KuraKon - Jilid 5 Bab 4 Bagian 6 - Lintas Ninja Translation

Bab 4
Perang
(Bagian 6)

Tidak ada anak-anak yang terlihat di taman umum kawasan perumahan. Apa itu karena matahari sudah mulai terbenam, atau karena anak-anak memang sudah jarang bermain di sini? Rumputnya tampak usang, dengan karat terlihat di batang logam. Tidak ada yang menggunakan ayunan, sehingga sekarang memeking saat angin membuatnya bergoyang dengan lembut ke depan dan ke belakang.

"Wah, ada kilasan nostalgia! Kita selalu bermain di taman ini saat kita masih anak-anak, bukan?" Himari membuka tangannya lebar-lebar dan melihat ke sekeliling taman. "Kamu ingat? Majalah yang aku bawa akhirnya jatuh ke genangan air, jadi aku mencoba membersihkannya dengan air dari dispenser air, tetapi itu cuma memperburuk keadaannya. Astaga, aku sangat panik saat itu." Himari menceritakan kisah masa lalu dengan senyuman, tetapi…

"Em…Himari. Hari ini, aku mau…"

"Aku tahu. Kamu tidak mengajakku ke sini untuk bermain-main, bukan?" Himari mengangkat bahunya sambil tersenyum.

Namun, mata Himari tidak senang sama sekali. Akane tidak pernah menerima tatapan dingin yang seperti itu dari Himari, sehingga membuatnya bingung. Himari tahu apa yang Akane minta di sini. Berlawanan dengan sahabatnya membuat Akane ketakutan. Akane tidak akan tahan kehilangan sahabatnya. Namun, Akane juga tidak bisa mundur atau menyembunyikan ini lagi. Akane menarik napas dalam-dalam dan menatap Himari.

"Aku mau kamu putus dengan Saito."

Mata Himari berubah menjadi titik-titik. Himari menutup mulutnya dan mengeluarkan kikikan.

"Aku dan Saito-kun kan tidak pacaran?"

"Yang aku maksud itu pacaran pura-puramu."

"Jadi kamu akan membuangku setelah aku memainkan peranku? Bukankah itu agak kejam?"

"Erh…"

Himari jauh lebih agresif daripada biasanya.

"Itu tidak masuk akal. Seharusnya itu cuma akting, tetapi kamu terus menempel pada Saito, berkencan dengannya…dan bahkan menciumnya…" Cuma dengan menceritakan kembali kejadian ini saja, Akane merasa kalau dadanya sesak.

"Sepertinya mereka memotret kami, ya? Jadi kamu melihat foto itu."

"Melakukan hal semacam itu… kamu sudah tidak pura-pura lagi, bukan? Kalian tampak seperti pasangan sungguhan. Ini terlalu berlebihan."

Himari menoleh.

"Jadi apa masalahnya? Ini tidak ada hubungannya denganmu."

"Tentu saja... ada."

"Mengapa? Kalian cuma menikah secara sah, bukan?"

"Tetapi…"

"Kalau kamu tidak beri tahu aku alasannya, maka aku tidak akan berhenti. Kami akan berkencan lagi, berciuman lagi, dan melakukan apa yang terjadi setelah itu juga."

"…"

Akane membayangkan apa yang dimaksud Himari dan merasakan serangan vertigo yang parah. Akane tidak bisa membiarkan itu terjadi. Akane harus menghentikannya. Akane mesti memberi tahu Himari tentang perasaannya sendiri.

"I-Itu karena…aku…"

Akane menekan tangannya di dadanya, mencoba mengeluarkan kata-kata. Jantung Akane terasa seperti akan meledak setiap saat, dan bahkan bernapaspun menjadi menyakitkan buatnya. Lutut Akane gemetaran, membuatnya sulit untuk berdiri. Mengucapkan kata "benci" menjadi begitu mudah buat Akane. Namun, satu kata yang benar-benar Akane rasakan ini jauh lebih sulit. Dan meskipun begitu, Akane berhasil mendorong kata-kata itu keluar, meskipun dengan suara yang hampir menghilang.

"Karena aku—suka Saito."

Saat Akane mengatakan itu, tubuhnya mulai terbakar. Rasa dan perasaan malu membuat pipi Akane memanas. Kepala Akane jadi pusing, dengan air mata yang menggenang di matanya. Akane sepenuhnya menerima kata-katanya itu. Akane mengakui perasaannya yang selama ini dia rahasiakan. Dan sekarang setelah Akane mengatakannya, tidak ada yang dapat menarik kata-katanya kembali.

"…Terus, mengapa?" Himari menyipitkan matanya.

"A-Apa maksudmu…"

"Yang kalian berdua lakukan cuma bertengkar. Kamu terus mengatakan betapa kamu membencinya."

"Itu…memang benar, tetapi…"

"Aku berbeda. Aku menyukai Saito sejak kita masih kelas sepuluh. Aku cuma menatapnya! Melihatnya terus bersamamu! Jangan bilang begitu padaku sekarang! Kamu itu cuma penghalang, jadi mundurlah!"

Bertemu dengan kemarahan Himari untuk pertama kalinya, Akane menjadi frustrasi.

"Kamulah yang penghalang! Aku sudah menyukainya jauh sebelum kamu! Saat kami masih berusia dua belas tahun, kami bertemu dalam sebuah pesta! Dan aku sangat menantikan untuk bertemu dengannya lagi di sekolah kita!"

"Hah…? Aku belum pernah mendengarnya. Maksudmu apa?"

"Nenek membawaku ke pesta di kediaman pribadi Keluarga Houjo. Nenekku dan kakek Saito itu berhubungan baik."

Himari membentuk tinju dengan tangannya.

"Kamu... Kamu benar-benar tidak bermain adil."

"Tidak adil…? Aku…?"

"Kamu bertemu dengan Saito-kun jauh lebih awal dariku itu berkat nenekmu, dan karena keluargamu, kamu bahkan mesti menikah dengannya! Ini tidak adil! Tanpa semua orang membantumu, kamu pasti tidak akan mengobrol dengannya secara normal! Kamu akan menjadi penyendiri!"

"Ap…!"

Himari menusuk Akane tepat di tempat yang sakit, lalu pipi Akane memanas.

"Dan kamu itu terlalu sempurna, itu membuatku jijik!"

Alis Himari mengkerut.

"Menjijikkan… iya, setidaknya aku lebih baik dalam tersenyum daripada kamu, robot berhati dingin!"

"Aku lebih suka menggigit lidahku dan mati! Apa kamu benar-benar berpikir senyumanmu yang payah dan palsu itu dapat meyakinkan Saito?!"

"I-Ia tidak tahu! Dan itu bukanlah senyuman palsu ataupun payah! Inilah akting yang sempurna!"

"Dan kamulah yang tidak bermain adil! Kamu cuma menerima peran sebagai pacar palsu, cuma untuk menggunakan itu sebagai alasan dan benar-benar merayunya!"

"Tentu saja?" Himari mengangkat bahunya.

"Mengapa kamu tidak menyangkalnya?!"

"Kamu terlambat. Maka dari itu temanmu ini akan merebut suamimu darimu."

"~~~!" Akane menggertakkan giginya.

Akane tidak mau begini. Akane ingin Himari menjauh dari Saito, tetapi dia tidak mau bertengkar dengan temannya. Akane tidak masalah terluka, tetapi menyakiti Himari karena tindakannya itu tidak mungkin. Akane mulai menangis lagi sambil berteriak.

"Kamu itu benar-benar bodoh! Mengapa kamu itu harus jatuh cinta dengan orang yang sama denganku?! Kamu kan punya banyak pilihan!"

"Itu kalimatku! Jangan mengambil apa yang aku inginkan! Dasar kamu bodoh!" Himari membalas.

"Siapa yang kamu sebut bodoh, hah?!"

"Aku menyebutmu begitu karena kamu memang bodoh!"

"Nilai-nilaiku itu lebih bagus darimu!"

"Dan cuma itu yang bagus darimu!

KuraKon-5-4-6

Mereka berdua saling memelototi satu sama lain. Mereka berdua sudah berada pada batas mereka, dan telah mencapai apa yang dapat dianggap sebagai pertengkaran anak-anak. Himari juga mulai menangis, dan gemetar hebat. Mengapa mereka mesti melawan orang yang paling mereka sayangi? Mengapa mereka berdua tidak bisa bahagia begitu saja? Himari membiarkan kepalanya menggantung.

"…Kamu tahu? Aku sudah tahu kalau kamu menyukai Saito-kun."

"Ap… se-sejak kapan?"

"Sejak kita masih kelas sepuluh. Mana mungkin kamu mengobrol dengan cowok begitu saja. Dan setiap kali Saito-kun izin sekolah, kamu kekurangan tenaga seperti biasanya."

"Mana mungkin ... apa aku sejelas itu?" Wajah Akane memanas karena malu.

"Tepat saat aku tahu bagaimana cara menjadi populer di kalangan teman-teman sekelas kita, aku memikirkan cara untuk memenangkan hati Saito-kun. Aku melihat dengan tepat bagaimana cara mengisi kekosongan di dalam hatinya, dan kata-kata yang ingin ia dengar."

Seperti yang dia katakan, Himari berjuang dalam pertempuran yang jauh lebih buruk, menggunakan trik-trik kotor. Setahun di SD, dia mulai memasang wajah palsu. Senyuman palsu, atau bisa dibilang begitu. Kecantikan Himari yang halus, dan suasana hangat di sekitarnya, serta perhatiannya terhadap orang lain, semuanya itu membuat orang-orang berkerumun di sekelilingnya. Anak yang dirundung di sekolah berubah menjadi penguasa yang mutlak.

"Kalau begitu mengapa kamu tidak melakukan itu pada Saito…"

"Karena aku tidak mau membuat itu nyata dengan metode ini."

"Dengan Saito?"

"Bukan cuma ia saja, tetapi juga kamu. Kalau kamu sadar kalau aku telah merebut Saito-kun darimu, kamu akan menyesalinya seumur hidupmu. Kamu tidak akan memaafkanku, dan kamu tidak akan datang ke pernikahan kami. aku… tidak mau persahabatan kita hancur…"

"Himari…"

Ini bukan masalah memaafkan atau tidak, tetapi adanya Himari di sekitar akan menyakitkan buat Akane. Tidak dapat mempercayai orang lain, mereka tidak akan dapat terus berteman.

"Apa kamu… melakukan semuanya untuk itu? Menerima peran sebagai pacar palsu agar membuatku sadar akan perasaanku, bahkan sampai menciumnya?"

Himari dengan agresif menggelengkan kepalanya.

"Aku ini bukan orang yang sebaik itu, kamu tahu? Kalau kamu belum menyadarinya, aku juga tidak akan peduli. Aku sudah berada pada batasku, dan kalau ia memberiku kesempatan, maka aku akan mengambilnya."

"…Maaf telah membuatmu menunggu selama dua tahun. Kalau saja kita tidak berteman, kamu mungkin tidak mesti melalui semua ini."

Dan saat ini, Himari mungkin sudah mendapatkan Saito, menghabiskan kehidupan SMA yang berwarna kemerahan. Walaupun Akane sudah lama menghilang dari muka bumi. Himari dapat melihat matahari terbenam yang menyinari kota dan bergumam.

"Meskipun kita jatuh cinta pada orang yang sama... kita, sahabat akan sulit buat berpisah atau bertengkar."

"…Aku setuju denganmu."

Mereka selalu punya selera yang sama sejak mereka masih SD, setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama. Mereka tertawa karena hal yang sama, menangis karena hal yang sama, dan menjadi lebih dekat seperti adik kakak. Mempertimbangkan hal itu, tidak terlalu aneh untuk berpikir mereka akan jatuh cinta pada orang yang sama. Akane merasa lelah, jadi dia duduk di bangku taman. Himari bergabung dengan Akane di sisi yang berlawanan, lalu punggung mereka bersandar satu sama lain. Napas mereka berbaris. Kalau bisa, mereka tidak akan ingin bertengkar.

"Aku tidak akan menyerah padamu ataupun Saito-kun."

"Begitupula denganku. Aku tidak ingin kehilangan sahabatku. Tetapi aku juga tidak akan pernah mau menyerahkan Saito."

Mereka mungkin sama-sama serakah, tetapi tanpa mengharapkan sesuatu, kamu tidak akan pernah bisa mencapai apapun.

"Apa yang akan kamu rencanakan sekarang? Aku cukup kuat." Himari menyeringai.

"Aku akan melakukan yang terbaik. Aku akan membuat Saito jatuh cinta padaku dan mengejarmu dalam sekejap."

"Aku tidak akan menahan diri lagi, paham?"

"Aku juga tidak mau kamu begitu, Himari."

Dengan mereka membelakangi satu sama lain, mereka menyatakan perang. Dan di antara mereka berdua, ini merupakan pertengkaran pertama mereka.

KuraKon-5-4-7

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama