Bab 3Selingkuh(Bagian 7)
Jam pelajaran keempat telah berakhir, dan tepat saat Akane hendak berangkat ke kafetaria sekolah, Himari melompat ke arahnya, menangis.
"Akaneeeeee! Saito-kun menolak ajakan kencanku lagi!"
"Cup cup... Kamu benar-benar tidak usah menyerah."
Bahkan saat menghibur Himari, Akane merasa seperti dipeluk oleh Himari daripada sebaliknya. Kemudian lagi, dengan keunggulan Himari dalam hal tinggi badan dan ukuran payudara, tidak bisa diapa-apakan lagi.
"Aku ingin mentraktir Saito-kun sesuatu karena ia selalu membantu aku belajar! Ia itu sangat membosankan, bukan!? Ia bahkan tidak menggigitnya sama sekali! Namun begitu, itulah yang aku sukai dari dirinya!"
"Selama kamu masih terus melakukannya, itulah yang terpenting..."
Akane tidak yakin apakah dia baru saja merasa terhina, atau terpaksa untuk mendengarkan bualan Himari. Himari merupakan gadis yang sangat menawan dan memikat, itu benar-benar sebuah misteri mengapa Saito tidak terpikat padanya. Dilihat dari hal ini, Himari benar-benar bukanlah alasan mengapa Saito terus pulang terlambat akhir-akhir ini.
—Kalau begitu, siapa dong yang Saito temui…?
Sambil memikirkan hal itu, Akane meninggalkan kelas bersama Himari. Shisei baru saja masuk, jadi mereka saling bertabrakan.
"Maaf." Shisei meminta maaf, dan berjalan menjauh.
Dari rambut Shisei yang panjang tercium aroma yang tidak asing.
"Aroma ini…" Akane menghentikan langkahnya.
Itu merupakan aroma yang sama yang Akane dapatkan dari Saito belakangan ini. Bahkan setelah tidur di ranjang yang sama sepanjang malam, aroma itu tidak akan hilang.
"Abang, cuacanya cerah hari ini, jadi mari kita makan siang di halaman." Shisei mengaitkan lengannya dengan Saito, dan menggosokkan tubuh kecilnya ke tubuh Saito.
Mereka berdua memang selalu cukup dekat, tetapi hari ini mereka terasa lebih intim. Karena Shisei seumuran dengan Saito, mereka memang tampak seperti pasangan. Akane jadi merasa gelisah, dan mendekati mereka berdua. Akane memelototi Saito, dan membentuk kata-katanya.
"Jangan bilang, kalau kalian..." Akane mulai, cuma untuk menghentikan dirinya sendiri.
Apa yang ingin Akane tanyakan di sana?
—Apakah Shisei-san yang selalu bersamamu akhir-akhir ini?
Namun, itu merupakan keputusan, dan hak Saito sendiri. Mereka berdua selalu bersama sejak mereka masih muda, jadi Akane tidak punya hak untuk menghentikan mereka. Akane tidak ingin memecah belah sebuah keluarga. Tentunya, Saito lebih suka bersama adik sepupunya, daripada tinggal di rumah dengan musuh bebuyutannya.
"A-Ada apa?"
"Ada masalah apa?"
Baik Saito maupun Himari menoleh ke arah Akane. Cuma Shisei yang tetap tenang dengan hal ini, dan cuma mengamati Akane dengan mata berkilaunya. Shisei mungkin sudah mengetahui apa yang Akane rasakan. Meskipun begitu, kata-kata yang tersangkut di tenggorokan Akane tidak mau keluar. Akane tidak ingin disalahpahami karena cemburu. Akane merasa malu untuk menyadari betapa dia terganggu karena musuhnya begini.
"…Tidak ada apa-apa kok." Akane membalikkan wajahnya dari arah Saito, dan berjalan pergi sambil menghentakkan kaki.