Aku Dipekerjakan Sebagai Guru Les oleh Seorang Adik Kelas yang Imut dan Nakal [WN] - Seri 1 Bab 5 - Lintas Ninja Translation

Bab 5
Hari yang Hujan

Cuaca hari ini sangat cerah dan terik.

Tidak ada awan di langit saat aku menatap ke atas, dan udaranya diisi dengan kehangatan musim semi.

Akan tetapi...

"Sudah mulai hujan..."

Aku bergumam dalam hati saat aku melihat keluar jendela saat jam pelajaran.

Langitnya, yang tadinya cerah dan biru, sekarang telah ditutupi dengan awan kelabu, dan turun air hujan seperti ember yang dibalik.

Ini merupakan jam pelajaran keenam. Setelah mata pelajaran ini, sekolah akan pulang.

Hari ini, aku berencana untuk belajar di rumah Shiina seperti biasanya. Hmmm, apa yang harus aku lakukan?

Karena sebelumnya ini hari yang cerah-cerah saja, aku tidak bawa payung besar atau bahkan payung lipat.

Di samping itu, hujannya terlalu deras.

Bahkan kalau aku bawa payung, aku masih akan tetap basah.

"...Haa."

Aku merasakan kesuraman saat aku menyimak suara guru itu, yang hampir terhalang oleh suara hujan.

* * *

Sepulang sekolah.

Ketika aku memeriksa cuaca di luar, cuacanya masih remang-remang.

Hujannya telah mereda sedikit, tetapi aku masih tidak bisa pulang tanpa payung.

Sekolah punya payung yang dapat aku pinjam kapanpun; akan tetapi, seperti yang aku duga, payung-payung tersebut sudah habis.

Pasti ada banyak orang yang berada di situasi yang sama denganku.

Namun, aku kehabisan pilihan. Aku tidak punya pilihan lain selain menunggu sampai hujannya berhenti.

Ngomong-ngomong soal itu, aku penasaran apakah Shiina akan baik-baik saja. Aku yakin dia menungguku seperti biasanya, tetapi di saat yang sama aku juga tidak yakin....

Saat aku menuju pintu masuk siswa, Shiina, yang biasanya menungguku, sedang berdiri di lorong di depan rak sepatu.

"Oh, Senpai!"

Shiina tersenyum dan melambaikan tangannya padaku segera setelah dia melihatku.

Aku mengangkat satu tanganku sebagai respons dan menghampirinya, lalu menanyakannya sesuatu yang telah membuatku penasaran sejenak.

"Hei, Shiina, kamu selalu datang ke sini duluan dan menungguku, bukan?"

"Iya, itu benar. Memangnya mengapa?"

"Bukan apa-apa. Aku selalu meninggalkan ruang kelas tepat setelah jam pelajaran selesai, tetapi Shiina selalu ada di sini duluan, jadi aku penasaran apa alasannya."

Aku rasa siswa-siswi kelas sepuluh yang paling jauh dari pintu masuk ketimbang kelas-kelas lainnya...

Lalu Shiina membuka mulutnya dengan percaya diri.

"Merupakan misiku untuk menunggu Senpai. Selalu dimulai dengan awalan jongkok dari ruang kelas."

"...Kamu berbohong, bukan?"

"Iya, itu bohong⭐."

Shiina menjulurkan lidahnya.

Misimu itu menungguku? Memangnya kamu ini siapa, pacarku atau semacamnya?

"Kamu tidak perlu datang begitu awal, aku juga tidak akan datang tanpamu."

"Tidak masalah. Aku menunggumu karena aku mau menunggumu."

Shiina bilang padaku dengan tegas, dan aku menjawab sambil mengeluh, 

Begitulah, akan menjadi terlalu ikut campur kalau aku mengurusi apa yang Shiina ingin lakukan.

"Apa kamu membawa payung hari ini?"

"Tidak, aku lupa. Apa Shiina bawa?"

"Jangan remehkan kekuatan anak cewekku. Ini!"

Dia mengeluarkan payung lipat merah muda yang imut dari tasnya. Aku terkesan dengan kejujurannya.

Lalu kemudian, Shiina menggeliat.

"Senpai, kamu tidak punya pilihan lagi. Kalau kamu ingin berbagi payung denganku, kamu seharusnya bilang saja♥."

"Aku rasa tidak begitu."

"Oh, benarkah? Tetapi aku tidak merasa kalau kamu bisa pulang tanpa payung itu."

"I-Itu..."

Aku tidak dapat mengatakan apa-apa pada pernyataan Shiina.

Memang benar kalau jika aku menunggu sampai hujannya berhenti, aku tidak akan punya waktu untuk belajar bersama Shiina.

"Ini sedikit memalukan, bukan?"

"Ehhh? Kamu sedikit malu-malu ya, Senpai. Tidak masalah kan berbagi payung sekali atau dua kali, Senpai♥."

"He-Hei. Jangan menempel denganku."

Shiina memeluk lenganku seakan-akan dia memanjakanku sambil mengeluarkan ejekan.

Tatapan dari siswa-siswi di sekitarku, terutama para siswa (anak cowok), menyakitkan.

Shiina itu luar biasa imut di antara para siswi kelas sepuluh...Aku rasa.

Inilah alasannya mengapa banyak siswa SMA yang sehat yang mengincar Shiina.

Dan karena Shiina adalah orang yang bertanggung jawab dalam hal ini (karena membuatku mengajarinya les dan terobsesi denganku), situasi ini benar-benar dipenuhi oleh kecemburuan para anak lelaki.

Aku rasa Shiina-lah penyebab semua ini, tetapi akan kejam untuk memaksanya menjauh dariku saat dia sedang menempel banget denganku.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan...

"Senpai? Mari kita cepat pulang~ Kita akan kehabisan waktu~."

Shiina, yang tidak mengerti apa yang terjadi, mendesakku.

Aku merasakan dendam menusukku dari belakang.

Aku mengeluarkan helaan napas yang besar. Dan kemudian.

"...Baiklah. Aku akan berbagi payung dengan Shiina."

"Fufu. Mau bagaimana lagi. Aku akan mengizinkanmu masuk♪."

"Jangan terlalu terbawa suasana."

"Ah."

Setelah menyilat kepala Shiina, aku mengganti sepatuku dan berjalan keluar.

Shiina membuka payung lipat merah mudanya. Aku bilang, "Serahkan padaku," dan mengambil payung itu darinya.

"Ah, Senpai. Aku akan memegang payungnya untukmu."

"Jangan. Akan lebih mudah kalau seseorang yang lebih tinggi yang membawa payungnya."

"Memang benar. Tetapi..."

"Ayolah, masuk saja. Kamu tidak akan punya waktu untuk belajar kalau kita tidak pulang."

Shiina masuk ke payungnya, terlihat enggan.

Pada awalnya, dia memasang sikap yang tidak puas, tetapi setelah berjalan sebentar, dia kembali ke dirinya yang biasa.

"Mou, Senpai sangat ingin berbagi payung denganku ya, sampai-sampai kamu ingin memegangnya sendiri♥."

"Kamu kembali ke dirimu yang biasanya."

Aku membalas pada Shiina, setengah tercengang.

Aku telah berjalan bersama Shiina yang memeluk lengan kiriku sambil memegang payungnya.

Payung ini telah menjagaku dari kebasahan, tetapi bagi yang lainnya, kami tampak seperti pasangan.

"Shiina, apa kamu kena basah?"

"Tidak♪, aku baik-baik saja karena aku menempel pada Senpai."

"Aku mengerti. Kalau kamu kebasahan, segera beri tahu aku. Sebagai seorang murid, jika Shiina terkena demam, itu akan menjadi masalah."

"A-Aku mengerti. Aku akan memberi tahumu segera."

"Iya, lakukan itu."

Alasan sesungguhnya adalah karena aku lupa membawa payung, jadi Shiina mengizinkanku untuk menggunakan payungnya bersamanya.

Tetesan air hujan dari langit dan jatuh dari payung membasahi bahuku dari sisi lain.

Sensasi dingin menembus kulitku melalui kemejaku, tetapi aku tidak peduli.

Aku terus berjalan, dan ketika aku berbelok ke persimpangan, Shiina berjalan ke bagian luar trotoar.

Aku tidak yakin apa yang harus aku lakukan sejenak, tetapi ketika aku melihat sebuah mobil yang mencipratkan ke ujung mataku, aku berpindah.

"Shiina, apa kamu punya waktu sebentar?"

"Hah? Ah."

Aku memintanya untuk menjauh dari lenganku sebentar, dan memindahkan Shiina ke dalam, mengganti posisinya dengan posisiku. Kemudian, aku mengganti tanganku yang memegang payungnya.

Shiina terbingung, tetapi seakan-akan dia ingat, dia memeluk lenganku lagi.

Rasa hangat menyebar ke seluruh lenganku yang dingin beberapa saat yang lalu.

"Maaf, kamu basah di sebelah sini."

Aku berusaha untuk melepaskan Shiina dariku, tetapi dia menghentikanmu dengan tangannya.

Dia memelukku lebih erat dari sebelumnya, mengistirahatkan kepalanya di bahuku dan menutup matanya.

"Shiina?"

"Murakami-senpai, kamu itu sangat baik."

"Begitu ya?"

"Iya. Bahkan saat ini, kamu berganti posisi denganku untuk mencegah mobil itu mencipratiku, bukan?"

"Tanganku cuma kelelahan memegang payung."

"Alasan mengapa bahumu basah adalah karena kamu memiringkan payungnya ke arahku, bukan?"

"Kalau itu karena payungnya jadi miring dikarenakan tanganku pegal."

"Fufu. Kamu ini tidak jujur, Senpai."

Shiina menggoyangkan bahuku dan tertawa kecil padaku.

Tampaknya kouhai-ku yang cerdik tahu segalanya yang terjadi.

Aku merasakan pipiku memanas.... Shiina terus membuatku kehilangan arah.

"Aku suka kalau kamu tidak begitu jujur begini, Senpai ♥."

"Kalau begitu. Aku tidak suka kouhai yang terlalu cerdik."

"Fufu. Siapa yang kamu bicarakan ya?"

"Siapa yang tahu?"

Ritme dari payungnya, dan suara dari hujan.

Kelembutan dan kehangatan darinya yang melingkari lenganku.

"(...Mungkin hari yang hujan itu tidak buruk juga kadang-kadang...)"

Aku memikirkan ini dan memutuskan kalau aku akan pastikan untuk membawa payung lipat sendiri mulai sekarang.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama