Takane no Hana no Imakano wa, Zettai Motokano ni Maketakunai you desu [WN] - Seri 1 Bab 32 - Bahasa Indonesia - Lintas Ninja Translation

Bab 32
Janji Pekan Emas

Pada akhirnya, aku memakan setengah dari krep itu dan sedikit lagi dengan bantuan Takane-san, tanpa menggunakan garpu sendiri. Dan dengan sesuap, maksudku aku telah memakan sebuah stroberi lebih banyak dari yang seharusnya aku makan.

Aku tahu bahwa itu tidak mengejutkan kalau Nakano-san akan menjadi secanggung boneka kaleng yang tidak diberi oli. Aku tidak yakin apakah itu hal yang umum ketika kamu baru mulai pacaran, tetapi aku hanya bisa membayangkan apa yang dia rasakan, ketika dia terus menatapku disuapi.

"Nagito-san, maafkan aku..."

"Oh tidak, ini lezat, dan aku memang berencana membayarnya dari awal."

"Nagisen itu murah hati, meskipun perutnya keras." (TL English Note: Murah hati di sini juga bisa diartikan sebagai perut buncit, dari yang aku temukan dari Jisho.)

Nakano-san mendekatiku dan memeriksa otot-otot perutku di balik seragamku-Aku tahu dia tidak bermaksud menyinggungku, karena dia dengan santainya menyentuhku saat SMP. Tetapi sebagai pacar Takane-san, aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, jadi aku harus tegas terhadap hal itu.

"Tidak masalah sih kalau itu cuma aku, tetapi menyentuh perut cowok secara tiba-tiba itu mungkin bermasalah."

"Ah, maaf, aku terbawa suasana. Situasi kita agak berbeda ketika kita masih SMP, kan? Nagisen punya pacar yang imut, tetapi aku tidak punya pacar atau semacamnya, jadi satu-satunya yang berubah hanyalah Nagisen."

(TL Note: Gas NTR!)

Nakano-san sudah populer sejak SMP karena kepribadiannya yang ramah dan pesonanya dalam penampilannya yang bagaikan seekor binatang kecil, tetapi jika dia berkata begitu, sepertinya dia tidak akan mendapatkan pacar dengan segera setelah debut SMA-nya.

"Maksudmu Nagito-san berubah karena hubungannya denganku...?"

"Ta-Takane-san. Apa yang Nakano-san katakan itu sangat spontan, jadi tidak perlu begitu khawatir tentang itu."

"Ah, saat kalian mengatakan hal-hal seperti itu, itu membuatku ingin mengerjai kalian. Jangan buat aku mulai dari perutnya, itulah satu-satunya hal yang bisa ia banggakan pada dirinya sendiri."

"...Itu..., Tidak, Nakano-san, ada banyak hal yang luar biasa tentang Nagito-san, jadi itu tidak baik mengatakan tentangnya seperti itu."

Takane-san bilang begitu, tetapi itu memang memalukan dengan caranya tersendiri. Dan dari apa yang dilihat oleh Takane-san, dia sepertinya tertarik dengan hal itu juga, tetapi hanya sedikit.

"Maaf, maaf, tadi itu bercanda. Aku juga tahu dengan sisi baik dari Nagisen. Ia benar-benar baik padaku, dan ia memperlakukanku dengan serius bahkan ketika aku sedang membicarakan tentang hal-hal yang tidak disukai oleh anak laki-laki."

"'Benar-benar baik padaku'... Apa maksudnya itu?" (TL English Note: Nakano menggunakan 付き合い/Tsukiai di atas yang juga bisa diartikan sebagai pacaran, dan Takane mempertanyakan hal itu.)

Aku harap Nakano-san bisa lebih hati-hati lagi dalam memilih kata-katanya - kata 'baik' itu bernuansa dan rentan untuk dicurigai. Aku yakin kalau Takane-san memahami ini, tetapi itu masih terasa berlebihan.

"Be-Begitulah... Nakano-san bermain gim dengan teman-temannya, dan dia mengajakku bergabung bersamanya. Itu adalah ketika klub buku memutuskan untuk bermain gim pesta, dia membuatku pergi bersamanya untuk berlatih terlebih dahulu..."

"....Begitukah?"

"Aku juga belajar untuk ujianku di perpustakaan. Aku juga cuma sebagai tambahan orang saja, sih."

"Aku tidak bisa lama dengan Nagisen kecuali kalau kami semua sedang bersama-sama. Itulah mengapa kami tidak bisa berduaan sering-sering."

"Aku tidak tahu itu..."

Takane-san meletakkan tangannya di dadanya dan tersenyum dengan lembut. Suasana tegang di ruangan itu menenang dan aku merasa lega - Nakano-san yang melihat ini tersenyum bahagia.

"Nagisen, mulai dari sekarang, kamu bisa nongkrong dengan Takane-san, bukan?"

Akankah suasananya sama seperti saat di klub membaca ketika SMP lagi? Aku rasa sepertinya itu tidak mungkin terjadi karena kami sekarang sudah SMA dan para anggota klub juga telah berubah.

Tetapi aku penasaran apakah Takane-san tertarik dengan gim yang aku dan Nakano-san mainkan seperti itu - Aku memikirkan hal itu.

"Iya, kamu juga bisa mengajakku jika kamu mau."

"Iya, iya. Aku akan mengajakmu tanpa ragu-ragu. Aku sangat menantikan karaokenya. Aku baru saja mengajak Kiri-chan dan dia bilang dia akan datang kalau dia bisa."

"...A-Aku mengerti..."

Meskipun dia selalu bisa menghubungi Asatani-san dengan ponselnya, aku tidak menyangka kalau dia akan bergerak sejauh itu ketika dia sedang mengobrol dengan kami - Nakano-san itu memang susah ditebak seperti biasanya.

"Iya, mungkin saat liburan berikutnya. Atau mungkin saat Pekan Emas?"

"Karena masing-masing dari kita punya rencana sendiri-sendiri, mari kita diskusikan lalu putuskan."

"Oke! Jika kamu ingin menelepon teman-temanmu, Nagisen, beri tahu aku, dan aku akan menghubungi semuanya. Ah, benar! Kita masih belum pernah bertukar alamat (L*NE), ya, Nozomi-chan?"

"Iya. Ayo sekarang saja."

Nakano-san menyalakan ponselnya dengan lancar dan bertukar alamat (L*NE) dalam hitungan detik.

"Aku telah membuat grup untuk kita, tetapi aku harap kalian berdua tidak melontarkan lelucon pribadi."

"Ti-Tidak... Aku tidak akan melakukan kesalahan. Tetapi aku akan mengecek ulang."

"Ah, lagipula apakah akan ada hal semacam itu? Percakapan soal cinta di antara kalian berdua... Ini buruk, aku jadi semakin bersemangat hanya dengan memikirkannya saja."

"Kamu tidak bisa membayangkan begitu saja hal semacam itu dan berkata begitu..."

"Nagisen berpura-pura keren seperti ini sangat imut, bukan...? Nozomi-chan sedang melihatmu, kamu tahu?"

"...Mari kita lihat apakah kamu akan tetap berpura-pura, haruskah kita melakukannya?"

"Ahh, Nagisen akan merundungku. Tetapi aku tidak takut. Bahkan jika kamu marah seperti itu, aku akan menggunakan Nozomi-chan sebagai pelindung seperti ini."

Nakano-san melakukan apapun yang dia inginkan - Tetapi ketika Takane-san menatapnya, gadis yang bersemangat itu langsung diam.

"Aku akan berada di pihak Nagito-san, jadi aku tidak bisa menjadi perisai Nakano-san."

"Iya~, aku tahu~. Aku pikir dua lawan satu itu agak sepi, jadi aku terbawa suasana. Nagisen, aku akan mengembalikan Nozomi-chan padamu."

"Ah, iya... Nakano-san?"

"Kamu bilang ingin pergi ke toko buku, tetapi aku sudah ke sana kemarin, jadi kalian berdua nikmati waktu kalian dan pergilah. Jika kalian menemukan buku yang menarik, kabari aku."

Kata Nakano-san, melambaikan tangannya, dan berbelok untuk pergi sendiri - Tetapi.

Takane-san meraih tangan Nakano-san dan menahannya.

"Mengapa kamu tidak bergabung bersama kami, Nakano-san? Toko bukunya sudah dekat."

"...Ehh? Aku baru saja ingin menjauh dengan cara yang pintar dan keren, mengapa kamu menangkapku?"

"Jika Takane-san berkata begitu, aku akan senang kalau kita pergi bertiga..."

"...Eh, apakah kamu yakin dengan ini? Aku akan merekomendasikan manga untuk Nagisen, terlepas dari apa yang akan kita baca di klub membaca buku, kamu tahu?"

"Aku juga tertarik, jadi ingin tahu manga macam apa yang Nakano-san rekomendasikan, Nakano-san."

Ketika Takane-san melepaskan tangannya, Nakano-san menatapku dengan malu-malu dan kemudian pergi ke toko buku duluan.

"...Nakano-san itu orang yang sangat peduli, iya kan? Meskipun dia berusaha untuk tidak tampak seperti itu."

Dia benar-benar menyaksikan secara dekat - Tetapi biarkan aku memberi tahumu sesuatu tentang Nakano-san, karena aku telah mengenalnya sejak SMP.

"Aku juga merasa begitu, tetapi aku rasa dia hanya seperti dirinya yang biasa sendiri separuh waktu. Dia itu sifatnya."

"Sifatnya...?"

Aku penasaran apakah ini akan menimbulkan lebih dari sekadar isu di telinga Takane-san. - karena itu bukan dalam artian yang sangat bagus, tetapi tentu saja ini juga bukan dalam artian buruk.

"Menarik, aku rasa."

"Fufu... Aku rasa kamu benar. Aku ingin belajar dari sifat spontan Nakano-san."

Ketika aku menggambarkan sifatnya, Takane-san menggambarkan sebagai spontan. - Aku penasaran apakah niatnya tidak terlalu jauh.

"Ah, kalian berdua sedang dalam suasana hati yang sedikit baik. Bolehkah aku nimbrung dan melihat?"

"Ma-Maaf... Kami datang."

"Maafkan aku, Nakano-san."

"Tidak masalah, aku hanya senang karena bisa diajak hari ini. Lagipula aku benar-benar suka denganmu, Nozomi-chan. Aku rasa aku ingin mengakuinya lagi."

(TL Note: Woi, jangan nge-yuri lagi.)

"Maafkan aku, Nakano-san."

"Waah, permohonan maaf yang sama tetapi benar-benar dengan makna yang berbeda. Nagisen, kamu anak yang beruntung."

Nakano-san berjalan ke toko dengan Takane-san. Takane-san berhubungan dengan baik di kelas, dan Nakano-san sepertinya menyukainya karena beberapa alasan.

Tetap saja, aku bilang pada diriku sendiri kalau tidak ada yang perlu begitu diwaspadai, tetapi Nakano-san membawa bom ke dalam kehidupanku - Aku penasaran apakah akan mudah untuk nongkrong bareng Asatani-san, mengingat sejarah hubungan kami.

'Aku sudah bilang padanya tentang ciuman tidak langsung itu.'

Aku tidak merasa kalau Asatani-san mengatakan itu dengan niat bermain-main denganku. Namun, Takane-san mungkin sudah mendengar tentangku dari Asatani-san lebih dari yang aku duga.

Aku tidak punya apa-apa untuk disembunyikan. Asatani-san juga bilang kalau kami semua berteman - Aku tidak akan mengkhianati Takane-san, dan aku tidak memiliki niat untuk melakukan itu di masa depan juga.

Ketika aku memasuki toko setelah menyegarkan pikiranku, Takane-san dan Asatani-san melihat ke majalah yang ada Asatani-san di dalamnya bersama-sama. Aku ingin menghentikan mereka dari memberikan begitu banyak tekanan padaku.


Setelah menyelesaikan belanjaku di toko buku, aku berpisah dengan Nakano-san, dan setelah mengantar Takane-san ke stasiun, aku menuju ke gimnasium yang selalu aku kunjungi.

Aku bertemu dengan Kak Ruru di sana, dan setelah mengganti pakaianku semua yang aku lakukan adalah - menangkis tendangannya.

"-Eii."

Tendangan yang sedang yang melengkung seperti cambuk - Pan, dan menendang sarung tangan dan menimbulkan suara yang indah.

"Ruru-chan, kamu telah melakukan tendangan yang tajam dan indah hari ini."

"Tidak, tidak sama sekali. Aku sudah lama tidak ke sini, jadi aku sedikit kaku."

"Ahaha, aku tahu. Apa kamu tidak apa-apa Nacchan? Kamu ingin aku mengambil alih."

"Sensei, sebentar, kok 'Nacchan' sih... Aku kan sudah masuk SMA."

"Benarkah? Kamu selalu menjadi murid kecilku yang imut."

Dia adalah putri dari pemilik gimnasium yang aku dan kakakku kunjungi, dia adalah seorang pelatih bernama Ei Otsuki.

Dia adalah wanita berambut halus sedang, dan dia selalu tampak memiliki senyuman yang menyenangkan, tetapi ketika dia sedang mengajar seni bela diri, suasana hatinya berubah secara drastis - Aku telah memiliki banyak masalah dalam mengikuti gerakannya.

"Sensei, dengarkan aku. Nakkun baru-baru ini mendapatkan pacar."

"Tunggu... Kak Ruru, jangan resek begitulah..."

"....Apaan, aku belum mendengarnya? Kamu bisa memberi tahuku lebih banyak tentang itu?"

"Aku juga belum pernah mendengar sejauh itu, jadi aku rasa aku ingin bertanya lebih banyak sedikit demi sedikit."

Kakakku, Kak Ruru, menyatakan itu di depanku, adik laki-lakinya. Dia mengenakan alat pelindung dan seragam yang berani, jadi itu sulit bagiku untuk men-tsukkomi karena aku merasa sedikit kewalahan.

"Nacchan.... Aku pikir itu akan lama buatmu, tetapi tampaknya banyak anak yang mulai berpacaran di SMP akhir-akhir ini."

"Sen-Sensei. Kami di sini untuk latihan hari ini, jangan membicarakan hal itu."

"Ayolah, nanti akan aku traktir kalian makan malam."

"Itu tidak akan mempan padaku, ...Itulah apa yang ingin aku katakan, tetapi Anda sepertinya tidak mendengarkanku sama sekali."

"Kamu mengetahui watakku dengan baik. Di usiaku, aku ingin mendengarkan kisah cinta dari anak-anak muda untuk membuatku awet muda."

"Kakak juga senang kalau Nakkun datang pada Kakak untuk meminta saran. Ketika aku mendengarnya menelepon di tengah malam, aku merasa sedih karena ia sudah tumbuh dewasa."

Aku akan menghargainya kalau dia menahan diri dari mendengarkanku di lorong, tetapi dindingnya tidak setebal itu, jadi memang sulit untuk melakukan apa-apa tentang itu.

"Baiklah, mari kita sudahi di situ... Nacchan, bagaimana? Apakah semua yang kamu latih di sini membantumu?"

"Iya, itu sangat membantu dalam banyak hal..."

"Aku senang mendengar itu. Sudah lama sekali sejak kamu terakhir kali datang, tetapi walaupun kamu bukan petarung, kamu masih menjadi salah satu muridku yang paling membanggakan. Dan tentu saja, Ruru-chan juga."

"Terima kasih. Setiap kali aku mengambil ujian fisik atau semacamnya, orang-orang bilang aku hebat. Itu karena aku banyak berolahraga di gimnasium."

"Ahaha, Ruru-chan juga bisa sparing denganku."

Kemampuan kakakku adalah kickboxing, yang mulai dia pelajari sebagai teknik bela diri, adalah salah satu alasan mengapa aku tidak bisa menangkis kakakku - Dengan sejujur-jujurnya, Kak Ruru sangat kuat sehingga sulit untuk membayangkan suasananya yang biasa santai.

"Kalau begitu aku akan latihan sedikit lagi. Nakkun, apakah itu tidak apa-apa?"

"Iya, datanglah kapan saja."

Kak Ruru tertawa dan melemparkan tendangan tajam padaku saat aku mengangkat sarung tinjuku - Aku menangkap tendangan itu saat itu dilemparkan dengan bentuk yang indah, keringat bercucuran dari dahi, dan pakaian tipisnya penuh dengan keringat.

"Hari ini, aku senang karena semuanya perempuan dengan Nacchan sebagai pengecualian."

(...?)

Sejenak, aku tidak bisa mengukur niat dari komentar Ei-sensei - tetapi segera aku menyadari. Pakaian Kak Ruru basah kuyup karena keringat, dan belang di bawahnya - bentuk dari jenis bra olahraga yang kokoh - tampak.

"Sensei, apakah Anda mengatakan sesuatu?"

"Mmm. Aku bilang, 'Semoga sukses, dik.'"

"...E-Ei-sensei, aku pikir aku perlu bertukar tempat dengan Anda sebentar..."

"Apa yang kamu bicarakan? Ikuti semua prosesnya sampai akhir. Kalau kamu payah begitu, aku akan menambahkan beberapa latihan otot, oke?"

"Kakak mulai Nakkun. Kakak akan mengeluarkan semuanya untuk terakhir kalinya."

(Tung-tunggu...!)

Tanpa mengetahui gejolak batinku. Kak Ruru melepaskan tendangan yang spektakuler yang berhasil membuatku jatuh dari pertahananku - aku menerima pukulan, gulingan, dan jatuh dengan punggungku.

"Nakkun...! Apa kamu tidak masalah!? Apakah Kakak berlebihan!?"

"...Aku baik-baik saja. Aku hanya sudah lelah latihan..."

"Kerja bagus, Nacchan. Aku akan mentraktir kalian makan malam seperti yang aku janjikan, jadi mandilah dan gantilah pakaian kalian."

Ei-sensei tersenyum padaku, tidak terlihat menyesal sama sekali, saat dia menarikku bangun. Aku yakin dia tahu alasan mengapa aku kesal, tetapi aku tidak berani mengatakannya - Meskipun aku seharusnya berterima kasih padanya atas perhatiannya.

"Waa... Sensei, mengapa Anda tersenyum?"

"Mhmm. Aku yakin sedang mendapati seorang adik laki-laki yang setia dan menggemaskan serta sangat mengkhawatirkan kakaknya."

"Bukannya aku ingin ia setia. Aku menghargai kebebasan Nakkun."

"Iya, tentu saja. Kerja bagus semuanya, sekarang mari kita berlatih bersama-sama."

""Iya.""

Siswi SMP yang datang ke gimnasium berkumpul di sekitar Kak Ruru. Karena kepribadiannya, Kakakku bukan hanya sekadar kakakku, tetapi dia juga dikagumi oleh gadis-gadis yang lebih muda.

Tetapi tendangan hari ini yang paling kuat yang pernah aku rasakan sejak lama, dan meskipun aku tidak mau mengakuinya, aku mungkin memang adik yang setia yang Ei-sensei katakan padaku.


←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama