Bab 2Kencan(Bagian 8)
Saat melangkah keluar dari tempat karaoke, Akane merentangkan tangannya, dan bergumam.
"Haaa~ Tadi itu terasa luar biasa~."
Ekspresi Akane yang santai, dan pipinya yang memerah dan gembira menciptakan nuansa yang erotis samar datang darinya. Meskipun Akane pada awalnya sangat tahan terhadap karaoke, setidaknya dia tampak puas.
"Meskipun keserasian kita memang yang terburuk, tetapi keserasian suara kita tidak ada duanya!" Akane menunjukkan senyuman yang seperti bunga yang mekar.
–Imutnya.
Saito mendapati dirinya memikirkan hal itu, dan dengan canggung mengalihkan pandangannya. Itu membuat Saito ingin menggertakkan giginya, seperti perasaan tidak nyaman yang mulai muncul di perutnya.
"Menyanyi sebanyak itu membuat tenggorokanku kering. Apakah ada pasar swalayan di sekitar sini?"
Ingin membeli jus dari pasar swalayan dan bukan mesin penjual otomatis terdekat sama persis dengan Akane.
"Kalau begitu, aku mungkin punya tempat yang tepat dalam benakku."
"Pasar swalayan apa itu?"
"Ini bukan pasar swalayan manapun. Ada toko yang mereka bangun baru-baru ini, tetapi hanya khusus untuk menjual jus buah 100%."
"Itu pasti cukup mahal dong kalau begitu?" Akane mengangkat satu alis matanya.
"Mungkin saja, tetapi... itu juga memiliki jus stroberi."
"Stroberi! Aku ikut!" Wajah Akane berbinar sambil gembira.
"Kamu… Semuanya akan baik-baik saja asalkan ada stroberi, ya? Aku merasa kalau kamu akan mengikuti siapapun asalkan mereka mau menawarimu satu truk penuh stroberi."
"Tentu saja tidak! Jadi beri tahu aku, di mana toko yang khusus menjual jus stroberi itu!?"
"Itu tidak khusus menjual jus stroberi..."
Saito belum pernah melihat seseorang yang begitu terpaku pada stroberi sebelumnya. Mereka berdua berjalan menyusuri jalanan, dan lebih jauh dari toko yang menjual permen kapas berwarna-warni, mereka menemukan toko jus buah itu. Bagian dalamnya diwarnai dalam berbagai warna pastel, bersama dengan papan iklan warna-warni dan kepop-popan. Di luar dinding itu ada jendela, sehingga kamu dapat melihat pekerjaan para karyawan. Kamu bahkan dapat memilih antara minum di sana, atau memilih untuk membawa pulang minumannya.
Mereka bahkan punya beberapa ayunan di luar toko, yang memungkinkan bagimu untuk duduk di sana sambil menikmati minumanmu. Saito memesan jus limun, sedangkan Akane memesan jus stroberi, dan mereka berdua duduk di ayunan.
"Indah sekali…"
Akane mengangkat wadah plastik itu ke arah langit, dan mengagumi jus stroberi yang berkilauan dengan sinar matahari yang terpantul di atasnya, tampak hampir seperti permata merah.
"Kamu tidak akan meminumnya?" Saito bertanya, sampai-sampai Akane dengan panik memeluk wadah itu.
"Aku akan meminumnya! Sebelum kamu mengambilnya dariku!"
"Mengapa aku harus melakukan itu?" Saito menyesap jusnya sendiri.
Rasanya seperti lemon seperti yang diduga, dan punya sentuhan karbonasi yang mencolok. Daripada jus, itu lebih mirip seperti Saito memasukkan sedotan ke dalam lemon untuk menyedot jusnya secara langsung. Akane mendekatkan bibirnya ke sedotan di jus stroberinya. Akane pertama hanya mencicipi lewat ujungnya, lalu akhirnya mengambil keputusan dan menyesapnya dengan baik. Tidak lama setelahnya, mata Akane terbuka lebar.
"Mmmmm!!" Bahu Akane bergetar, kakinya mengepak ke atas dan ke bawah, dan setiap bagian tubuhnya memancarkan aura kebahagiaan. "Jus stroberi ini enak! Meskipun manis seperti sirup, tidak membuat manisnya berlebihan, dan aku bisa langsung merasakan rasa stroberinya. Stroberinya juga segar, rasanya seperti aku memakannya langsung setelah dipetik. Kita harus menjadikan manajer toko ini sebagai harta nasional dan melestarikannya!"
"Kamu ini melebih-lebihkan ah, bukankah begitu?"
"Tentu saja tidak, ini memang luar biasa enak! Ayolah, kamu coba juga!" Akane menyodorkan gelas jus stroberi itu ke arah Saito.
Akane sangat bersemangat sampai-sampai dia bahkan tidak tahu apa yang telah dia katakan dan usulkan, tetapi pipinya tetap memerah. Karena Saito tahu kalau ia akan mendapatkan satu omelan nantinya, ia melanjutkan dan langsung memastikannya.
"Ini akan membuatnya seperti ciuman tidak langsung, apakah kamu yakin tidak masalah dengan itu?"
"Ah." Akane terdiam karena terkejut. "Jujur saja tidak begitu! Kamu ini mesum!" Akane dengan panik menarik kembali gelas itu.
"Kamu yang memulainya sendiri, jangan panggil aku mesum, ah."
"Ja-Jangan membuat ini terdengar seperti aku mengajakmu untuk melakukan itu!"
"Tetapi memang begitulah yang kamu lakukan tadi?!"
Bahkan kalaupun Akane berusaha menyembunyikan rasa malunya, ini hanyalah tuduhan palsu.
"Ka-Kalau begitu, silakan saja." Akane sekali lagi menyodorkan gelas itu ke arah Saito.
"…Eh?"
"Seperti yang aku bilang, kamu boleh meminumnya seteguk!" Akane berkata, dengan mata berkaca-kaca.
"Maksudku... kamu kan yang membelinya, dan itu jus favoritmu, jadi aku akan minum jusku sendiri."
Saito merasa seperti ia akan selamanya dihantui oleh Akane jika ia mengambil jus stroberi Akane. Mempertimbangkan risikonya, Saito dengan sopan menolak jus stroberi itu. Menanggapi itu, Akane memasukkan sedotan ke mulutnya sendiri, lalu dengan lembut mengayunkan ayunannya ke depan dan ke belakang, sambil menyesap jusnya. Akane tampak seperti lukisan yang begitu indah dan alami.
"Aku terkejut kamu tahu tentang toko ini. Apa kamu selalu datang ke sini bersama Shisei-san?"
"Ini pertama kalinya aku datang ke sini. Aku mencari-cari informasi tentang toko ini sedikit."
"Begitu ya…" Akane terdiam.
Sandal putih yang Akane pakai di kaki telanjangnya yang ramping terangkat dari trotoar batu. Ayunannya sedikit berderit, sampai ke daun telinga Saito. Akane melihat ke tanah, dan bergumam.
"…Mengapa kamu mengajakku begini?"
"Itu... cuma karena iseng saja." Saito mencari-cari alasan.
Saito merasa terlalu malu untuk mengatakan alasan yang sebenarnya.
"Itu tidak benar, bukan? Kamu itu seorang pragmatis, aku tahu itu. Saat kamu melakukan sesuatu yang biasanya tidak kamu lakukan, kamu selalu punya alasan yang tepat."
"Aku terkejut, kamu tahu."
"Kenali musuhmu, kenali dirimu sendiri, dan kamu tidak akan takut akan seratus pertempuran, bukan?" Akane membusungkan dadanya dengan bangga. "Jadi, apa alasannya?" Akane mendorong tubuhnya ke arah Saito.
Akane mengeluarkan aura yang tidak memungkinkan Saito untuk terus-terusan diam. Kalau terus begini, Akane mungkin akan memulai pertarungan lagi dengan Saito. Saito berusaha menekan rasa malunya, dan mengaku.
"Karena aku mengingatkanmu pada adikmu, kamu sudah murung selama beberapa hari terakhir ini."
Mata Akane terbuka lebar.
"Jadi kamu…mengajakku jalan-jalan agar aku bisa terhibur?"
"Iya, begitulah."
"Hmmm…Hmmmmmmm…" Akane menatap wajah Saito, seakan-akan dia sedang berusaha untuk menerawang Saito.
"A-Ada apa..." Saito merasa menggigil di sekujur tubuhnya.
Akane menunjukkan senyuman yang malu-malu, lalu dia meraih rantai ayunannya.
"…Aku merasa lebih enakan sekarang." Mata Akane menyipit dengan tatapan yang ramah, dan bibirnya membentuk seringai yang menawan.
Saito tidak dapat menahan diri untuk tidak terpesona pada senyuman memikat yang Akane tunjukkan padanya. Ketika dia marah, Akane tampak seperti iblis, tetapi senyumannya hampir seperti bidadari.
–Sangat disayangkan. Dia seharusnya selalu tersenyum seperti itu.Bahkan Saito pun tahu kalau desain ini merupakan cuma ada satu dari jenisnya. Tidak heran kalau cincin ini akan terjual habis dalam beberapa hari ke depan. Belum lagi para wanita lain juga sedang menatap cincin itu seperti halnya yang Akane lakukan saat ini.
"I-Itu pasti, pasti tetap ada! Kalau tidak, aku akan mengutuk para karyawan dan pelanggannya!"
"Jangan mengutuk orang karena hal semacam ini."
Sungguh dunia yang menakutkan di mana orang-orang dikutuk cuma karena melakukan pekerjaan mereka atau menghabiskan uang mereka.
"Kalau begitu aku akan menyerang mereka sebagai gantinya!"
"Apa kamu ini pencuri atau semacamnya?"
"Yang kuat akan mengalahkan yang lemah!"
"Kalau begitu polisi mungkin akan menghabisimu."
Karena kekuatan mutlak dalam bentuk kepolisian itu ada, keamanan terjamin di negara ini. Satu-satunya hal yang dapat membuat orang-orang mendengarkan dan berperilaku adalah kekuatan mutlak.
"Euh… Begitu aku sukses nanti, sebaiknya kamu ingat ini…"
"Kamu memang benar-benar siap-siap dari sekarang di sini, ya."
Akane pasti sangat menyukai cincin itu, saat dia berbalik untuk melihat pelindungnya (casing-nya) beberapa kali bahkan saat mereka berjalan menjauh dari toko. Akane memang mudah untuk mengerti, tetapi tetap saja itu sangat disayangkan. Saito tidak bisa mentraktrir Akane cincin begitu saja seperti ia mentraktir Akane dengan jus.
Mereka berdua berjalan melintasi persimpangan di jalan utama, dan memasuki lantai pertama sebuah gedung bertingkat. Lantai ini dipenuhi segala macam suplemen. Mulai dari berbagai macam mineral, vitamin, protein, bahkan lutein, serenoa, dan gaba menjadi bagian dari barisan tersebut. Pada gambar di dinding ada pria dan wanita yang berotot. Mereka memasang ekspresi seperti gorila dengan mengeluarkan gigi merek, dan melakukan pose binaragawan. Bahkan karyawan di kasir pun juga cukup berotot, membuatmu penasaran bagaimana mereka bisa menggunakan otot bisep gila ini cuma dengan berdiri di sana sepanjang hari.
"Iuh…"
Dengan ekspresi yang sangat bertolak belakang dibandingkan saat mereka berhenti di depan toko perhiasan, Akane sekarang menjadi pucat, kemudian dia mengeluarkan suara jijik.
"Ini… em… neraka?"
"Ini merupakan satu-satunya toko spesialis pengambilan sampel suplemen di Jepang."
"Pengambilan sampel suplemen!?"
Dengan jantung yang berdebar kencang, Saito mengamati bagian dalam toko itu.
"Ini pada dasarnya merupakan tempat yang memungkinkan bagimu untuk menguji pasar suplemen. Sebagai imbalan untuk menjawab survei, kamu dapat mencoba suplemen sebanyak yang kamu mau."
"Aku tidak ingin makan semua ini!"
"Mengapa!? Padahal itu bagus loh buat tubuhmu!"
"Aku merasa itu hanya akan merusak tubuhku!" Akane tampak siap untuk segera pergi dari tempat ini.
Namun Saito mengabaikan Akane, dan berjalan ke rak terdekat, mengambil pil berwarna, lalu memasukkannya ke pipinya. Segera setelah itu, sensasi yang merangsang itu menyerang otak Saito.
"Fiuh... Kamu keras sekali…Vitamin B!"
"Itu tidak terdengar seperti kamu baru saja mengonsumsi suplemen, oke!?" Akane mulai panik.
Di sana, ada seorang karyawan yang mengenakan kaus tanpa lengan (tanktop) mendekati Saito.
"Pelanggan yang terhormat, Anda cukup jeli, saya mengerti. Silakan, coba suplemen ini juga. Ini merupakan pil kalsium yang baru dikembangkan. Ini punya 300 kali tingkat penyerapan cara (means) dan suplemen konvensional."
Saito menelan pil yang dijejalkan langsung ke mulutnya oleh pegawai itu.
"Kalsiumnya… membuat tulangku keras…"
"Itu sudah masuk, bukan? Kamu akan kecanduan nanti."
"Aku mungkin tidak akan bisa kembali ke kalsium yang biasa..."
"Kembalilah, Saito! Jangan tertipu dengan dunia yang kacau ini!" Akane dengan panik menampar kepala Saito.
"Ini bukanlah dunia yang kacau. Ini merupakan dunia Arcadia yang ideal!"
Di saat yang sama, karyawan itu mengeluarkan kantong plastik kecil dengan bubuk putih di dalamnya.
"Saya ingin pelanggan yang terhormat juga mencoba suplemen ini."
"Ini toko legal, bukan!?"
"Tentu saja. Ini merupakan protein yang baru saja dikembangkan. Dikatakan bahwa dengan meminum satu porsi, Anda akan mendapati otot berada pada tingkat yang setara dengan otot pemenang medali emas Olimpiade…"
"Sungguh protein yang luar biasa!" Saito bingung.
"Kedengarannya sih memang sangat menakjubkan, tetapi ini sepertinya tidak legal sama sekali..."
"Slogannya adalah 'Apakah Anda siap untuk mempertaruhkan nyawa Anda demi otot?'."
"Aku sangat ragu ini akan laku, jadi kalian mungkin harus memikirkan kembali slogan itu..."
Di saat yang sama, karyawan tersebut menawarkan tas bubuk pada Saito.
"Bagaimana, pelanggan yang terhormat? Apakah Anda ingin mencobanya?"
"Aku mau. Aku telah terlatih untuk mengonsumsi protein tanpa minum air." Saito menyemburkan bubuk itu ke tenggorokannya.
Bubuk! Sangat banyak bubuk! Protein kental itu langsung masuk ke perut Saito. Namun, beberapa bubuk masuk ke hidung Saito, dan ia terpaksa mengeluarkannya lewat batuk. Saito dengan cepat meminta air, dan mencuci protein tersebut dengan minuman asam amino.
"Kamu ini benar-benar orang bodoh." Akane mengangkat bahunya, tetapi suaranya tidak menunjukkan aura permusuhan.
Sebaliknya, Akane terdengar lebih seperti teman yang Saito kenal sejak lama, saat dia menunjukkan senyuman yang ceria. Saito mendapati dirinya sendiri berharap kalau hari ini dapat berlanjut selamanya.
←Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya→