Kimi no Sei de Kyou Mo Shinenai [LN] - Jilid 1 Bab 5 - Bahasa Indonesia - Lintas Ninja Translation

Bab 5
Argumen 'Spesial' Mitsumine Iroha

Hari Jum'at. Ini sudah lima hari sejak aku berjumpa dengan orang ini, yang benar-benar tidak aku mengerti.

"Hei, aku ingin pulang lewat sini, hari ini."

Aku masih belum bisa mengerti dirinya.

A-kun. Nama aslinya masih belum diketahui. Berdasarkan pernyataannya, ia berada di angkatan yang sama denganku, dan ia juga bergabung di sebuah klub. Dan ia itu egosentris, tidak bisa membaca suasana hati, tidak peka, dan orang yang terobsesi dengan perbuatan malas.

–––Tetapi aku tidak benar-benar membencinya.

Jika itu bukan seperti itu, aku tidak akan merusak watak yang biasanya dari 'Mitsumine Iroha' ketika aku bertemu teman-temanku beberapa saat yang lalu, aku tidak akan memikirkan ingin terus bersamanya hanya untuk beberapa saat lagi, suasana hatiku tidak akan menjadi aneh hanya karena ia memujiku, dan aku tidak akan bersama dengannya setiap hari sejak hari Senin dari awal.

Bahkan jika itu karena aku diancam.

Jika itu bukan karena A-kun, aku mungkin sudah memotong pergelangan tanganku segera setelah aku pulang di sebuah rumah yang kosong. Dari awal, aku mungkin sudah melompat dari atap.

Normalnya, itulah apa yang seharusnya akan terjadi.

Memikirkan banyak hal yang mengganggu itu, aku melacak pergelangan tangan kiriku, di mana aku dapat merasakan jari jemari yang dingin dari A-kun ketika ia meletakkan perban di sebelah situ. Itu karena mantra yang telah diletakkan padaku kala itu.

Hanya karena ia bilang, "Telepon aku jika kamu ingin mati," dan menuliskan nomornya, aku tidak bisa memotong pergelangan tanganku lagi. Aku telah kehilangan satu cara sederhana untuk bunuh diri yang terlalu mudah. Sebaliknya, aku mulai memegang pergelangan tangan kiriku kapanpun aku sedang kesakitan.

Aku tidak tahu apa alasannya, dan aku tidak berniat untuk mencari tahu, tetapi aku berencana untuk mati sebelum aku melakukannya. Entah mengapa, bersama dengannya itu nyaman. Tetapi di saat yang bersamaan, aku merasakan perasaan yang asing.

Dan di atas segalanya.

"...Ah, baru saja. Itu Mitsumine-chan, bukan? Apa yang terjadi? Apakah kamu ketinggalan sesuatu??"

Pemikiranku terganggu. Aku membalasnya dengan senyuman sempurna yang terpampang di wajahku seperti biasanya.

"Tidak, aku sudah selesai makan, jadi aku datang ke sini untuk membuang sampah. Aku dengar ada tempat sampah di sekitar sini."

"Ahh, aku mengerti, aku mengerti!"

Mochizuki Kurumi-senpai. Seorang alumni dari SMA Kinosaki, dan tampaknya senior klubnya A-kun. Karena dia bekerja di toko taiyaki, sepertinya dia muncul ke sini untuk bersih-bersih.

"Taiyaki-nya sangat lezat. Terima kasih banyak!"

"Aku mengerti, aku mengerti, itu bagus~!"

Aah, senyumannya begitu mempesona. Dia adalah seorang senpai yang cerdas, cantik dan baik. Aku tidak berpikir kalau A-kun akan berhubungan baik dengan Mochizuki-senpai.

Atau lebih tepatnya mungkin akan lebih baik untuk dikatakan bahwa aku tidak menyangka kalau Mochizuki-senpai akan memiliki seorang kouhai yang langsung dia panggil 'Kouhai-kun!'.

Mochizuki-senpai begitu terkenal sehingga bahkan diriku, yang tidak ada hubungan dengannya tahun kemarin, mengenalnya. Dengan cara yang baik, dan bukan dengan cara yang buruk.

Tidak peduli betapa kendornya peraturan sekolah itu, rambutnya yang warnanya mendekati putih, dan seragam yang diubah dengan rok yang sangat pendek yang cukup terlihat, dan tidak peduli seberapa kali dia ditegur oleh guru, dia tetap tegas dan berkata, "Jika aku tidak mendapatkan peringkat pertama pada ujian itu, kalau begitu aku akan berhenti.".

Aku dengar kalau dia tidak pernah mengingat siapapun nama teman-teman sekelasnya. Aku juga dengar kalau dia berulang kali bergabung dan keluar aktivitas klub, tetapi di setiap aktivitas klub, dia mengungguli para anggota berpengalaman.

Aku dengar banyak rumor buruk tentang bagaimana dia menjadi orang yang aneh.

Aku mengaguminya, tetapi aku tidak benar-benar menghormatinya. Dia adalah seorang jenius tunggal yang tidak bergaul dengan orang lain, berdiri sekitar 15 sentimeter jauhnya dari orang di sekitarnya. Itulah gambaran yang aku punya.

"Ngomong-ngomong~, kamu mungkin akan marah jika aku menanyakan ini, tetapi apakah kamu dan Kouhai-kun berpacaran?"

"Ka-Kami tidak berpacaran."

Bola cepat yang mendadak dan menyala-nyala hampir menghentikan diriku dari bernapas.

"Ehh, jadi begitu ya. Jadi kalian hanya berteman. Jadi aku hanya salah paham karena ini pertama kalinya Kouhai-kun datang ke sini bersama seorang gadis, hah~~~."

Mochizuki-senpai berkata begitu dengan nada yang kecewa, dan tertawa terbahak-bahak, "Maaf karena telah mengatakan sesuatu yang aneh."

Aku penasaran apakah itu alasannya. Aku penasaran apakah itu karena aku tahu bahwa senpai ini pastinya tidak akan tertarik denganku.

"Kami bukan hanya teman, sih."

Faktanya, kami bahkan bukan hanya teman.

Aku menambahkan dalam pikiranku dan menatap lurus ke arah wajah Senpai.

Aku merasa bahwa jika aku mengalihkan pandanganku dari sini, aku akan kehilangan sesuatu.

"Ahh, aku mengerti, jadi begitu ya."

Aah, aku wanita yang menjijikkan. Itu adalah cara mengerikan untuk memasangnya.

Aku hanya mengenalnya selama lima hari, dan meskipun aku telah memberi tahunya, aku tidak merasa aku akan bisa semelekat ini dengannya. Aku menyadarinya sekarang, setelah aku mengatakannya sendiri.

Aku yakin aku tidak suka dengan fakta bahwa A-kun mengobrol dengan seseorang selain aku, tentang sesuatu yang aku tidak tahu. A-kun adalah satu-satunya orang yang tahu bahwa aku ingin mati, dan ia bahkan memberiku informasi kontaknya.

Aku memang putus asa untuk merasa spesial tentang itu.

Satu kata darimu mengangkat suasana hatiku dan aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu ketimbang bersama teman-temanku. Aku juga merasa lega ketika Senpai memanggilmu 'Kouhai-kun'. Aku tidak ingin dia (Senpai) memanggilnya dengan namanya, yang masih belum aku tahu.

Aku tidak tahu disebut apa perasaan ini, karena aku belum pernah merasakan apapun seperti ini sebelumnya. Aku bahkan tidak ingin memberinya sebuah nama, karena aku merasa jika aku melakukannya, itu tidak akan menjadi milikku sendiri.

Aku tersenyum dengan samar-samar, tidak membantah balasan Senpai.

Aku ingin Senpai terus salah paham padaku seperti ini. Tidak masalah jika aku satu-satunya yang merasa kalau A-kun itu spesial.

Aah, aku semakin buruk saja.

"Kamu lihat, Kouhai-kun adalah anak yang baik. Seperti yang aku katakan sebelumnya, ia tidak bisa membaca suasana hati, tetapi ia tidak akan pernah mengatakan apapun yang akan melukai seseorang."

Aku tahu.

"Ia selalu ceria dan positif, dan ia adalah seorang pemalas, tetapi entah mengapa ia merasa kalau ia serius. Ia begitu percaya diri bahwa itu adalah sebuah misteri."

Aku tahu.

"Dan saat ini, ia merasa kalau ia tampaknya 'normal'. Aku benar-benar tidak mengerti, ia ingin menjadi 'spesial'. Ia merindukan sesuatu seperti kita."

......Aku tidak tahu...... !

"....Tetapi kamu seharusnya sudah tahu itu. Kalian berdua tampak seperti kalian dekat. Mitsumine-chan, raut wajahmu dan cara bicaramu itu agak berbeda dari ketika kamu berada di sekitar Kouhai-kun."

Senpai tertawa seolah-olah dia terkagum. Aku tidak tahu, aku tidak tahu. Kata 'spesial' yang A-kun rindukan, dan bahwa aku tidak bertingkah seperti 'Mitsumine Iroha' di sekitar A-kun.

Aku tidak tahu apapun tentang itu. Aku tidak ingin tahu apapun tentang itu.

".........Maafkan aku."

Aku mengeluarkan suaraku dari tenggorokanku. Pijakan kakiku bertambah goyah.

Aah, apa yang harus aku lakukan. Aku hanya ingin mati.

Karena aku ingin mati, aku mencengkeram pergelangan tangan kiriku erat-erat. Itu menyakitkan. Itu dingin.

Aku kepikiran panas tubuh A-kun. –––Aku hanya ingin mati.

"Aah tidak, aku tidak mengkritikmu atau apapun. Sebaliknya, aku merasa bahagia. Kembali ketika aku masih SMA, aku melihatmu, aku merasa seperti ada seorang gadis yang sama sepertiku."

"........Eh?"

"Memang mudah untuk dicap 'spesial', bukankah begitu?"

Senpai tersenyum dan tampak kesepian, memegang sapu.

"Kamu memiliki banyak hal yang baik, tetapi sama sepertiku, kamu memiliki banyak hal yang buruk juga. Tetapi, kamu tidak bisa benar-benar membicarakan tentang hal-hal yang buruk itu, bisakah kamu?"

"........"

"Karena hal-hal yang baik sudah terlihat dengan terlalu mudah. Ketika aku bilang bahwa aku tidak menyukai perlakuan khusus, aku diberi tahu bahwa aku menjadi egois dan serakah, jadi aku menyembunyikan perasaan buruk dan membangun diriku sendiri, dan pada akhirnya aku tidak lagi mengetahui siapa sebenarnya diriku."

Itu adalah deskripsi yang sempurna. Itu terdengar sama seperti ceritaku.

"Ahaha, Iya itu adalah cerita ketika aku masih siswi kelas sepuluh. Kala itu, siswi teladan yang layak kamu tahu? Pada saat itu, rokku masih memiliki kepanjangan yang layak dan rambutku masih hitam. Bahkan aku adalah pengurus kelas."

"....Aku, mengerti."

"Iya. Tetapi aku muak dengan semua itu dan membuangnya!"

Lalu Senpai tertawa. Cahaya malam mewarnai rambut Senpai yang berpigmen tipis. Matahari terbenam mewarnai senyumannya yang goyah.

Senyuman itu sangat mempesona sehingga aku hampir menjadi pusing.

"Begitulah walaupun, meskipun aku adalah tipe orang yang dapat membuang semua itu dengan mengatakan 'Aku akan membuang semua itu, heh!', ada banyak orang yang tidak bisa seperti itu. Kamu terlalu baik hati, jadi kamu adalah tipe orang yang hanya akan tetap menahan itu selamanya, jadi aku khawatir kamu tahu. Itu mungkin bukan urusanku sih."

"......Benar sekali, itu benar-benar bukan urusan, -mu."

Tepat sekali, benar, ini bukanlah urusanmu.

Aku tidak bisa bilang. "Itulah mengapa aku ingin mati," tetapi aku ingin orang ini mendengarku, jadi aku bilang sebanyak yang bisa aku keluarkan.

Aah, sekarang aku mengerti mengapa aku iri (cemburu) ketika A-kun dan dia mengobrol. Aku akhirnya menyadari itu. Mereka berdua pasti orang-orang yang bisa menilai orang lain untuk diri mereka masing-masing.

Mereka adalah orang-orang yang menempatkan penilaian sumbu nilai pada diri mereka sendiri. Mereka adalah orang-orang yang bisa menempatkan nilai pada diri mereka sendiri.

Itulah mengapa, sampai kami mengobrol hari ini, aku mengira bahwa Mochizuki-senpai adalah senpai yang aneh. Aku kira dia sedikit keluar dari jalur, dan aku tidak ingin seperti itu.

Itulah mengapa aku mengalami masalah dalam menanyakan A-kun tentang sebuah konfirmasi. Aku merasa sedikit bersalah, makanya aku berbisik.

Ada banyak rumor, sih. Hal-hal itu tidak berarti apa-apa bagiku.

Itu hanyalah sebuah cerita yang kamu dengar dari seseorang yang tidak kamu sukai. Itu adalah kata-kata yang tidak layak untuk dipercaya.

Tetapi A-kun bilang bahwa Senpai adalah orang yang baik, seolah-olah tidak ada yang penting. Mochizuki-senpai juga berpikir bahwa kehidupanku yang penuh kebohongan dengan cara ini.

Aku iri (cemburu) dengan kalian berdua.

Aku frustrasi sehingga aku tidak bisa hidup lagi, berpikir bahwa dunia kecilku adalah semua yang ada.

Aah, aku bukanlah tipe orang yang layak untuk dipikirkan begini oleh kalian berdua. Aku adalah tipe orang yang bertahan dari kepura-puraan lemah dan membutuhkan.

Karena aku merasa seperti diberi tahu bahwa tidak masalah untuk tetap di sini selama selama aku menjadi apa yang semestinya. Sebelum aku mengetahui itu, aku tidak berpikir bahwa ada seorangpun yang akan mencintaiku karena siapa diriku sebenarnya.

Aku tidak bisa kembali saat ini.

Aku tidak mencintai siapapun dan aku tidak mempercayai siapapun dan juga aku benci sendirian. Meskipun A-kun bilang bahwa aku pekerja keras dan kuat, aku masih terlalu lemah untuk meminta bantuan.

–––Aku tidak ingin menjadi 'sempurna', aku hanya ingin sesuatu yang nyata seperti kalian berdua. Aku hanya ingin hal yang aku bisa bergantung padanya, seorang yang spesial.

"Ahhh, maafkan aku ya? Aku lupa kalau terkadang aku bicara terlalu banyak, jadi aku berakhir dengan memberikanmu beberapa saran yang sombong. Maksudku, bahkan aku sangat kesakitan kala itu."

Sebelum aku mengetahuinya, air mata berjatuhan ke pipiku. Perasaanku hancur. Meskipun aku tidak ingin menyebabkan masalah pada siapapun. Terutama Mochizuki-senpai, aku tidak ingin menyebabkan masalah apapun padanya.

Meskipun aku yang terburuk dalam hal itu, Mochizuki-senpai dengan tulus menyeka air mataku dengan tangannya.

"Aku harap kamu akan bisa tersenyum dan membicarakannya suatu hari. 'Itu benar-benar masa sulit bagiku pada saat itu!' seperti itu."

Pada saat itu, aku tiba-tiba melihat manset pada jaket bertudungnya (hoodie), bahwa Mochizuki-senpai memiliki potongan yang tak terhingga di pergelangan tangannya.

Sampai sekarang, aku tidak menyadarinya bahkan sedikit. Itu jauh dari gambaran Mochizuki-senpai. Menyaksikan dari kejauhan, Mochizuki-senpai tampaknya bersenang-senang, dan aku tidak bisa membayangkan alasan apapun baginya untuk memotong pergelangan tangannya. Dari awal, aku bahkan tidak pernah memikirkan tentang itu.

Akulah yang terburuk. Aku sama seperti orang lain, iya kan?

Aku tidak berbeda dari orang-orang yang selalu aku kira menjijikkan, orang-orang yang membuat asumsi dari kejauhan berdasarkan penampilan dan rumor, dan melukiskan gambaran mereka sendiri sebagai 'spesial' atau 'sempurna'.

Aku kecewa secara mendalam pada diriku sendiri karena hanya melihat apa yang ingin aku lihat dan karena berbohong untuk melihat gambaran aslinya.

Aku bukanlah satu-satunya orang yang ingin mati. Aku tidak merasa bahwa aku adalah orang yang paling tidak bahagia di dunia ini. Tetapi orang lain yang menjalani hidup mereka seolah-olah itu persoalan biasa, jadi entah mengapa aku mampu melihat diriku sendiri.

"Aku harap kamu bisa menemukan seseorang yang mudah untuk bersama. Aku akan merekomendasikan Kouhai-kun. Ia sedikit ceroboh, tetapi aku menjamin padamu kalau ia adalah cowok yang baik."

"...Aku tahu itu."

"Aha. Kalau begitu aku senang. Mungkin lain kali kalian datang ke sini, kamu bisa datang sebagai kekasihnya!"

Senpai tertawa dan menjulurkan lidahnya.

"Maafkan aku. Aku rasa itu mustahil."

Aku menjawab secara langsung. Aku menghancurkan bungkus taiyaki di tanganku.

Tanganku sakit karena penghancuran yang memaksa.

"Aku tidak hebat dalam menjanjikan sesuatu."

Alasan mengapa aku membuat janji dengan A-kun adalah karena ia mengancamku. Aku tidak tahu apakah aku bahkan mampu untuk memenuhi janji itu, dan aku menghabiskan hari-hariku dalam situasi yang genting sehingga aku menyesal membuat janji, tetapi aku tidak bisa membuat janji lagi.

Aku mencoba untuk tidak membuat janji yang tidak bisa aku penuhi.

–––Lagipula, aku akan meninggal Senin depan. (TL Note: Nih masih aja pengen mati.)

Aku tidak tahu mengapa aku tidak bisa mengatakannya dengan sangat jelas.

Aku tidak tahu mengapa aku tidak bisa mengatakan bahwa aku tidak menyukai A-kun dan bahwa tidak mungkin kami akan menjadi kekasih.

"Aku mengerti~~. Iya, pada dasarnya aku selalu di sini, kamu tahu. Karena aku mengerjakan banyak sif. Aku harus menghasilkan uang selama liburan musim panas, kamu tahu!"

Mochizuki-senpai tersenyum dengan cerah seolah-olah untuk meledakkan suasana.

Mengambil kesempatan dari itu, aku tersenyum sedikit dan membuang sampah ke tempat sampah.

Kemudian aku berjalan menuju taman di mana A-kun sedang menunggu.

Pemikiranku kembali. Aku mulai memikirkan lagi tentang apa yang telah aku pikirkan sebelumnya.

Aku tidak tahu apa alasannya, dan aku tidak berniat untuk mencari tahu, tetapi aku merasa nyaman bersamanya. Tetapi di saat yang sama, aku merasakan perasaan yang asing.

Dan di atas semua itu.

"Aku tidak ingin semakin dekat dengan A-kun."

Aku bergumam pada diriku sendiri, dan suaraku menggema di jalanan yang diterangi oleh matahari terbenam.

Aku tidak dapat menunggu selama sepekan untuk berakhir. Aku tidak ingin bersamanya lebih lama lagi. Aku tidak ingin terbawa oleh kecepatan yang bisa dimengerti itu lebih lama lagi. Karena itu akan menghancurkan rasa nilaiku. Karena aku merasa seperti aku akan jatuh cinta pada diriku sendiri.

Kamu adalah orang yang baik sehingga aku bisa mengetahuinya dalam tiga hari. Kamu benar-benar orang yang baik. Aku mulai mengerti itu.

Aku mengambil tiket komuter yang menempel dengan tasku di bahuku dan secara perlahan menemukan bagian atas dari itu.

Di dalamnya terdapat perban yang telah A-kun pasangkan padaku hari itu. Ada juga secarik kertas yang mana aku telah mencatat dengan hati-hati nomor telepon yang telah kamu berikan padaku.

Aku sudah mengingat nomor itu karena aku menatapnya berkali-kali di malam tanpa tidur, tetapi karena beberapa alasan, aku ingin memeriksanya, jadi aku dengan hati-hati mengeluarkan kertas itu dari tas komuterku.

"Tolong jangan jadi tambah 'spesial' bagiku, lebih dari kamu yang sekarang."


←Sebelumnya              Daftar Isi             Selanjutnya→


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama