Bab 3Selingkuh(Bagian 6)
Di toko manisan Jepang favorit neneknya, Akane meneguk teh hijaunya. Dia memegang mangkuk di tangannya, meminum sisanya, dan menghela napas panjang. Kehangatan teh itu memenuhi tubuhnya. Sekarang pada hari itu, dia mengerti mengapa orang dewasa akan meminum alkohol.
"Itu merupakan salah satu cara minum yang energik. Permisi, bisakah aku minta secangkir teh hijau lagi?"
Nenek Akane, Chiyo, memanggil seorang karyawan untuk memberi pesanan lainnya. Akane kemudian mengambil pangsit manis dari piringnya, dan mengunyahnya dengan rasa jengkel yang memenuhi setiap gerakannya. Dia mengambil rasa manis dari bunga sakura, serta pasta kacang merah yang berkualitas tinggi.
"Baru-baru ini, Saito pulang terlambat. Ia bahkan tidak mau memakan makan malam buatanku lagi, tetapi ia juga tidak mau memberi tahuku apa yang ia lakukan dan ke mana." Akane mengeluh, Chiyo menunjukkan senyum yang berseri-seri.
"Jadi kamu mau Saito-san memakan masakan buatanmu, begitu."
"Bu-Bukan…! Bukan begitu! Aku cuma tidak ingin ia menyembunyikan sesuatu dariku!"
"Apa kamu khawatir dengan Saito-san?"
"Tentu saja tidak!"
"Menjadi cucunya Tenryuu-san, Saito-san itu pemuda yang luar biasa. Nenek yakin kalau ia pasti populer di kalangan anak perempuan?"
"Ya ampun! Berhenti menggodaku, Nenek! Bukan begini maksudku!" Wajah Akane memanas seperti panas api neraka.
"Apa tidak ada gadis lain yang menggebet Saito-san?" Chiyo memeriksa Akane dengan cermat.
Akane terbayang wajah Himari, dan dengan canggung membuang mukanya.
"A-Ada…sih, tetapi…aku rasa dia tidak akan bertemu dengan Saito. Jika sesuatu terjadi antara dia dan Saito, dia pasti akan langsung memberi tahuku. Pada hari Saito pulang terlambat, dia sedang bekerja paruh waktu di kafe."
"Begitu, jadi kamu penasaran apakah ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua, dan memeriksanya langsung dari gadis itu."
"Erk…"
Akane segera mengonfirmasi itu melalui telepon dengan Himari malam itu juga. Akane sendiri bahkan tidak tahu mengapa dia melakukan hal ini, tetapi dia tidak bisa tinggal diam. Chiyo menghela napas pelan.
"Seperti biasanya, kamu buruk dalam menyatakan perasaanmu sendiri secara terbuka, Akane."
"Bukan itu masalahnya, aku selalu memberi tahu Saito ketika aku marah." Akane menekankan hal ini, tetapi Chiyo cuma menunjukkan senyum masam.
"Kamu tahu, Nenek juga tidak bisa jujur ketika Nenek seusiamu. Ketika Tenryuu-san mengajak Nenek berkencan, Nenek tidak bisa bilang betapa Nenek sangat menantikan hal itu. Nenek sebenarnya sangat ingin pergi, tetapi Nenek terlalu malu karena ia akan menganggap kalau Nenek itu orangnya lengket dan murahan."
"Eh...Alasan semuanya tidak berjalan mulut di antara Nenek dan kakeknya Saito itu...karena Nenek sendiri?" Mata Akane terbuka lebar.
Chiyo dengan canggung berdeham.
"Itu juga salahnya Tenryuu-san karena begitu agresif dengan ajakan itu, kamu tahu? Meskipun begitu... Iya, tidak salah lagi kalau Nenek yang membuat situasinya menjadi lebih buruk. Lagipula Nenek menyemprotkan satu tong air padanya…"
"Apa yang terjadi di antara kalian berdua!?"
Kedengarannya seperti Chiyo punya perangai yang pendiam saat dia masih muda. Melihat wanita tua yang bermartabat dan rasional ini menjadi seperti sekarang ini, itu memang sulit untuk dibayangkan.
"Tunangan Tenryuu-san itu, setidaknya kalau dibandingkan denganku, tidak diragukan lagi itu gadis yang jujur. Dia mencintai Tenryuu-san, dan menunjukkan kepadanya semua cinta ini. Nenek, yang bahkan tidak dapat menyuarakan perasaan jujur Nenek, tidak ada harapan untuk bersaing dengannya."
"Nenek…"
Melihat neneknya dengan tatapan sedih di matanya mengirimkan rasa sakit yang tajam ke dada Akane. Perasaan rumit memenuhi hati Akane, mengetahui penyebab apa yang membuat cinta di antara Chiyo dan Tenryuu tidak berhasil, saat dia duduk di sini.
"Itulah sebabnya, kamu tidak boleh berbohong, Akane." Chiyo meraih tangan Akane, dan membelainya dengan lembut.
"Hubunganku dengan Saito itu...berbeda dari yang Nenek dan Kakek Mertuaku miliki."
Daripada Akane yang sebagai istri Saito, Himari itu jauh lebih mirip dalam posisi Chiyo pada saat itu.
"Benarkah? Letakkan tanganmu di dadamu, dan pikirkanlah."
"Bahkan tanpa melakukan itu, jawabannya sudah jelas bagiku. Saito dan aku itu musuh. Di sekolah, di rumah, dia itu selalu menghalangi jalanku…"
Chiyo bertanya pada Akane.
"Mengapa kamu merasa kalau dia menghalangi jalanmu? Mengapa kamu tidak bisa mengabaikan Saito-san saja?"
"Itulah… yang ingin aku ketahui…" Akane melihat ke bawah ke mejanya.
Tags:
KuraKon