Epilog
Saito dan Akane berjalan pulang berdampingan.
"…Aku benar-benar ingin adikku melihat cincin ini." Akane bergumam.
"Kok kamu bilang begitu… kamu tidak bisa bertemu dengannya lagi, bukan?"
"Iya…dia berada di tempat yang sangat jauh. Tetapi, aku sangat ingin. Dia sebenarnya menyukai hal-hal yang lucu, jadi aku yakin kalau dia akan senang."
"…………" Melihat ekspresi sedih Akane, Saito merasa hatinya sakit.
Akankah ada saatnya ketika hati Akane akhirnya sembuh dari kehilangan itu? Apa ada sesuatu yang dapat dilakukan oleh Saito? Saito tidak tahu. Mungkin karena mereka berdua berjalan bersama di bawah payung kecil, begitu sampai di rumah, mereka mungkin datang tepat waktu sebelum mereka masuk angin. Karena Saito merasa khawatir kalau Akane akan ambruk lagi seperti yang terjadi sebelumnya, Saito membiarkan Akane mandi dulu, dan ia menyalakan pemanas di ruang tamu.
Kehangatan dari pemanas yang mengenai Saito menyembuhkan tubuhnya yang kelelahan. Akhirnya, mereka berdua bergantian dan Saito mandi. Setelah Akane selesai mandi, dia mengeringkan rambutnya, lalu Akane datang ke ruang tamu. Akane memukul kepalanya ke dalam kamar, gelisah dan canggung.
"Ada apa?" tanya Saito.
"E-Em, kamu tahu… aku mencari makna di balik posisi jari mana yang kamu pakaikan cincin ini…"
"Makna…?" Saito punya firasat buruk.
Akane berjalan ke arah Saito, hampir mendorong layar ponselnya ke wajah Saito. Tertulis dalam artikel di dalamnya, dikatakan bahwa 'Anda biasanya meletakkan cincin tunangan dan cincin kawin di jari manis tangan kiri masing-masing. Maknanya adalah untuk "Memperdalam cinta dan ikatan di antara satu sama lain" ❤️'. Dengan pipi yang sedikit merah, Akane bertanya.
"Se-Sebelum aku kehilangan cincin itu, aku selalu memakainya di tangan kananku, bukan…? Alasan kamu meletakkannya di tangan kiriku…apakah itu punya makna yang serupa dengan itu…?"
"Ti-Tidak…" Saito merasakan rasa malu menjalar dari setiap bagian tubuhnya.
—Aku sebenarnya tidak kepikiran hal ini sama sekali, tetapi apa aku punya niat yang semacam ini!? Mana mungkin! Tidak akan terjadi! Yang kita bicarakan ini seekor naga yang mengamuk itu, tidak ada cinta atau ikatan yang dapat ditemukan!
Saito perlahan bangun dari sofa. Meskipun Saito baru saja mandi, ia sekali lagi bercucuran keringat. Saito harus memperjelas kesalahpahaman yang fatal ini bagaimanapun caranya.
"…Ba-Baiklah, aku akan memasangnya di jari yang berbeda, berikan aku tanganmu."
"Jangan sentuh aku, dasar mesum!"
Saito meraih tangan Akane, tetapi dia mengelak.
"Aku bukan orang mesum! Aku cuma berusaha untuk mengubah posisi cincinnya, begitu saja kok!"
"Kamu sih bilangnya begitu, tetapi kamu mungkin berencana untuk melepas pakaianku secara keseluruhan, bukan!?"
"Mengapa kamu berpikir kalau aku akan melakukan itu?! Itu tidak akan berhasil bahkan di tengah kebingungan ini!"
"Jadi kamu bahkan tidak akan mencoba menyembunyikan hal itu!? Kamu akan melakukannya dengan cara yang cabul, katamu!?"
"Aku tidak pernah bilang begitu!"
Akane berlari menuju ruang tamu, dengan Saito mengejar di belakangnya. Karena sudah cukup larut malam, mereka mungkin akan mengganggu tetangga, tetapi kali ini Saito tidak dapat istirahat dengan tenang sampai masalah ini terselesaikan. Harga diri dan masa depan Saito dipertaruhkan di sini. Mereka berdua berakhir dengan posisi di samping meja yang berlawanan, saling memelototi. Kemudian, Saito menunjukkan seringai yang arogan.
"He he he…kamu tidak dapat melarikan diri selamanya…Kita akan tidur di ranjang yang sama…karena kita sudah menikah…"
"Iblis! Apa yang kamu akan kamu lakukan padaku saat aku tidur…!?" Akane menangis, memeluk tubuhnya sendiri.
"Tidak ada yang tidak biasa… cuma memasang cincin itu di jari yang berbeda."
"Kalau begitu aku akan tidur sambil membawa gunting agar aku bisa memotong jarimu jika perlu!"
"Menakutkan!!"
Jika Saito mencoba melakukan sesuatu, ia akan kehilangan jarinya. Itu benar-benar berlebihan dan melampaui serangan dan pertahanan. Agar Saito dapat mencintai naga yang kejam ini, langit dan bumi harus runtuh satu sama lain. Akane menyipitkan matanya.
"Ini punyaku! Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh cincin ini!"
"Dari awal itu kan hadiah dariku!?" Saito mengeluhkan logika yang tidak masuk akal ini.
"Buat kamu bilang begitu? Aku membeli ini, ingat?"
"Bisakah kamu tidak mengarang beberapa ingatan palsu!?"
Akane meletakkan satu tangan di pinggulnya, dan menyatakan.
"Kalau kamu menginginkan cincin ini, maka kamu harus mengalahkanku terlebih dahulu!"
"Mengalahkanmu..."
Tampaknya mencuri cincin itu dari Akane akan menjadi tugas yang cukup sulit. Akane siap untuk melindungi cincin itu dengan nyawanya, dan kalau Saito terus berjuang untuk ini, itu mungkin merusak suasana di rumah.
"Ah, aku mendapat telepon." Akane mengeluarkan ponsel pintarnya, dan menerima panggilan itu.
Tampaknya dia merupakan seseorang yang Akane kenal dengan baik, karene Akane berbicara dengan gembira di wajahnya, bahkan sambil menatap cincin di tangan kirinya. Saito memperhatikan Akane begitu, dan berpikir dalam hati, "Yah, terserahlah". Saito memang masih merasa sedikit gelisah, tetapi itu bukanlah sesuatu yang buruk.
Dulu, Saito telah membaca sebuah buku. Di sana, tertulis kalau memakaikan cincin di jari manis kiri seseorang sebenarnya memiliki makna lain—Yaitu, menerima orang lain dari lubuk hatinya yang paling dalam.
"Oke, aku akan pulang ke Jepang sekarang. Aku tidak sabar untuk bertemu lagi dengan Mbak."
Setelah menutup telepon dengan kakaknya Akane, seorang gadis berdiri di terminal bandara nasional. Dia mengenakan pakaian yang memperlihatkan banyak kulit, dan punya ponsel pintar yang dihias. Di tas trolinya, dia punya stiker dari berbagai negara. Dengan kecantikan yang dimiliki olehnya, beberapa pria mendekatinya untuk mencoba untuk mengantarnya. Namun, dia cuma memberi mereka tatapan tajam seperti sedang melihat sampah, menghancurkan harga diri mereka sampai mereka melarikan diri.
Ketika dia mendengar kalau kakaknya menikah, dia mengira kalau itu cuma lelucon dari orang tuanya. Akane sepertinya bukan orang yang peduli dengan cinta, menghabiskan hari-harinya dalam kesendirian. Namun, apa yang terjadi di Jepang? Orang yang dinikahi oleh kakaknya tampaknya bernama Houjo Saito.
"Menikah sebagai siswa-siswi SMA, itu memang sulit dipercaya. Aku akan mencuri semuanya darimu, Mas~."
Gadis itu, Sakuramori Maho, tertawa terbahak-bahak.