Takane no Hana no ImaKano wa, Zettai MotoKano ni Maketakunai you desu [WN] - Seri 1 Bab 38 - Lintas Ninja Translation

Bab 38
Hari Pertama di Klub Membaca

Aku telah sampai pada jam pelajaran siang dan pembinaan wali kelas.

Duduk di sebelah Takane-san, aku mampu untuk memperketat fokusku dan berkonsentrasi pada pelajaran. Ketika dia ditugaskan untuk membaca buku teks klasik (buku paket bahasa Jepang klasik?), suaranya sangat elegan sampai aku tidak bisa apa-apa selain tenggelam ke dalamnya – Tunggu, jangan menenggelamkan dirimu sendiri!

"Terima kasih kembali untuk kerja keras kalian hari ini, anak-anak. Pada pembinaan wali kelas besok, kita akan menetapkan kelompok orienteering untuk pekan depan. Setiap tahunnya kita berusaha untuk membuatnya secara acak, jadi tolong bersiap-siap mau siapapun yang terpilih nantinya."

Suasana kelas menjadi kendur tetapi tidak buruk, mungkin karena bu guru sudah memperketat yang mana yang dibutuhkan, tetapi pada dasarnya meninggalkan siswa-siswi untuk melakukan perencanaan (pelatihan) mereka masing-masing.

"Baiklah kalau begitu, Yamaguchi-san, silakan."

"Iya. Berdiri!"

Yamaguchi-san, yang tampaknya mengira kalau Takane-san akan menjadi pengurus kelas dan merasa sedikit kecewa dengan pencalonan, memasang ekspresi yang lebih cerah setelah dia bisa mengobrol dengan Takane-san.

Meskipun semua orang menyadari dan memperhatikan Takane-san, dia sendiri sangat pendiam dan tidak mau terlalu maju. Namun, dia memiliki rasa tanggung jawab yang kuat dan akan maju ketika diminta melakukannya.

Aku hanya bisa memikirkan pemikiran yang paling mulia itu. Karena hal ini, aku bahkan mengobrol dengan santai dengan Takane-san di sebelahku – walaupun dia memberiku surat dan semacamnya.

Tetapi setelah kami berdiri, membungkuk, dan bubar, akhirnya ini merupakan waktu untuk pulang sekolah. Aku mencoba yang terbaik untuk memutuskan kapan aku harus mengajaknya untuk pulang bersama denganku, tetapi pikiranku masih tidak karuan.

(—Hmm?)

Tsuntsun. Aku merasakan sesuatu menyentuh siku kiriku – Dan aku merasakan semacam arus listrik di tubuhku.

Itu Takane-san. Takane-san berusaha memberi tahuku sesuatu.

Di dalam hiruk pikuk kelas yang baru saja bubar, aku mungkin bisa berbicara sehingga hanya Takane-san yang bisa dengar.

"Takane-san, hari ini–"

"Hari ini waktunya ke klub, jadi kalau kalian bergabung dengan klub, datanglah sebisa mungkin."

Di saat aku hampir mengatakan, "Bisakah kita pulang bersama?", aku dicegat oleh seorang guru.

"Nagisen, Nozomi-chan. Bisakah kita pergi ke klub bersama?"

Seperti biasanya, hal ini terjadi. Aku merasa ingin melihat ke surga, tetapi aku tidak mau begitu lancang – Aku melihat ke arah Takane-san, dan kami berdua menanggapinya, merasakan sedikit kebahagiaan akan situasi di mana ini bukanlah semacam masalah.

"Tentu saja."

"Iya, mari kita pergi bersama-sama."

——————————————————————–––

Ketika aku pergi ke perpustakaan, para senpai dari kelas sebelas dan dua belas masing-masing  telah duduk meja besar.

"Ah, anak-anak baru di klub? Terima kasih karena telah memilih klub kami, aku Karasuzawa, ketua klub ini."

"...Aku wakil ketuanya... Sagami. Klub membaca merupakan... sebuah klub yang membaca buku-buku pilihan kami di perpustakaan... Kita juga memiliki ruang konferensi yang tersedia untuk sesi masukan..."

Menilai dari seragam yang mereka kenakan, Karasuzawa-san sudah kelas dua belas, sedangkan Sagami-san tampaknya sudah kelas sebelas. Karasuzawa-san memiliki suasana bagaikan seorang kakak yang cerdas, sedangkan Sagami-san memakai kacamata dengan lensa yang tebal dan memiliki suara yang sangat pelan.

"Kita juga menonton film bersama di ruang audiovisual. Sekolah kita juga punya klub film, tetapi karena kita ini klub buku, kita cuma menonton film yang telah diadaptasi dari buku. Cukup menarik, bukan?"

"...Karasuzawa-senpai seringnya merekomendasikan... genre horor... tetapi itu memang seru untuk ditonton... Kami juga menonton film-film bergenre romansa, kok..."

"Iya, membaca lebih penting dari film. Baiklah, mari kita memperkenalkan diri kita masing-masing berdasarkan kelas. Anak kelas sepuluh, tolong duduk di meja sebelah sana."

Aku memutuskan untuk duduk di mana, Takane-san duduk di sebelahku dan Nakano-san duduk berhadapan denganku – dan kemudian.

Melihat siswi yang duduk di hadapan kami, baik aku maupun Takane-san cuma bisa takjub.

Sakai-san – Dia belum pernah bilang di klub mana dia akan bergabung, dan ketika Takane-san memberi tahunya kalau dia akan bergabung dengan klub membaca, dia bahkan tidak menunjukkan kepura-puraan untuk bergabung.

Dia menatapku seakan-akan untuk mengatakan "Aku bergabung dengan klub, memangnya mengapa?" dan menatap ke arah Takane-san sambil tersenyum. Nakano-san melihat ini dan bingung – Aku rasa dia penasaran apakah Sakai-san dan aku saling mengenal satu sama lain, tetapi aku mungkin perlu menjelaskan ini padanya nanti.

"Aku Nagito Senda, siswa kelas X-A. Aku suka baca seluruh macam buku, tetapi aku lebih mengutamakan novel-novel bergenre misteri."

"Aku Nozomi Takane, siswi kelas X-A. Aku novel-novel klasik bergenre misteri, literatur berbahasa asing, dan buku bergambar."

"Aku Yui Nakano, siswi kelas X-A. Aku telah membaca banyak buku yang sudah sering dibicarakan, paling suka buku-buku yang sudah dibuat menjadi film."

Ada total enam orang anggota baru dari kelas sepuluh, membuat total anggota klub ini menjadi 20 orang anggota. Mendengarkan perkenalan diri semua orang, beberapa di antara mereka itu penikmat gado-gado, yaitu yang membaca bacaan yang bervariasi.

"Aku Hina Sakai. Siswi kelas X-C. Aku biasanya tidak membaca banyak buku, tetapi aku senang mencari satu buku yang aku sukai."

Lagipula, Sakai-san, tampaknya memutuskan untuk bergabung ke klub membaca itu dadakan – Dia mengatakan dengan jujur kalau dia tidak biasanya membaca buku.

Setelah semua orang diperkenalkan, ketua klub, Karasuzawa-san, bangun dari bangkunya. Dia kemudian menuliskan frasa "Aktivitas Bebas" di papan tulis menggunakan spidol.

"Aku sudah bilang pada anak-anak yang datang sebelumnya untuk memilih sebuah buku untuk dibaca selama waktu klub, tetapi bagi beberapa dari mereka, hari ini merupakan waktu pertama mereka. Biasanya kami tidak memperbolehkan mereka untuk terlalu berisik, tetapi kita punya izin, jadi kita bisa mengobrol, membaca buku di perpustakaan, dan kita akan memulai aktivitas yang sesungguhnya lain kali. Kalian bisa datang besok bisa kamu mau, tetapi pada dasarnya kita akan ketemuan setiap hari Rabu pada harinya aktivitas klub."

"...Jika kalian punya urusan untuk dihadiri, kalian boleh pulang duluan, tetapi... tolong beri tahu aku atau ketua."

Aku telah membawa buku yang aku beli sebelumnya, tetapi haruskah kami membicarakan sesuatu? Tidak harus seperti sesuatu yang lebih spesifik seperti preferensi buku, tetapi basa basi saja juga akan baik-baik saja.

Tetapi lebih dari hal lainnya – Apa yang masih membuatku penasaran adalah motif sesungguhnya di balik bergabungnya Sakai-san ke klub membaca ini.

"Hina-chan itu nama yang cukup manis. Klub apa yang kamu ikuti waktu SMP?"

"Aku? Aku dulu masuk klub kendo."

Sikapnya terhadap Nakano-san benar-benar berbeda dengan sikapnya terhadap Takane-san – atau mungkin saja diri Sakai-san yang sejati itulah cara yang dia tunjukkan sekarang.

"Hei, bisakah aku bicara denganmu sedikit? Nakano-san itu juga dari kelas A, bukan?"

"Iya, aku sekelas dengan Senda-kun dan Takane-san."

"Hmmm... Aku paham. Apa kalian bertiga dekat?"

"Senda-kun dan aku dulu bergabung di klub yang sama, dan aku biasanya memanggilnya 'Nagisen' karena namanya 'Nagito-kun'. Aku dan Takane-san baru saja berkenalan satu sama lain, tetapi aku penasaran apakah aku boleh memanggilnya Nozomi-chan."

"...A-Aku paham... Nozomi-chan..."

"Tidak, em... Aku malu kalau dipanggil begitu, jadi aku lebih senang kalau dipanggil menggunakan dengan nama keluargaku."

Ketika Takane-san mengatakan ini, siswi-siswi kelas sepuluh lain yang gugup setuju untuk memanggilnya dengan nama keluarganya. Para siswi yang menganggukkan kepala mereka sambil mendengarkannya sangat serius.

Sakai-san, entah mengapa, tampaknya terkejut, tetapi ini mungkin dikarenakan fakta bahwa kedekatan Nakano-san dengan Takane-san itu luar biasa.

Aku di sini untuk mendengarkan obrolan para gadis satu sama lain. Aku sedikit merasa malu karena Takane-san menatapku setiap kali dia berbicara – Tetap saja, aku harus menjaga ekspresiku agar tetap tenang.

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Setelah beberapa obrolan singkat, sekarang adalah waktunya untuk melihat-lihat buku di perpustakaan dan jika ada satu judul yang membuatku tertarik, aku bisa membacanya.

Aku sudah melihat-lihat beberapa judul buku di perpustakaan ketika aku bersih-bersih, jadi aku akan melihat-lihat ke rak yang berbeda hari ini. Buku yang dijadikan film itu laris di pasaran (bestseller) – Sebuah novel romansa seingatku, tetapi aku belum bisa menemukannya.

"–Apa ini buku yang membuatmu tertarik, Nagito-san?"

"...Ta-Takane-san."

Kami terpisah pada awalnya, jadi aku tidak menyadari kalau Takane-san datang mendekatiku.

Karena kami merupakan anggota dari klub yang sama, kami bisa mengobrol dengan normal sekarang.

Tetapi ketika sampai pada saat itu, jantungku terlalu sesak untuk berbicara – Mungkin karena aku merasa kalau aku telah dibiarkan menggantung beberapa kali.

"Buku ini dibuat menjadi sebuah film sekitar satu tahun yang lalu."

"Aku, juga, sedikit penasaran. Itu novel romansa, tetapi dengan bumbu-bumbu misteri."

"Betul, kan? Kakakku bilang dia menonton film itu dan menangis terus menerus... Ngomong-ngomong soal kakakku, dia ingin Takane-san memakan bento buatannya hari ini."

"Maafkan aku, aku tidak bisa makan bersamamu... Aku harap aku bisa menjelaskannya lebih baik ke Yamaguchi-san."

"Iya, aku rasa mungkin kita bisa makan siang bersama kapan-kapan. Jika itu setiap hari, itu akan lebih baik menurutku, sih."

"...Nagito-san..."

Aku rasa itu sebaiknya dilakukan setiap hari, atau kalau tidak Takane-san menjadi sangat populer sampai-sampai jumlah hari kami bisa makan bersama menjadi terbatas.

–Tetapi bukankah itu berarti aku membatasinya? Apakah aku kehabisan kata-kata ketika mengatakan 'setiap hari', atau haruskah aku mengoreksi kata-kataku? Ketika aku sedang memikirkan ini.

"...Aku juga. Sebisa mungkin ingin bersama Nagito-san... Aku juga selalu berpikir begitu."

"......"

Itu sangat merepotkan mendengarmu mengatakan itu. Ini bukanlah sesuatu untuk dipikirkan di tempat seperti ini.

Aku ingin berpegangan tangan. Bahkan jika tidak bisa, aku ingin menyentuhnya. Aku menyadari kalau kamu mencintai seseorang, pemikiran semacam itu datang secara alami padamu – Tetapi bagaimana caraku memikirkan hal-hal itu, di tengah-tengah aktivitas klub?

Aku memang tidak berguna?

"Maukah kamu membaca buku itu bersamaku?"

"...Eh?"

Jangan memikirkan apa-apa lagi. Saat aku baru saja berpikir begini, Takane-san mengatakan ini dan pemikiranku terhenti.

"...Kita bergabung dengan klub buku, dan jika hanya ada satu salinan buku yang ingin kamu baca, aku rasa merupakan ide yang baik untuk membacanya bersama-sama."

"Ah... A-Aku mengerti..."

Biasanya kalau itu berkaitan dengan buku bersampul keras (hardcover), dua orang tidak akan membacanya bersama-sama.

Di samping itu, karya ini juga mengandung unsur romansa pada inti ceritanya. Jika seorang pria dan seorang wanita membacanya bersama-sama, beberapa di antara mereka akan menganggapnya begitu – atau aku terlalu berlebihan dalam memikirkannya?

"Takane-san."

Aku punya firasat kalau cerita itu akan keluar sebentar lagi. Saat sudah tiba pada ceritanya, aku hampir saja tertawa kecil.

Sakai-san telah datang untuk mencari Takane-san. Ketika datang dengan cara seperti ini, dia hanya menatap ke arah Takane-san dan mengatakan itu, seakan-akan tidak ada aku di sini.

"Aku ingin tahu buku macam apa yang akan kamu rekomendasikan, Takane-san. ...Ah, itu buku yang dibuat jadi film tahun kemarin. 'Kambing dan Semangka'."

"Iya, aku telah mengincarnya cukup lama, tetapi tidak pernah punya kesempatan untuk membelinya."

"Aku juga menemukan sebuah buku yang ingin aku rekomendasikan. Maukah kamu membicarakan buku itu di sebelah sana denganku? Ada sebuah meja yang tersedia di sana."

Dia benar-benar berbeda dari saat dia mengobrol dengan Nakano-san – Ngomong-ngomong, Nakano-san tanda maaf berupa huruf 'X' dengan kedua tangannya dari belakang sebuah rak buku yang jaraknya tidak jauh dari sini. Mungkin saja dia untuk menghentikan Sakai-san, namun gagal?

"...Apakah kamu tidak mau?"

Bertindak sejauh ini, aku pikir Sakai-san hanya menyukai Takane-san saja. Aku dapat merasakan kalau orang semacam dia yang ingin menjadi seorang pengurus OSIS selalu gugup di depan Takane-san dan tampaknya membutuhkan keberanian hanya untuk mengatakan beberapa patah kata.

Untuk seseorang seperti dia, aku... aku tidak bisa menjadi sangat jahat sampai mengatakan, "Aku sedang bersama Takane-san, jadi aku tidak ingin kamu mengambilnya dariku." Perasaannya terhadap Takane-san semuanya merupakan rasa "hormat".

Takane-san menatapku. Takane-san mengobrol denganku di saat yang tepat – tetapi,

–Takane-san dengan erat memegang ujung seragamnya. Kemudian dia memberi tahu Sakai-san yang terkejut.

"Bisakah Senda-kun ikut juga? Aku 'pacar'-nya 'yang sekarang'?"

"–!?"

Haruskah aku memberi tahunya di sini? – Tidak, kapan ya waktu yang tepat untuk memberi tahunya?

"...!...!"

Sakai-san menatapku. Wajahnya memerah semerah mungkin, dan dia menatap Takane-san seperti dia ingin mengatakan sesuatu. Mulutnya bergerak tetapi tidak ada suara yang keluar.

"...Apa itu tidak boleh?"

"...Bukan."

Aku kira dia mungkin marah atau semacamnya, tetapi Sakai-san mengambil napas panjang dan patah-patah kemudian menatapku lagi. Wajahnya masih merah, tetapi ekspresinya mulai tenang.

"Aku senang kamu mengatakannya. Kalau begitu itu masuk akal kalau kalian berdua berjalan berdampingan dengan sangat ramah... Ah, aku jadi pengganggu..."

"...Sakai-san, apakah kamu akan terus bergabung dengan klub membaca?"

Mempertimbangkan dengan alasan mengapa dia bergabung dengan klub ini, tidak akan mengejutkan kalau Sakai-san akan berhenti datang ke klub.

Tetapi setelah Sakai-san melihat Takane-san dan siswa-siswi kelas sepuluh lainnya yang jaraknya tidak jauh, dia beralih ke Takane-san lagi dan berkata,

"...Kendo memang pengincaran pribadiku, namun aku berencana untuk bergabung di klub budaya di sekolah."

"Kalau begitu... Kita akan bergabung dengan klub membaca. Kita akan bersama-sama mulai sekarang, oke?"

"..I-Iya. Aku tidak akan keluar hanya karena Takane-san dan Senda-kun berpacaran."

"Maaf mengatakan ini, tetapi aku tidak ingin hal ini menyebar terlalu jauh..."

"Iya, aku tahu. Ketika aku berpacaran dengan seseorang, aku juga... Tidak, masih belum terjadi sekarang sih, tetapi aku juga orang yang berpikir akan lebih baik untuk menyembunyikannya di sekolah."

"Terima kasih, Sakai-san."

Ketika Takane-san berterima kasih padanya, Sakai-san tampaknya sangat senang – Tidak, dia mungkin berusaha untuk tidak menunjukkannya di wajahnya, tetapi aku bisa tahu dikarenakan kilauan di matanya.

"Em... Aku minta maaf atas apa yang telah aku katakan, Senda-kun. Aku merasa sepertinya cara berpikir Takane-san tiba-tiba berubah sejak SMP... Meskipun aku bukan pada posisi yang tepat untuk mengkhawatirkan hal semacam itu."

"Tidak, tidak perlu minta maaf. Entah bagaimana aku tahu kalau kamu suka dengan Takane-san."

"!... Su-Suka itu... Em..."

"Apakah akhirnya ini suasana yang tepat untuk keluar dari persembunyianku...? Apa Nozomi-chan, Nagisen dan Sakai-san sudah mulai akrab? Bolehkah aku bergabung juga?"

"...Kamu, apa hubunganmu dengan Takane-san? Apakah kamu temannya?"

"Aku merasa kagum dengan Nozomi-chan, dan bahkan mengakui perasaanku padanya. Memangnya mengapa?"

"!... A-Aku bergabung dengan OSIS saat SMP dengannya. Aku jauh di depanmu, Nakano-san."

"Jadi kamu bergabung dengan OSIS, Sakai-san. Dan Hina-chan itu juga nama yang manis."

"Nama itu tidak ada kaitannya dengan ini. Bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu dengan orang lain?"

"Hina-chan itu lebih imut dariku. Salon rambut mana yang kamu datangi? Gaya rambutmu indah, aku jadi penasaran."

"Ini... tidak juga, tetapi itu di depan stasiun."

Bagaimana aku bilangnya ya, Nakano-san dan Sakai-san memicu percikan api – Ketika sudah sampai pada hal itu, itu tampak seperti kucing dengan jenis yang berbeda saling bermain satu sama lain.

Takane-san menatapku. Tidak, dia cuma bingung dengan Nakano-san dan Sakai-san yang sedang bercanda – Dia menarik ujung seragamku dan tersenyum padaku.

–Sekaranglah waktunya.

Iya, aku tahu kalau Takane-san mencoba untuk memberi tahuku. Aku mengikuti Takane-san yang sedang membaca buku.

"Ah... Tunggu, Nakano-san. Takane-san sedang..."

"Oh baiklah, beri tahu aku rekomendasi bukumu dan aku juga akan memberi tahu rekomendasi bukuku, Hinacchi."

"Hi-Hinacchi... Ah, tung-tunggu. Apa yang kamu tarik..."

Turut prihatin dengan Sakai-san yang tertangkap oleh Nakano-san – Tetapi Takane-san, yang menarikku bersamanya, tampaknya agak menikmatinya sendiri.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama