Bab 43Gadis Tercantik dan Minuman Klasik
Tepat ketika aku berpikir aku akhirnya terbiasa dengan rasanya berpegangan tangan, kami pergi ke depan barisan dan datang ke kotak uang, jadi aku melepaskannya.
Kehangatan di telapak tanganku menghilang, dan aku merasa sedikit kesepian di udara yang dingin.
♦♦♦
[Apa yang kamu harapkan?]
Setelah menuntaskan kunjungan kami dan pergi, aku jadi penasaran dan bertanya.
Tampang berdoanya, dengan mata tertutup dengan pandangan pandangan ke samping, sudah sangat cukup untuk membuatnya terasa seperti aku akan terpikat tanpa berpikir.
Aku mengingat dia berdoa dengan sedemikian rupa dan menjadi tertarik.
[Tentu saja, ini tentang buku, "Aku harap aku akan mendapatkan buku yang bagus.".]
[Aku mengerti.]
Aku memiliki firasat kalau begitulah yang dia harapkan, tetapi cukup yakin, kalau harapannya yang berkaitan dengan buku membuat wajahku tersenyum.
Memang menyenangkan itu benar-benar terasa seperti dirinya.
[Buatlah harapan yang lebih normal.]
[Bukankah itu tidak masalah?! Ngomong-ngomong, apa yang aku harapkan?]
[Tentu saja itu tentang buku. Aku harap aku bisa mendapatkan sesi tanda tangan dengan pengarang favoritku.] (TL Note: Lu juga sama aja Bambang, hehe.)
[Bukankah itu sama saja sepertiku...]
Dia menatapku dengan ekspresi yang agak tercengang dan memberikanku helaan napas. [Bisa-bisanya kamu bilang begitu padaku denganku ketika kamu juga berharap begitu.] dia memiliki tatapan seperti itu. Aku memutuskan untuk mengabaikan itu dan mengangkat bahuku.
[Baiklah kalau begitu, mari kita mencari keberuntungan.]
Aku memutuskan untuk mencari keberuntungan standar setelah ini, dan mengulurkan tanganku padanya.
Itu kurang ramai dari yang baru saja kami lalui, tetapi itu masih ramai dan kami mungkin akan terpisah lagi.
Itulah apa yang aku maksud ketika aku mengulurkan tanganku, tetapi dia diam di tempat dan berkedip.
Dia menatap ke bawah ke arah tanganku dengan pipinya yang agak memerah, mengulurkan tangannya ke tanganku.
Kali ini, aku berjalan dengan laju yang lambat dan hati-hati. Sekali-kali aku akan memeriksanya, dan dia akan memalingkan kepalanya sedikit dan menatap ke tangan yang aku pegang.
Aku menuju ke tempat tujuan kami sambil mencocokkan kecepatan berjalanku.
[Em, tunggu sebentar.]
[Ada apa?]
Kami sedang berada dalam perjalanan kami ketika dia berhenti dan aku berpaling padanya.
[Aku ingin minum itu.]
Di dalam arah yang dia tunjuk, ada orang-orang yang membagikan amazake dan oshiruko.
(TL English Note: Silakan lihat penjelasannya di laman Wikipedia, amazake dan shiruko.)
Ini terasa sedikit dingin dan aku pikir segelas minuman hangat seharusnya bisa sedikit membantu, jadi aku berkata [Oke.] dan menuju ke atas ke tempat yang dia tunjuk.
Ketika kami telah sampai, dia mulai memikirkan, bertanya-tanya yang mana yang akan dia beli.
Lagipula dia sepertinya menyukai manisan, dan membandingkan keduanya dengan kilauan di kedua matanya.
Memang agak lucu untuk melihatnya memikirkan tentang yang mana yang akan dia beli, dan aku ingin melihatnya lebih lama, tetapi aku tidak bisa membuat orang lain menunggu, jadi aku memutuskan untuk memesan keduanya.
[Segelas amazake dan segelas oshiruko, tolong.]
Paman itu mengisi cangkir kertas dan memberikan kami beberapa amazake dan oshiruko.
Aku memegangnya hanya cukup untuk tidak menghancurkannya dan merasakan sensasi kehangatan di telapak tanganku.
[...Terima kasih.]
Dia sepertinya menyadari maksudku bahwa kami dapat menikmati keduanya jika saling bertukaran keduanya, lalu dia membungkuk dan berterima kasih padaku.
Aku menghargai kalau dia hanya bisa berterima kasih dengan cara seperti ini.
Kami pergi ke pinggir jalanan dan menyesap amazake yang aku beli.
Rasa manis dan kekayaan akan rasa meresap ke dalam tubuhku, dan aku menghela napas selagi aku merasakan sedikit kehangatan di perutku.
Aku meliriknya dan melihat bahwa dia sedang minum seperti seekor kucing. (TL English Note: mungkin minum dengan menjulurkan lidahnya.)
Ketika dia akhirnya meminumnya, matanya menyipit bahagia dan mulutnya rileks dan menghela napas, seperti yang aku lakukan.
[Apakah itu enak?]
[Iya, bagaimana dengan yang satu ini?]
[Iya, ini enak, mau coba?]
Aku sebenarnya membeli salah satu dari keduanya jadi kami bisa saling bertukaran. Aku menawarkan itu padanya, berpikir kalau dia juga akan bersedia untuk melakukan hal yang sama, tetapi dia terdiam dan menatapku sambil mengedipkan mata beberapa kali.
Ketika aku menarik kembali amazake itu, berpikir kalau dia tidak mau itu, dia buru-buru menerimanya.
[Te-Terima kasih.]
[Iya.] (TL English Note: Di sini tertulis sebagai "あいよ" (aiyo), tetapi karena belum ada terjemahan yang pasti, aku menaruh Yea (iya) sebagai konfirmasi, sebagai gantinya.)
Aku pikir dia akan segera meminumnya, tetapi karena beberapa alasan, dia terdiam lagi seolah-olah dia ragu-ragu.
Pipinya memerah dan dia melirikku untuk melihat apa yang sedang aku lakukan.
[Ada apa?]
Aku melihat kembali ke arahnya, tidak memahami ada apa, dia perlahan-lahan menurunkan tatapannya dan memalingkan kepalanya lagi.
[Itu... tidak ada apa-apa.]
Dia menutup mulutnya dan minum dari cangkir seolah-olah mengubah pikirannya. Saat dia melakukan itu, pipinya bahkan lebih memerah lagi.
[Bagaimana rasanya?]
[Oh, ini enak...]
Dia mengatakannya dengan nada tinggi dan berbalik arah.
[Berikan aku yang itu juga.]
[Eh!?]
Dia melihat ke atas dengar suara terkejut. Matanya terbuka lebar dan menatap mataku.
[Jika kamu tidak mau, maka tidak apa-apa...]
Aku tidak mengharapkannya begitu bimbang dan aku sedikit dikejutkan oleh reaksinya. Aku ingin mencoba oshiruko itu juga tetapi...
[Ti-Tidak, i-itu tidak masalah. Si-Silakan.]
Ketika aku terkejut, dia memberikanku oshiruko yang dia pegang itu.
Saat dia memberikannya padaku, aku menyesap dan memperhatikan dia sedang menatapku, dan pipinya memerah.
[Ada apa?]
[...Tidak ada apa-apa.]
Aku khawatir melakukan sesuatu yang salah, jadi aku bertanya padanya tetapi dia berpaling. Aku menyesap, penasaran apa yang terjadi dengannya.
←Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya→