Bab 6
Kelompok Belajar Jarak Nol dengan Gadis Paling Cantik
Seperti yang aku bilang bahwa ketika aku melepas sepatuku di pintu masuk marmer, Mitsumine tertawa terbahak-bahak.
"Kamu sangat tegak. Hanya aku satu-satunya orang di sini, jadi kamu tidak perlu khawatir tentang itu."
Tidak tidak tidak tidak. Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, aku pastinya harus mengkhawatirkan itu.
Tidak bagaimana kamu melakukannya, aku akan jadi gugup karena tidak ada siapapun selain kamu di sini, tetapi mengapa kamu tidak menyadari itu?
Apa-apaan sih yang kamu pikirkan tentangku, apakah kamu benar-benar berpikir bahwa aku dapat menjaga ketenanganku setelah diundang ke rumah seorang gadis, yang bukan cuma gadis paling cantik di sekolah, tetapi gadis paling cantik di seluruh prefektur!?!? Apa kamu benar-benar memikirkan itu??
Tidak ada santo (orang alim) seperti ini di dunia ini!!
"Ahh, duduk saja di tempat yang tepat. Aku akan mengambil beberapa minuman."
"Ah, iya!"
Aku menjawab dengan lompatan pada suara Mitsumine, dan tidak tahu harus duduk di mana di ruangan yang beraroma harum. Aku mulai berkeliaran dengan gelisah.
Bagi kalian yang sekarang sedang berpikir, 'Tidak, bukankah ini aneh, ada apa dengan perkembangan ini?' Akulah yang pertama kali berpikir begitu. Tolong bantu aku. Aku begitu gugup sehingga aku sedang bicara dengan orang-orang khayalan.
Iya, itu benar. Itu semua dimulai dengan percakapan yang aku miliki saat perjalanan pulangku kemarin.
"Baru-baru ini, bukankah tes matematika semakin sulit? Aku tidak peduli dengan X lagi..."
"A-kun, apakah kamu buruk dalam matematika?"
"Aku memang begitu. Sederhananya, peringkat matematika itu setelah tomat."
"Bisakah kamu tidak mengatakan informasi tentang dirimu dengan aneh selama pembicaraanmu? Aku tidak tahu kalau A-kun membenci tomat. Tidak mungkin aku akan paham... Hmm, tetapi bahkan begitu kamu harus tetap melakukan yang terbaik nanti. Ada tes pekan depan, bukan?"
"...Tes pekan depan??"
Ehh, benarkah. Ini adalah kali pertamaku mendengar sesuatu seperti itu.
"Mereka mengatakannya pada pertemuan hari ini. Siswa-siswi humaniora akan memasuki periode peningkatan matematika, jadi akan ada kuis untuk hasil keseluruhan kita."
"...A-Aku rasa kita tidak benar-benar membutuhkan itu..."
"Kita pasti butuh. Aku dengar bahwa jika nilaimu kurang dari setengah rata-rata, kamu bisa mendapatkan nilai jeblok dan kamu harus mengerjakan ujian tambahan."
Aku akan jujur pada kalian (kamu). Aku tertidur, berpikir bahwa itu adalah kisah lain yang tidak penting pula. Aku tertidur lelap.
"Semua sudah berakhir bagiku, aku tidak punya pilihan lain selain mengambil ujian tambahan itu."
"Kamu menyerah terlalu awal. Kamu masih punya satu pekan untuk persiapan jadi jangan menyerah sekarang."
"Tetapi siapa yang akan membantuku ketika aku sangat lemah dalam angka........."
"Itu, em, kamu bisa meminta seseorang yang jago matematika untuk membantumu. Kamu juga bisa meminta seseorang yang peduli dan memiliki rasa tanggung jawab."
"Tidak banyak orang seperti it–––Haa!"
Bukankah ini semua tentang Mitsumine dari atas sampai bawah?
".......Apa, mengapa kamu menatapku dengan sangat berharap? Aku punya firasat buruk tentang ini."
"Mitsumine-paisen! Mari kita buat kelompok belajar, kelompok belajar!!"
"Ahh, Aku tahu itu, ini pasti akan terjadi..."
Mitsumine terdiam sejenak dan menghela napas, tampak seolah-olah dia telah menelan sesuatu yang pahit. Tetapi mungkin ini adalah kesempatan bagi kami untuk bertemu besok, ketika sedang libur sekolah.
"Em, kamu tahu? Bahkan aku memiliki urusanku sendiri–––"
"Jadi apakah kamu punya rencana besok?"
"Besok!? Ten-tentu saja... tetapi."
"Seperti apa?"
"Kamu tahu, seperti, em..."
Maaf, tetapi itu terdengar seperti tidak ada??
Baiklah, aku tidak bisa membiarkan kesempatan emas ini lewat begitu saja. Aku mulai memohon dengan panik pada Mitsumine, yang sedang menatap sekeliling dengan gelisah sambil bergumam, "Se-seperti berbelanja?"
"Itu sesuatu yang bisa kamu lakukan di pagi hari sih!! Hei, bisakah kamu cuma pergi berbelanja di siang hari!?"
"........"
"Ahhh, aku akan mentraktirmu makan siang. Aku tahu restoran yang menyajikan beberapa omurice yang lezat!!" (TL English Note: Omurice = nasi goreng omelet.)
Mitsumine memalingkan diri dariku, yang mulai bertingkah seperti anak kecil. Tetapi setelah sedikit terganggu, dia berbalik arah dan bergumam dengan suara yang kecil.
"....ilang."
"Eh?"
".......Aku kan sudah bilang, aku sudah setuju sejak beberapa waktu yang lalu!"
Tampaknya, dia baik-baik saja dengan itu. Dia benar-benar orang yang luar biasa berhati lembut, iya kan?
"Bagaimana kalau jam 10:00?"
"Itu tidak masalah. Kamu ingin bertemu di mana?"
"Kita akan bertemu di stasiun biasa. Ada restoran keluarga di dekat sana di mana kita bisa menetap lebih lama."
"Dimengerti. Kalau begitu, bawa buku paket dan buku catatanmu."
"Iya, Mitsumine-paisen!"
Jadi, kami bertemu di stasiun pada pukul 10:00 dengan semangat yang luar biasa. Namun restoran keluarga terdekat sudah ramai sehingga kami tidak dapat masuk, kami ditegur karena berisik di perpustakaan, dan kafe yang kami andalkan sebagai jaminan ditutup sementara.
Sampai Mitsumine menyarankan, "Orang tuaku sedang di luar karena kunjungan bisnis, jadi kita bisa pergi ke rumahku."
Awalnya, aku pergi ke rumah Mitsumine dengan penuh tenaga dan semangat, tetapi setiap kali dia mengatakan sesuatu seperti, "Kita hampir sampai," aku jadi tambah dan semakin gugup, dan ketika kami ke rumahnya, yang mana itu jelas sekali kondominium bertingkat tinggi kelas atas. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Dan kemudian, ketika aku akhirnya memasuki kamarnya. Ada aroma wangi yang samar-samar, dan hanya ada kami berdua saja––.
"Hah, kamu masih berdiri di sana."
"Haii!?"
"Ahaha, ada apa dengan suara itu? Aku mengambil beberapa teh untukmu, jadi kamu bisa duduk di bantal duduk ini, di sini."
"O-oke. Terima kasih banyak."
"Kalau begitu, keluarkan buku paketmu. Asal tahu saja ya, aku akan sangat tegas, oke?"
Ahh, ini tidak bagus. Bahkan napasku menjadi sesak. Bagaimana aku bisa fokus belajar? Mana mungkin! Tidak mungkin! Secara harfiah tidak mungkin!
––Adalah apa yang aku pikirkan tentang diriku tetapi.
"Tidak, A-kun, X ini hilang di sini jadi..."
"Mengapa!?"
"Apa maksudmu mengapa!? Itulah sebagaimana mestinya!!"
"Haa!? Pernahkah kamu memikirkan tentang bagaimana yang X rasakan ketika dia dihapus di sini? Katakan saja, bahkan kamu ingin mengubah yang mustahil menjadi mungkin, bukan!? Apakah ini hanyalah setengah dari yang kamu rencanakan?"
"Jika kamu memiliki waktu untuk memikirkan tentang perasaan X, aku ingin kamu juga memikirkan tentang perasaanku ketika aku mengajari A-kun matematika sambil mengatakan hal-hal tidak bisa dipahami kamu tahu!?"
"Tetapi X itu..."
"Bisakah kamu diam sekarang!! Matematika itu bukanlah sesuatu yang bisa kamu selesaikan dengan kekuatan perasaanmu!!"
Tidak, aku sudah kehabisan konsentrasi. Aku berusaha sangat keras untuk berkonsentrasi. Matematika itu terlalu tidak bisa dipahami.
Aku tidak tahu apakah aku bisa menyebut ini berkah yang tersembunyi, aku tidak ingin menyebut ini begitu sama sekali, tetapi ini sudah dua jam sejak aku memikirkan tentang X.
Jujur saja, pada awalnya aku hanya menggunakan kelompok belajar ini sebagai alasan, tetapi ketika aku melihat Mitsumine mengajariku dengan sungguh-sungguh, aku semakin merasa bahwa aku harus melakukan yang terbaik juga.
Aku ingin menjadi alasan untuk Mitsumine agar tidak bunuh diri.
Dengan tujuan untuk melakukan itu, aku harus berusaha agar mampu berdiri sejajar dengan Mitsumine.
Aku tidak bisa tiba-tiba menyatakan impian fiksiku tentang mendapatkan posisi pertama di seluruh nilai untuk tes berikutnya, tetapi setidaknya yang bisa aku lakukan adalah berada di atas nilai rata-rata untuk tes matematika pekan depan.
Ini adalah pertama kalinya aku kepikiran hal semacam ini sejak aku mulai masuk sekolah, ketika aku mulai membandingkan diriku dengan orang lain dan mulai menyerahkan segalanya sedikit demi sedikit.
Hanya ketika aku mulai berubah sedikit demi sedikit, aku juga berharap Mitsumine mampu berubah setelah bertemu denganku, bahkan jika itu hanya sedikit saja.
"...Apa?"
Saat aku memikirkan tentang ini sambil menatap ke sosok Mitsumine saat dia sedang menyelesaikan persamaan, Mitsumine tiba-tiba berbalik ke arahku.
"......"
Karena hal ini, tiba-tiba, mata kami bertatapan. Aku sudah begitu fokus dengan belajarku sehingga aku tidak menyadari betapa dekatnya jarak kami, dan panas naik ke telingaku. Mitsumine memiringkan kepalanya dan menyelipkan sehelai rambut di belakang telinganya dan tersenyum. Pupil di matanya yang seperti mata kucing besar menyipit secara vertikal sebentar, seperti kucing asli.
Menakutkan. Aku takut dia akan melihat menembus semua perasaanku, bahkan yang belum aku sadari sendiri. Dan aku takut karena jika itu terjadi, kami mungkin tidak akan mampu tetap berada di hubungan ini lagi.
Berusaha mati-matian untuk menyembunyikan pemikiran-pemikiran ini, aku tersenyum kembali dan kemudian Mitsumine––
"Ahhh, aku mengerti. Kamu lapar, bukan?"
"Eh."
Dia tersenyum nakal, dan mulai menyengir dengan dagunya menempel dengan tangannya. Saat aku menatap sosoknya dengan kosong, Mitsumine, seolah-olah memahami sesuatu dari ekspresi bodohku, bangkit dan bertanya, "Aku akan membuatkan makan siang, apakah kamu tidak apa-apa dengan omurice?"
Eh, eh, eehh?
"Ehhh!? Buatan tangan!? Oleh Mitsumine!?"
"Kita sudah ada di rumahku, dan restoran omurice yang A-kun bilang itu sangat jauh dari sini. Pergi sejauh itu melelahkan, jadi aku akan membuatnya sendiri saja."
?? Pastinya tidak? Apakah tidak apa-apa sesuatu sehebat ini ada di dunia ini? Tuhan??
"Ah, jika kamu tidak mau––"
"Tidak, itu bukan seperti itu. Aku benar-benar mau memakannya. Aku akan memakannya bahkan jika aku harus membayarnya dengan nyawaku."
"Aku mengerti. Kalau begitu tidak masalah."
Kata Mitsumine, tampak putus asa dengan kekuatanku, tetapi ekspresinya belum terasa seperti dia puas sama sekali. Kemudian dia memberi tahuku untuk menunggu dan meninggalkan ruangan.
"Tunggu, aku akan membantumu!!"
"Ehh, untuk kabur dari matematika?"
"Tidak, Mitsumine sudah banyak membantuku, jadi aku pikir aku akan membalas budi. Aku akan bekerja sebagai tangan dan kakimu! Biarkan aku berguna!"
"...Ahahaha. Ada apa dengan itu? Kalau begitu aku rasa aku hanya harus membuatmu bekerja keras~~"
Kemudian kami mengenakan celemek kami dan mulai membuat omurice.
Ngomong-ngomong, penampilan Mitsumine mengenakan celemek itu err, kalian tahu lah, em, iya, 'sangat cantik' sehingga kosakataku belum cukup.
Aah, aku apakah aku dapat mengambil satu saja foto saat dia begitu.
"A-kun, pecahkan dan aduk telur itu!"
"Yes, my Lord!" (TL English Note: Pake Engrish/Japanglish.)
Iya. Aku kerjakan. Aku kerjakan, oke.
Aku melakukan tugas itu, ketika Mitsumine lanjut memasak dengan terampil. Pembagian kerjanya memang bagus, dan dalam beberapa menit, dua omurice yang sangat enak siap disajikan. Tentu saja, kami tidak lupa menggambar hiasan saus tomat di atasnya.
"Jadi yang ini punya Mitsumine, dan yang ini punyaku!"
"...Apaan 'TMA' ini?"
" 'Terima kasih, Mitsumine, Aku cinta kamu.' "
"Ngomong-ngomong, apa makhluk yang seperti alien di akhir itu?"
"Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, itu pastinya seekor kucing sih??"
"........Haa."
"Hei, tunggu, berhenti mengeluh dengan serius seperti itu."
Aku dapat nilai empat dalam seni saat SMP, karena menangis dengan keras. Aku belum pernah dapat nilai lima sih.
Aku buru-buru menghentikan Mitsumine, yang sudah menyerah dengan alasanku yang putus asa dan mulai menyantap omurice-nya.
"Pelanggan yang terhormat, ini masih belum selesai."
"Ini masih belum selesai!?"
"Sihirnya masih belum datang, kamu tahu!?"
"Tidak, tetapi yang membuatnya kan aku sih!?"
"Iya, aku akan merapal mantra! Dengan penuh cinta––! Jadilah lezat~! Kamu juga, Mitsumine!" (TL English Note: 'Moe Moe Kyun', tetapi tanpa 'Moe Moe Kyun' dan hanya bagian pertamanya aja.)
"Ahhh, dih! Jadilah, lezat~!"
"Dan sekarang ini sudah jadi lezat~~. Selamat makan."
"........Selamat makan."
Aku menyaksikan saat Mitsumine dengan canggungnya memasukkan omurice ke mulutnya.
"Ehh, lezat!"
Itu lezat. Jujur saja, itu mungkin lebih enak dari restoran omurice yang aku rencanakan untuk datang hari ini. Aku tidak menyangka kesempurnaan Mitsumine itu bahkan menjangkau masakannya juga.
"Mitsumine bisa memasak dengan cukup baik, ya?"
"...Daripada 'baik', jika aku tidak dapat memasak atau melakukan pekerjaan rumah tangga, mereka berdua tidak dapat hanya meninggalkan di rumah sendirian tanpa khawatir, iya kan?"
"Siapa yang kamu maksud dengan 'mereka berdua'?"
"Orang tuaku. Orang tuaku bekerja sangat keras sehingga mereka sering sangat sibuk. Mereka sering pergi jauh karena kunjungan bisnis seperti hari ini, jadi aku harus memastikan bahwa aku bisa bertahan hidup sendiri setidaknya."
Setelah mengatakan itu, Mitsumine melahap sesuap besar omurice dan mulai mengunyahnya. Melihat keadaannya, aku tidak dapat menjadi satu-satunya yang berpikir bahwa dia hanya memasang tampang berani.
"Mitsumine, kamu juga siswi teladan di rumah."
"...Apa, kamu mengolok-olokku ya?"
"Tidak, aku menghargai itu dan aku rasa itu adalah kualitas yang bagus. Maksudku, kamu hanya melakukan itu karena kamu sayang orang tuamu dan mengkhawatirkan mereka, bukan?"
"~~~Di-diamlah!"
Aku rasa reaksinya mengatakan itu semua, tetapi seolah-olah dia mencoba untuk menyembunyikan rasa malunya, Mitsumine mulai memakan omurice-nya dengan lebih cepat.
Oi, apakah kamu baik-baik saja? Kamu tampak seperti seekor tupai, meskipun itu sangat menggemaskan.
"Kamu benar-benar tidak harus menjadi gadis yang baik sepanjang waktu, kamu tahu. Jika kamu kelelahan, orang tuamu akhirnya akan mengkhawatirkanmu."
".......Tetapi orang tuaku menyukaiku lebih baik jika begitu. Jika aku mengatakan hal-hal yang egois, mereka mungkin akan mulai membenciku. Aku harus mampu mengerjakan segala hal sendiri."
"Begitu ya? Baiklah, itu pilihanmu."
Itu pilihanmu, tetapi itu juga pilihanku bagiku untuk ikut campur dalam urusanmu yang berantakan seperti ini.
"Bukankah baik-baik saja untuk mengatakan bahwa kamu kesepian ketika kamu kesepian? Lagipula, bukankah kamu menyetujui saran kelompok belajarku karena kamu akan kesepian hari ini?"
"~~HA!? Itu bukan seperti itu!? Itu juga bukan urusanmu!"
Mitsumine kemudian melahap gigitan terakhir pada makanannya, berteriak "Terima kasih atas makanannya." dan berjalan menuju dapur. Kemudian, seolah-olah dia telah sepenuhnya berubah menjadi robot, dia mulai mencuci piring tanpa emosi.
Aku tanpa sadar menatap sosoknya sambil mengunyah omurice-ku.
Seorang gadis sempurna yang bisa melakukan pekerjaan rumah, memasak, dan belajar. Memang mudah menuangkannya ke dalam kata-kata, tetapi ketika aku mengumpulkan apa yang Mitsumine katakan, itu tidak mudah sama sekali.
(Jika demikian, kalau begitu aku juga tidak seharusnya menyerah hanya karena tes matematika, ya...)
"Benar!"
Aku akan melakukan yang terbaik selama Mitsumine bersedia belajar bersamaku.
"Mitsumine, aku akan membantumu bersih-bersih!"
Aku menyelesaikan gigitan terakhir dari makananku, bangkit dari tempat dudukku dan menuju ke arah Mitsumine.
Aku harap aku bisa meringankan bebannya, sedikit demi sedikit, meskipun itu hanya secuil.
Jika saja, aku bisa sedikit lebih dekat dengan rasa sakitnya.
←Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya→