ramai, ya!"

"Ini buku bergambar, kan?"

Aku tidak tahu apa aku harus menyebutnya sebagai pelanggan, tetapi ada banyak anak kecil di aula serbaguna yang digunakan oleh lingkaran karya sastra ini. Aku bahkan merasakan nostalgia akan ruang yang dipenuhi dengan suara anak-anak bernada tinggi ini. Sekarang aku mengerti mengapa mereka tidak mengadakan acara ini di perpustakaan.

Dari tampangnya, anggota lingkaran karya ini merupakan kelompok elite kecil yang terdiri dari empat orang: seorang senpai perempuan kelas dua belas, seorang senpai laki-laki dan seorang senpai perempuan kelas sebelas, dan seorang siswa kelas sepuluh. Aku rasa, para pembaca itu lebih seperti orang yang artistik, dan mereka tampaknya sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para ibu dan kata-kata serta perilaku anak-anak yang masih polos.

"Wah. Ini bagian karya-karya yang sudah meraih penghargaan dulu."

"Penghargaan? Dari SMA kita?"

"Aku dengar sih begitu... ...Hah? Aku rasa aku mungkin tahu buku ini..."

"Wah! Aku juga pernah melihat buku yang satu itu!"

"Aku juga...."

Judul buku itu "Tangan Anak Anjing". Sinopsis ceritanya, yang diceritakan dalam gaya novel, yaitu seekor anjing, yang digambarkan memiliki jari, muncul ke dunia nyata dan bermain dengan seorang cewek yang merasa kesepian saat dia jauh dari rumah. Setelah puas bermain, cewek itu terbangun dalam pelukan ibunya dan menyadari kalau itu semua hanyalah mimpi. Tetapi ketika sang cewek melihat di depan matanya, ada seekor anjing yang muncul dalam mimpinya tadi. ...Buku bergambar ini diakhiri dengan kisah bagaimana cewek itu punya anggota keluarga baru sejak hari itu dan seterusnya.

"Aku ingat... ...pernah membacanya waktu TK. Dan aku ingat kalau buku itu sangat populer sampai-sampai kami rebutan membacanya..."

"Aku juga ingat. Aku ingat pernah membaca buku itu dan memohon pada ayahku untuk memelihara seekor anjing."

"Mungkin itu sebabnya punya satu pun buku itu di rumahmu..."

Fakta bahwa banyak masyarakat sekitar yang merupakan pecinta anjing, mungkin karena pengaruh buku bergambar yang satu ini. Aku sih orang yang menyukai kucing karena manga*. Kakakku juga bilang kalau saja dia memelihara kucing, maka kucingnya itu pasti kucing Persia atau kucing populer, jadi aku kira dia itu pecinta  kucing juga - dia juga jago berkelahi dengan kucing.

(TL Note: Pengingat aja manga ini sempat disinggung di Jilid 1 saat Aizawa Rena bertanya pada Wataru, tentang manga yang dibacanya.)

"Apa kamu punya preferensi untuk Ai-chan, Aichi?"

"Ya, dia kan sudah berusia lima tahun, ...jadi mungkin dia lebih suka buku untuk tingkat lanjutan."

"Eh, apa...? Lanjutan?"

Lanjutan...? Tidak. Aku baru saja kepikiran soal perkelahian kucing dan hal-hal konyol lainnya sebelumnya, jadi aku sekarang memikirkan hal-hal yang aneh. Secara misterius, pemandangan kakakku sedang melakukan supleks Jerman muncul di kepalaku. Silakan, lakukan saja...!

"Euh, ...buku petualangan atau semacamnya?"

"Dia mungkin akan suka itu, tetapi mungkin tidak begitu banyak gambar yang ada pada buku itu... ...mungkin sebuah kisah seperti kisah tentang seorang anak kecil dan binatang yang menjelajahi dunia... ...itu menarik bukan?"

"Iya, aku rasa dia akan menyukainya, tetapi aku tidak tahu apa dia akan sangat menyukainya. Aku pikir mereka punya buku semacam itu di sini..."

"Nah, mengapa kamu tidak bergabung dengan anak-anak di sana dan kita akan memilih salah satu buku?"

"Apa menurutmu akan lebih baik kalau aku meninggikan suaraku?"

"Mengapa kamu repot-repot membuat dirimu terdengar lebih muda?"

Sambil mengatakan itu, kami mendekati sudut di mana para sukarelawan sedang sibuk, tetapi saat seorang gadis kecil menyadari pendekatan kami, dia menjadi gelisah dan menjauh dari kami. Apa kamu melihatku... ...barusan?

"Aku membuatmu takut, ya?"

"Kalau itu cuma seorang sukarelawan, aku baik-baik saja, tetapi tiga orang anak SMA mendekatiku dari belakang."

"Apa kamu ingin kami pergi? Dari sekolah ini."

"Aku terlalu terkejut."

Aku bukan cuma bicara soal mendekati mereka, kemudian mereka kabar, atau bukan tentang tidak jago berbicara dengan anak-anak lagi. Setiap kali Airi-chan melihatku, dia menyerangku seakan-akan ingin mengatakan, "Ini dia, rasakan, monster...!" Aku tidak bicara soal takut pada anak-anak lagi. Begitu ya..., aku tidak bisa menyembunyikan potensiku yang (secara paksa) ditarik keluar dari kakakku  di depan seorang balita polos. Jangan sampai kalian... ...menjadi sepertiku...!

Ya, secara pribadi sih, aku lebih mudah ditangani kalau aku sedikit agresif.

Tidak seperti buku-buku yang sudah meraih penghargaan sebelumnya, buku-buku bergambar lainnya itu tidak beraneka ragam, entah ditata pada penyangga buku di atas meja panjang, atau ditempatkan langsung di sampingnya. Buku-buku itu tampak seperti harta karun karena ditempatkan pada kain satin mewah yang misterius. Apa jangan-jangan ada beberapa mahakarya nyata yang tersembunyi...?

Seperti aku, aku mengobrol dengan seorang cowok di kelasku yang tidak ada banyak anak yang berkeliaran di dekatnya.

"Kamu punya banyak buku yang seperti ini?"

"Yang benar saja. Aku bahkan tidak mengikutsertakan buku ini dalam kompetisi, tetapi aku menulisnya berdasarkan dorongan hatiku."

"Hah... ...oh. Yang ini sepertinya buat anak cowok."

"Oh, itu...."

Buku yang berjudul... "Pedang Legendaris".

Pada zaman dahulu, hiduplah makhluk jahat bernama Maou, yang menyerang dan mencoba menghancurkan dunia. Banyak orang yang bertarung melawan Maou, tetapi tidak ada yang mampu mengalahkannya. Lalu, di sebuah desa di negeri itu, seorang pahlawan bangkit.

Sang pahlawan terbangun di jantung kerajaan dan berangkat untuk menemukan pedang kekuasaan untuk mengalahkan Maou. Saat ia membidik metropolis kerajaan, ia mendengar jeritan seorang wanita di hutan...

"...Ini merupakan..."

"Iya..., itu dibuat sekitar tahun 2003."

"Oh..."

Sudah cukup lama ya - iya, begitulah... ....buku legendaris.

Aku membalik-balikkan halamannya dan mendapati kalau dalam ilustrasinya ada seorang gadis cantik yang tampak terlalu mirip dengan yang ada manga shounen ketimbang yang ada buku bergambar pada umumnya. Cuma dengan melihat sentuhan gambarnya saja, rasa nostalgia mewarnai hatiku.

Dalam artian tertentu, aku mungkin telah menemukan harta karun. Ukurannya itu sebesar buku bergambar, dan anehnya cukup tebal untuk sebuah buku bergambar, dan terlepas dari komposisi neraka, yang semuanya ditulis dalam hiragana, buku ini pasti sangat berharga. Hal ini membuatku ingin pergi jauh ke Amazon untuk mengungkap misteri buku ini.

"..."

Nama pedang legendaris itu "Excalibur".

Sebagai sesama manusia, aku memujimu atas keberanianmu meninggalkan karya agung ini untuk almamatermu. Aku berharap kalau buku ini akan tetap tidak terjual dan diteruskan ke generasi yang akan datang. Aku meletakkan buku itu kembali secara perlahan pada kain satin, supaya tidak merusak kertas dengan menyentuh kertasnya secara tidak perlu.

"Hei lihat, Aichi. Ada sebuah buku bergambar tentang seorang gadis balita yang diberi tahu oleh seorang pangeran yang sangat tampan kalau dia itu 'gadis yang menarik' dan mereka pun menjadi sangat jatuh cinta."

"Letakkan lagi."

(TL Note: Awokawok.)

Klub Sastra... ...klub yang sudah lama hilang, tetapi punya sejarah yang panjang.

"Aku rasa aku sekarang tahu buku bergambar mana yang akan meraih penghargaan!"

"Ini bukan cuma karya tulis yang dibuat untuk semua umur..."

"Aku tahu buku ini masih baru dan menarik, tetapi... ...ini masih belum cukup bagus."

Di tangan Natsukawa, ada tas tangan yang lucu, eksklusif dari SMA kami. Di dalamnya ada sekitar dua buku bergambar. Isi ceritanya sih biasa saja, tetapi ilustrasi binatang dengan garis-garis tipis dan ilustrasi yang indah dibandingkan dengan buku bergambar biasa itu sangat indah. Dia akan merasa puas kalau Airi-chan akan senang dengan buku ini.

"Setelah itu kita mau pergi ke mana?"

"Kita pikirkan saja nanti, tetapi sebenarnya aku  mau melihat peragaan busana yang diselenggarakan oleh Klub Kerajinan Tangan dan Busana di ruang olahraga."

"Wah, Sajocchi, kamu mau menonton para siswi memperagakan busana padahal kamu sedang bersama kami?"

"Tidak, orang itu memintaku untuk memilihnya. Aku sudah berjanji untuk melihatnya. Kalau kalian ingin bersenang-senang, mengapa kalian tidak memasang aplikasi pemungutan suara dari pamflet sekarang?"

"Apa maksudmu orang itu yang memintamu untuk memilihnya, apa ini sebuah kontes? ...Oh, ngomong-ngomong, kontes apa itu?"

"Sepertinya dia tidak akan terpilih sebagai Miss Kōetsu."

Aku diberi tahu kalau hampir mayoritas siswi kelas dua belas yang mengikuti kompetisi ini. Iya, ini merupakan jenis kontes yang bisa kamu ikuti untuk memperingati hari terakhirmu di SMA. Siswi kelas sepuluh yang tiba-tiba masuk dan ikut serta dalam kontes itu, Nona Shinonome ini, pasti punya mental baja. Rambutnya setengah pirang, dan dari sudut pandang klub busana, dia tidak bisa menjadi model yang cocok.

"Tetapi... ...sepertinya kita masih punya sedikit waktu tersisa sebelum acaranya dimulai."

Kata Natsukawa, setelah melihat ke bagian acara pada pamflet. Sepertinya dia tidak keberatan untuk ikut melihat peragaan busana, kalau tidak salah sih, dia bilang begitu.

"Ah! Kalau begitu, mari kita pergi ke bagian kerajinan tangan dulu! Di sini tertulis 'Proyek Klub Kerajinan Tangan', tetapi mungkin di sana ada aksesori atau semacamnya!"

"Bagaimana menurutmu? Haruskah kita pergi ke sana?"

"Ke sini sebentar, Sajocchi!"

"Apa? Apa ada sistem di mana setiap kali kita mau datang ke kontes itu, kita harus menjadi  salah satu dari teman kontestan atau tidak?"

Aku ini penolong dari pihak yang malang. Memang benar, kalau kemarin itu aku bersama pihak yang berbeda. Tinggalkan saja tanknya. Aku punya keyakinan akan kemampuanku dalam dipukul.

Aku buru-buru menyusul Ashida, yang pergi dengan semangat tinggi. Apa kamu sudah mengincarnya dari sebelum kita pergi ke Klub Sastra, bukan? Hal pertama yang terlintas dalam benakku yaitu fakta bahwa Ashida itu aktris yang sangat berbakat.

Klub Kerajinan Tangan, ya? Selain lingkaran karya Klub Sastra yang aku sebutkan tadi, klub yang satu ini punya citra dalam menghasilkan berbagai kerajinan tangan dari bahan kain. Mungkin itulah sebabnya ada pembagian antara Klub Kerajinan Tangan dan Busana dimasukkan ke dalam klub yang sama. Selain itu, semua anggota klub tampaknya memiliki kekuatan wanita yang tinggi. Apa aku orang bodoh karena mengharapkan aksesori dari perak?

"Hei, hei..."

"Hmm? Oh..."

Natsukawa mengangkat wajahnya dan menyikutku dari samping. Dia memasang ekspresi yang sama seperti tadi sebelum kami pergi ke toko buku bergambar, dilihat dari warna kulitnya. Terlalu dekat dan tidak berdaya, membuat jantungku berdegup kencang. Ini gejolak hati dan bukan merasa senang, bukan?

"Kamu barusan bilang... ..."orang itu yang memintamu memilihnya sendiri"."

"Euh, ya...? Oh, maksudmu soal peragaan busana tadi, ya..."

Aku sedang terburu-buru... ...sehingga aku agak kaget saat Natsukawa tiba-tiba bilang sesuatu soal memilih seseorang. ...Kamu telah memainkan pikiranku sejak beberapa waktu yang lalu. Tetapi, aku tahu kalau wanita yang melakukan hal semacam itu bukanlah wanita yang jahat, mereka itu wanita yang baik.

"Apa itu... ...kakakmu?"

"Tidak, bukan, tetapi..."

"Eh..."

Dari awal, kakakku tidak akan pernah mengikuti kontek semacam itu, dan dia bahkan tidak akan memaksaku untuk memilihnya. Sekarang, dia memang sudah jadi Wakil Ketua OSIS, tetapi dulu, dia itu seorang yankee, orang yang busuk–––Aku rasa dia tipe orang yang ingin dicontoh dengan menonjolkan dirinya di depan orang lain.

"Kalau begitu, Apa itu Shinomiya-senpai? Atau anggota komite moral publik lainnya...?"

"Oh tidak, dia itu bukan senpai. Dia itu satu angkatan dengan kita."

"Satu angkatan..."

"Kalian ingat, sebelum liburan musim panas lalu. Ada seorang nona muda yang mendapat peringkat tinggi, dan blasteran berambut pirang."

Apakah ada kenalan kalian yang punya begitu banyak ciri khas yang unik? Nona muda itu lebih berkarakter daripada orang lain, entah mengapa. Kakakku sangat jijik dengan nona muda itu, tetapi mungkin itu merupakan homofobia pada dirinya sendiri, yang dulu juga punya rambut pirang yang sama.

"Nona muda.... ...blasteran berambut pirang...?"

"Dia memang cocok buat jadi model. Wajahnya tampak seperti wajah orang Barat. Memang benar kalau cuma ada satu orang yang semacam itu yang membuatnya punya kesan bergaya Paris dan terasa lebih modis."

"...Siapa ya?"

Oh, ya ampun.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama