Tomodachi no Imouto ga Ore ni Dake Uzai [Light Novel] - Jilid 2 Epilog 1 - Lintas Ninja Translation

[Peringatan 15+ Ke Atas!]

Epilog 1
Rapat dengan CEO

baca-imouza-jilid-2-epilog-1-bahasa-indonesia-di-Lintas-Ninja-Translation

Kehidupan itu bagaikan gim video. Pertarungan melawan bos dan penjelajahan di penjara bawah tanah yang sulit sering kali memberikan hadiah. Sesuatu yang bagus terjadi. Meskipun kehidupan tidak selalu berjalan sebaik gim video, kerja keras sering kali dihargai dengan sesuatu yang bagus. Jadi, saat Tsukinomori-san mengundangku buat makan malam bersama beliau, aku berharap ada kabar baik soal masa depan Aliansi Lantai 05.

Penampilan kami di putaran pertama Pekan Drama Nasional telah datang dan pergi, dan sekarang sudah malam. Ekskul Drama dan anggota Aliansi sudah tidak sabar buat mengadakan Pesta Pembubaran Pertunjukan, tetapi aku pamit saat CEO menghubungiku. Iroha bilang kalau aku sedang jadi selimut basah (dalam istilah yang lebih kuat), tetapi apa yang dapat aku lakukan? Kalian bisa saja mengundangku ke pesta terbaik di dunia, tetapi kalau CEO Honeyplace Works bilang kalau beliau mau berbicara denganku, aku akan datang.

Aku berlari menuju restoran, karena aku tahu persis bagaimana perasaan Ayah saat Ayah mesti menempatkan pekerjaan di atas keluarga. Kami telah sepakat buat ketemuan di sebuah restoran piring panas berkelas yang mengkhususkan diri pada daging-daging berkualitas.

"Mestinya ada pemesanan atas nama Tsukinomori dari Honeyplace Works," kataku saat aku tiba.

"Ah, iya. Sudah ada seseorang di sini buat pemesanan itu. Silakan ikuti saya." Sang penyambut memanduku memasuki restoran yang bertemakan taman Jepang. Ada ornamen bambu, lentera yang digantung, dan air mancur dengan bambu yang ditancapkan.

"Lewat sini, Tuan."

"Terima kasih."

Pramusaji itu membukakan pintu tipis buatku dan aku melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan pribadi.

"Hai, Akiteru-kun! Maaf atas pemberitahuan singkatnya!"

Itulah Paman: Pria paruh baya tampan yang menggenggam semua harapan dan cita-citaku di tangan beliau. Salah satu tangan Paman melambaikan tangan dengan ramah. Paman punya kumis yang berkelas, dan meskipun pakaian Paman tampak sederhana, siapapun yang tahu pasti tahu betapa mahalnya setelan jas yang Paman kenakan.

Inilah Tsukinomori Makoto-san: Pamanku, dan Ayah dari Mashiro. Paman juga salah satu CEO terkemuka di Jepang, Pimpinan Honeyplace Works, sebuah perusahaan hiburan yang sangat besar. Aku tampak serendah mungkin saat duduk di hadapan Paman.

"Tidak sama sekali. Kami anak SMA punya banyak waktu. Jadi apa yang mau Paman bicarakan denganku?"

"Tidak ada yang khusus, Nak, Paman cuma mau tahu bagaimana keadaan Mashiro."

"A-Apa 'keadaan' yang Paman maksud?"

S*alan!

Paman membuatku lengah dan aku memberikan respons dengan segala keanggunan sebuah truk sampah yang sedang mundur tanpa ban. Maksudku, kalian juga akan melakukan hal yang sama, bukan? Menurutku aku telah menuntaskan seluruh situasi Mashiro, belum lagi masalah Ekskul Drama hari ini, jadi kewaspadaanku sangat rendah saat Paman melontarkan topik rumit itu padaku.

"Paman bicara soal hubungan palsu kalian, tentu saja! Kamu tidak akan bilang pada Paman kalau kalian benar-benar pacaran, bukan?"

"Ten-Tentu saja tidak! Apa aku tampak kayak tipe cowok yang membuang-buang waktu buat cinta-cintaan?"

"Mungkin tidak, tetapi semua orang punya keinginan. Kalau Mashiro melompat ke arahmu, kamu tidak akan dapat menolaknya, bukan?"

"A-Aku benar-benar akan menolaknya!"

"Apa?! Apa kamu bilang putri Paman tidak punya daya tarik cocok tanam?!"

"Oke, apa yang Paman mau aku bilang?!"

Kalau Paman akan mendapatkan luka ini soal hal itu, aku mungkin juga akan bocorkan segalanya.

"Benar, sebenarnya, Mashiro jatuh cinta padaku dan lalu banyak hal yang terjadi dan akhirnya aku mengajaknya makan malam di restoran kelas atas agar aku dapat menolaknya. Tetapi lalu Mashiro bilang kalau dia tidak akan menyerah dan sekarang dia mencoba membuatku jatuh cinta padanya di setiap kesempatan dan—"

Mungkin akan sulit buat menuntaskan kisah itu dengan tangan Paman di tenggorokanku.

Oke, tenanglah. Ingat, kamu ada di sini untuk mencium bokong pria ini...

"Iya, itu akan baik-baik saja sekarang. Mashiro bahkan berteman dengan seseorang, dan dia tampak bersenang-senang setiap hari."

"Paman rasa begitu. Kadang-kadang Mashiro menelepon Paman atau mengirimi Paman pesan, jadi Paman tahu betapa bahagianya dia. Jujur saja, sudah lama Paman tidak dengar Mashiro sebahagia itu. Paman sangat senang sekarang Mashiro pindah dan... ...Paman berterima kasih padamu, Akiteru-kun."

"Ah, tidak! Aku tidak melakukan apa-apa, sungguh."

"Ayolah, tidak perlu merendah! Paman menghargai etos kerjamu, ditambah lagi seluruh pekerjaan yang kamu lakukan bareng teman-teman Aliansi-mu. Setiap hari kalian memberi Paman semakin banyak alasan buat mendukung kalian, yang membuat segalanya jauh lebih mudah buat Paman. Paman bahkan melihat apa yang kalian lakukan di Pekan Raya!"

"Paman tahu soal itu?"

Aku belum pernah menceritakan soal Ekskul Drama pada Paman. Itu tidak ada hubungannya dengan pengembangan gim, jadi aku rasa tidak perlu memberi tahu Paman.

"Mashiro yang menceritakannya pada Paman. Kata Paman, kamu sendiri yang naik ke atas panggung pada akhirnya. Paman yakin kalau kamu hebat!"

"Itu cuma karena pemeran utama kami tertahan dan tidak dapat hadir, jadi aku mesti turun tangan. Itu bukan apa-apa, sungguh."

"Menggantikan orang lain bukanlah hal yang 'bukan apa-apa', meskipun Paman rasa kamu tidak akan percaya saat Paman bilang begini. Begini, menerima pujian juga merupakan sebuah keterampilan!"

"Kalau begitu, itulah keterampilan yang belum aku pelajari."

"Mashiro juga mengirimi Paman beberapa foto. Kamu tampak cukup keren di dalamnya! Mau lihat?"

"Tidak usah, terima kasih! Aku tidak tahan dengan hal semacam itu," kataku cepat-cepat, melihat seringai di wajah Tsukinomori-san saat beliau mencoba menunjukkan ponsel pintar beliau.

Aku bahkan tidak tahu kalau Mashiro memotret. Mashiro pasti menyetel suara rana ke mode senyap. Meskipun begitu, tidakkah Mashiro tahu, kalau memotret selama pertunjukan merupakan tindakan yang tidak sopan? Kalau tidak, aku mesti memberi tahu Mashiro.

"Jadi... ...Paman memanggilku ke sini cuma buat mengolok-olokku karena naik ke atas panggung?" Aku mengerutkan jidatku. Semoga saja itu tidak kedengaran terlalu jutek.

Senyuman Tsukinomori-san melebar. "Tentu saja tidak! Paman sebenarnya punya seseorang yang mau Paman kenalkan padamu!"

"Hah?"

"Iya. Dengarkan, kamu itu Sutradara yang hebat — atau mestikah Paman bilang, Manajer? Paman tahu kalau kamu punya masa depan yang gemilang."

"Paman... ...lebai."

"Tentu saja, bukan berarti Paman akan menempatkanmu pada proyek 3A begitu kamu lulus SMA. Itu akan tergantung pada pilihanmu dan seberapa banyak usaha yang kamu lakukan. Namun, kalau kamu meluangkan waktu buat memperdalam hubunganmu dengan orang-orang yang tepat, pelajari apa yang membuat mereka bersemangat, Paman yakin kamu akan segera berdiri sejajar dengan kami."

"Aku akan menantikannya. Jadi, siapa yang mau Paman perkenalkan padaku?"

"CEO Tenchido, tentu saja. Kamu pernah dengar soal mereka, bukan?"

"Tenchido?!" Suaraku pecah.

Tenchido itu sebuah Perusahaan Gim terkenal di dunia yang berkantor pusat di Kyoto. Mereka mendominasi sebagian besar pasar dengan katalog gim yang luas, yang populer di antara segala usia. I.P. mereka juga sangat disukai di seluruh dunia, dan mereka itu raksasa di pasar perangkat keras dan perangkat lunak. Tenchido di bagian barat Jepang, dan Honeyplace Works di bagian timur... ...Itulah yang dilihat oleh banyak pemain gim sebagai dua bagian raksasa dari industri hiburan Jepang.

"Aku pernah dengar soal mereka. Tenchido memang lambat dalam penyerapan saat ponsel pintar mulai digunakan secara luas, dan Honeyplace Works jauh di depan buat sementara waktu, tetapi lalu CEO baru membuat banyak perubahan besar dan mereka kembali ke gim."

Sang CEO sangat terkenal. Terkenal karena tidak pernah menerima wawancara, dan tidak pernah tampak di depan umum. Terkenal karena sama sekali tidak dikenal. Beberapa orang bilang kalau CEO tersebut tidak benar-benar ada, dan merupakan karakter yang dibuat oleh sekelompok Konsultan dari luar negeri. Ada juga yang bilang kalau Tenchido merupakan arwah hero Silicon Valley yang telah meninggal, yang memelopori penyebaran ponsel pintar.

Itulah beberapa teori yang lebih masuk akal yang juga beredar.

"Dan kita akan rapat di sini?"

"Yoi. Ah, panjang umur."

Aku tersentak, mendengar langkah kaki dari sisi lain pintu geser. Aku langsung duduk tegak beberapa derajat. CEO ini berada di level yang sama dengan Tsukinomori-san; Bilang kalau aku gugup itu pernyataan yang meremehkan. Mengacau di depan Tsukinomori-san tidak masalah, karena beliau itu Pamanku. Tetapi CEO ini merupakan hal yang lain. Lupakan cuma mencium bokong di sini, aku akan bercumbu dengan beliau kalau itu mesti!

"Maaf membuat kalian menunggu! Ah, betapa memalukan! Tehi! Setelah Anda mengatur rapat yang sangat istimewa ini dengan Sutradara yang begitu muda dan manis."

"Hah?" Aku menegang karena terkejut saat melihat Kepala Tenchido mulai tampak.

Beliau menatap wajahku, mata beliau yang besar mengerjap-ngerjap penuh rasa penasaran. Beliau tampak sama terkejutnya melihatku kayak aku melihat beliau.

"Inilah Amachi Otoha-san, CEO Tenchido. Amachi-san, ini keponakanku, Ooboshi Akiteru-kun, dan... ...kalian berdua tampak kayak melihat hantu."

"Astaga, astaga! Astaga, astaga, astaga! Astaga!"

"Hm? Amachi-san? Apa jangan-jangan... ...tunggu, jangan ke sana dulu. Aku paham keponakanku sama menariknya denganku, meskipun Akiteru mungkin belum menyadarinya, tetapi Anda itu seorang wanita yang sudah menikah, dan Akiteru itu seorang siswa SMA. Mari kita tinggalkan saja di sana, oke?"

Cara yang membuat segalanya semakin canggung.

Seakan-akan Paman akan tahu, sih. Aku cuma... ...Mengapa wanita ini ada di sini?!

"Cukup, cukup, Tsukinomori-san! Anda tahu kalau pelecehan seksual merupakan hal yang tidak boleh dilakukan!" Amachi-san mengangkat jari dan menggoyangkannya ke arah Tsukinomori-san kayak anak kecil yang nakal.

Kata "Dewi" sangat cocok buat Amachi-san. Rambut emas beliau dikepang sempurna dan diikat jadi satu kepangan yang jatuh di dada beliau. Beliau mengenakan jaket wol yang dipadukan dengan rok panjang. Beliau lebih tampak kayak ibu rumah tangga yang sedang keluar rumah di akhir pekan ketimbang CEO brilian dari sebuah perusahaan bernilai miliaran yen.

"Ah, tetapi ini sebuah kejutan. Aku sangat menantikan buat rapat dengan seseorang yang baru, dan ternyata ia itu tetangga sebelahku!"

"Aku juga tidak menyangka dapat rapat dengan Anda di sini, Kohinata-san."

CEO Tenchido, Amachi Otoha. Dengan kata lain, wanita yang sering aku temui di sekitar blok apartemenku: Ibunda dari Ozu dan Iroha.

***

"Aku tidak menyangka kalau kalian berdua sudah saling mengenal! Dunia ini memang kecil, ya?"

"Tentu saja! Tehi!"

Buat setiap pelayan yang datang, kami mungkin tampak kayak sedang makan bersama dengan tenang. Tsukinomori-san dan Amachi-san mencelupkan daging sapi Hida ke dalam kaldu yang mendidih sambil mengobrol dan tertawa bersama layaknya teman lama. Sementara itu, aku duduk di sana dengan keringat dingin.

Otakku benar-benar lelah. Iroha mengambil risiko besar saat dia naik ke atas panggung hari ini. Dan sekarang, aku sedang makan malam dengan Ibunya Iroha. Ini tidak mungkin kebetulan, bukan? Aku tidak dapat menghilangkan perasaan kalau Ibunya Iroha mengetahui hal ini di suatu tempat dan berada di sini buat menyelidikinya. Kekhawatiran itu membuat daging sapi di piringku terasa kayak gumpalan minyak.

"Ada apa, Akiteru-kun? Kamu dapat makan sebanyak yang kamu mau! Daging itu penting buat melancarkan aliran testosteron!"

"Ah, eum. Terima kasih..."

"Aku mohon jangan pedulikan keponakanku. Akiteru-kun belum terbiasa dengan rapat semacam ini. Jangan memaksa Akiteru-kun."

"Tehi! Tidak usah khawatir, ini imut! Mau Tante suapi, Sayang?"

"E-Eum, tidak usah, terima kasih..."

Aku mau bilang pada Amachi-san buat tidak memperlakukanku kayak anak kecil, tetapi aku menahan lidahku. Aku tidak pernah tahu beliau dapat begitu memanjakan. Kalau dipikir-pikir, Iroha pernah bilang kalau dia benci diperlakukan kayak anak kecil, tepatnya karena Ibundanya sering memanjakannya. Tiba-tiba aku paham dari mana Iroha berasal.

"Tidak perlu malu! Ozuma dan Iroha bilang pada Tante kalau kamu selalu melakukan banyak hal buat mereka! Cuma ini yang dapat Tante lakukan!"

"Eh, eum... ...Aku mohon taruh saja di sini..."

Aku menahan keinginan buat menggigit jari-jari Amachi-san, mengambil mangkuk kecil, dan mengulurkannya ke arah beliau saat beliau menawarkan potongan daging tipis itu. Amachi-san cemberut saat beliau menjatuhkan daging itu ke dalam mangkuk ponzu-ku.

"Tetapi tetap saja, Tante tidak pernah membayangkan kalau Ketua Aliansi Lantai 05 akan jadi orang yang sangat imut! Kehidupan ini memang penuh dengan kejutan, bukannya begitu?"

"A-Apa? Anda sudah tahu... ...Anda sudah tahu soal Aliansi?"

"Semua orang sudah tahu! Paling tidak di tempat kerja Tante!"

Ini semakin memburuk dari detik ke detik. Inilah Ibu yang sama yang menyingkirkan semua hal yang berhubungan dengan hiburan dan bisnis pertunjukan dari kehidupan Iroha dan Ozu. Siapa sangka, beliau merupakan salah satu nama besar dalam industri yang beliau lindungi... ...Itu hampir lucu, kecuali itu tidak lucu.

Kami sangat yakin Ibunda mereka tidak akan pernah tahu soal Aliansi sampai kami jadi kabar utama di berita. Karena Amachi-san sangat membenci hal-hal kayak gitu, mustahil beliau akan mencari tahu soal beberapa Pengembang Indi kecil buat Gim Seluler.

Tetapi barusan, Ibunda Iroha datang kayak bola penghancur dan menghancurkan ide tersebut.

Tunggu dulu. Iroha dan Ozu belum pernah bilang kalau Ibunda mereka itu CEO Tenchido. Apa mereka merahasiakan hal itu? Entah bagaimana, aku rasa tidak; Merahasiakan hal itu tidak masuk akal.

"Aku tidak tahu kalau Anda itu bekerja di Tenchido... ...dan Paman memperkenalkan Anda sebagai Amachi-san, bukan Kohinata-san, bukan?"

"Tante bekerja dengan nama gadis Tante, Sayang! Tante sudah terkenal dengan nama 'Amachi,' jadi tidak masuk akal buat mengubahnya. Memaksa semua orang di sekeliling Tante buat menghafal nama keluarga yang baru kayaknya sangat tidak efisien!"

"Aku dapat memahami hal itu."

"Tante juga tidak terkejut itu jadi kabar baru buatmu! Tante belum memberi tahu salah satu dari anak-anak Tante!"

"Anda... ...belum memberi tahu mereka?"

"Itu benar! Tante tidak mau membawa pekerjaan lama Tante yang membosankan dan pengap ke rumah. Makanya Tante tinggal jauh-jauh di sini di Kanto, sementara kantor pusatnya ada di Kyoto! Pindah-pindah kantor itu merepotkan! Di rumah, Tante cuma mau jadi seorang ibu rumah tangga yang normal. Tante tidak tampil di media, dan tidak pernah memberi tahu anak-anak Tante nama kecil Tante, jadi mereka tidak akan mengetahui soal Tante dalam waktu dekat!"

Ada cahaya aneh di mata Amachi-san saat beliau berbicara, tetapi aku tidak dapat menebak apa itu. Namun, aku merasa bahwa hal itu ada hubungannya dengan mengapa anak-anak beliau dilindungi dari industri hiburan. Aku memutuskan buat sedikit menekan beliau.

"Menurut Anda, pekerjaan Anda itu 'membosankan' dan 'pengap'?"

"Tentu saja. Kami cuma melempar produk ke pasar dan menghasilkan sebanyak yang kami proyeksikan. Itu tidak pernah berakhir, dan sangat membosankan."

"Iya, itulah yang aku sebut sebagai pebisnis wanita yang cerdas! Tentu saja, kalau tidak, Anda tidak akan dapat menyelamatkan perusahaan yang sedang tenggelam itu. Anda mendorong reformasi, dan menggunakan trik-trik yang tidak akan pernah dapat dipelajari oleh para pelaku industri yang sudah tua."

"Tehi! Dan jangan sampai para kreator benci pada Tante karena itu!"

Benar! Inilah Ibunda Ozu dan Iroha yang sedang kita bicarakan. Melihat senyuman tenang di wajah beliau, aku akhirnya paham. Beliau membenci industri hiburan dan seni pertunjukan. Sebagai gantinya, beliau dibenci oleh seluruh industri — tetapi hal itu tidak mengganggu beliau sedikit pun, karena beliau tidak punya kecintaan punya pekerjaan beliau.

"Amachi-san itu seorang ahli dalam menemukan dan menghilangkan ketidakefisienan. Kamu paham, bukan, Akiteru-kun? Ada banyak hal yang dapat kamu pelajari dengan mendengarkan Amachi-san."

Aku tidak tahu apa yang mesti aku bilang. Aku sudah tahu kalau Paman mungkin bermaksud baik. Aku yakin Paman mengatur rapat ini demi masa depanku. Makan malam dengan dua orang tokoh terkemuka di dunia hiburan Jepang dari kedua belah pihak. Siapapun yang mau melibatkan diri dalam industri ini akan membunuh kesempatan kayak gini. Aku mau tidak mau berterima kasih pada Paman yang telah memberikan kesempatan ini padaku.

"Aku paham apa yang Paman bilang, tetapi aku tidak merasa kalau Kohinata-san — maksudku, Amachi-san — dan aku sangat mirip."

"Ah?"

"Aku menyayangi semua orang di Aliansi Lantai 05. Aku mencintai produk yang telah mereka kerjakan dengan susah payah dari lubuk hatiku yang terdalam. Aku bukan cuma mau produk ini laku; Aku mau produk ini jadi produk yang bagus. Kalau aku bekerja demi uang, aku akan bekerja di bidang hukum atau kedokteran atau semacamnya."

"Astaga!" Mata Amachi-san menyipit dengan rasa penasaran dan beliau menatap wajahku. "Siapa sebenarnya anggota Aliansi yang sangat kamu sayangi ini, Ooboshi-kun? Tante penasaran sekali!"

Rasanya kayak menatap mata Medusa. Cakar sedingin es mencengkeram hatiku. Ada kecurigaan dalam tatapan Kohinata-san. Aku tidak tahu seberapa banyak yang sudah beliau ketahui, tetapi beliau pasti punya firasat soal sesuatu. Keringat dingin mengalir di punggungku. Jantungku berdegup kencang. Mestikah aku mengekspos Ozu dan Iroha di sini dalam semacam deklarasi perang?

Tidak, itu terlalu cepat. Ada waktu dan tempat buat segala sesuatu. Sekarang bukanlah waktunya, dan di sini bukanlah tempatnya. Kami akan mengungkapkan segalanya tepat setelah kami yakin kalau Ozu dan Iroha dapat melarikan diri dari orbit Ibunda mereka (dengan atau tanpa bantuanku).

Tetapi kalau aku membocorkan segalanya sekarang, aku akan membuang segalanya. Kewaspadaan merupakan bagian yang lebih baik dari keberanian. Roda-roda di kepalaku berputar saat aku mencoba mencari jalan keluar.

"Ah! Panci mendidih! Maaf, semuanya! Kayaknya aku menyalakan api terlalu besar!" Tsukinomori-san dengan cepat meraih kenop buat menurunkan panasnya. "Gah! Aduh! Tuh-Tuh kan, Amachi-san! Jariku terbakar!"

"Ah, ya ampun, kamu membuatku khawatir! Mengapa kamu tidak menyiramnya dengan air?"

"Aku bisa! Mengapa kamu tidak mengambil seteguk air dan menghisap jariku? Aku yakin itu akan meredakannya dengan baik!"

"Apa kamu yakin kamu habis terbakar, karena kamu tampak sangat ceria..."

"Ah! Jangan teko airnya! Aduh! Ah! Ka-Kamu benar-benar sadis sekali, Amachi-san!"

Aku menghela napas lega dalam diam. Aku tahu kalau tidak ada yang salah dengan suhu kompor yang disetel; Paman cuma merasa aku dalam masalah dan memberiku jalan keluar. Meskipun Paman suka mengacau, Paman jago menjaga orang-orang yang berada di bawah asuhan Paman, layaknya seorang CEO.

Paman meniup jari Paman buat mendinginkannya sebelum tiba-tiba berhenti dan mengeluarkan ponsel pintar Paman.

"Sekarang, aku tahu kalau keponakanku mungkin agak kurang ajar, tetapi kamu tidak dapat menyangkal bakat Akiteru-kun. Lihatlah ini!"

"Ah? Coba aku lihat."

"Inilah foto Akiteru-kun yang diambil oleh putriku. Dia membantu Ekskul Drama dan bahkan naik ke atas panggung buat menggantikan salah satu pemeran hari ini! Kamu tidak akan menyangka kalau anak SMA biasa dapat terlibat dalam pengembangan gim, bukan? Iya, bagaimana kalau jadi pemeran yang berbakat di atas itu? Kayaknya Keponakanku dapat melakukan apapun!"

Amachi-san mengerutkan jidat beliau ke arah layar.

S*alan!

Paman jelas memutuskan kalau menunjukkan foto itu pada Amachi-san merupakan cara terbaik buat menghilangkan rasa canggung, tetapi Paman tidak tahu apa-apa soal situasi dalam rumah tangga Kohinata. Sudah terlambat. Itu foto barusan, bukan? Meskipun aku belum pernah melihatnya, itu mungkin menunjukkan aku dan Iroha sedang tampil bareng di Pekan Raya.

Aku menahan napas saat melihat Amachi-san menatap foto itu dalam diam. Mata beliau melebar dengan mantap dan ekspresi beliau berubah. Segalanya sudah berakhir. Waktunya buat pengendalian kerusakan. Aku secara mental memikirkan setiap pertanyaan yang dapat beliau lontarkan padaku, dan setiap pertahanan yang ada di gudang senjataku. Aku cuma perlu memilih yang tepat. Apapun demi—

"Astaga, ini pasti foto yang paling menggemaskan yang pernah aku lihat!" Amachi-san mendekap ponsel pintar itu di dada beliau.

...

"Ah, kamu sangat menyukainya? Tentu saja, aku sangat bangga dengan Keponakanku, tetapi aku rasa tidak sebagus itu!"

"Ah, Sayang, tentu saja aku tidak membicarakan Keponakanmu! Maksudku itu cewek yang mengambil foto itu!"

"Apa? Mashiro?"

"Itu benar! Apa kamu sudah melihat ini, Tsukinomori-san?" Amachi-san mengarahkan ponsel pintar Paman ke arah kami.

Foto itu merupakan fotoku dari dekat (dan cuma ada aku) di atas panggung.

"Cewek itu sangat terpesona dengan Ooboshi-kun sampai-sampai dia mengabaikan para pemeran lainnya! Aku yakin cewek itu memotret 1.000.000.000 kali buat mendapatkan sudut terbaik yang dia bisa! Foto ini jelas merupakan foto yang terbaik! Ini sangat sempurna! Aku yakin cewek itu sangat jatuh cinta pada Ooboshi-kun! Ini sangat menggemaskan!"

"Begitu... ...Begitu ya."

Semua ketegangan di tubuhku terkuras dan aku hampir jatuh dari bangku. Aku memaksakan diriku buat melakukan sesuatu yang sia-sia. Tetapi seriusan, siapa yang memotret cuma satu orang pemeran saja?!

"Putrimu yang mengambil foto ini, bukan, Tsukinomori-san? Hei, mungkin Keponakanmu berubah jadi cowok sejati dambaan cewek-cewek!"

"A-Ah, tidak!" Potongku segera. "Maksudku, tidak ada apa-apa antara aku dan Mashiro."

"Kita jadi bingung, ya, Sayang? Lihatlah wajah merah padam itu! Ah, hati Tante hampir tidak dapat menerimanya!" Jerit Amachi-san, mencolek wajahku.

Amachi-san benar-benar menyebalkan!

"Ada yang mau kamu ceritakan pada kami, Akiteru-kun?"

"Tidak! Tidak ada apa-apa di antara kami! Sekarang letakkan pisau steik itu!"

"Kamu tidak dapat menipu Paman! Jangan bilang kalau... ...kamu dan Mashiro sedang bersenang-senang berbagi kegembiraan cinta musim semi! Ini... ...Itu... ...Paman... ...Paman sangat cemburu! Ah!" Tsukinomori-san menggigit bibir bawahnya dengan keras hingga mengeluarkan darah.

"Tehi! Ah, tidak usah ribut, Tsukinomori-san! Masa SMA merupakan waktu yang tepat buat berulah!" Amachi-san membungkuk buat memberi Paman tepukan menenangkan di pundak Paman. "SMA itu soal menjalani kehidupan terbaik kalian, dan itu termasuk percintaan! Tante berharap kamu dan Mashiro-chan punya masa depan yang bahagia bersama, Ooboshi-kun!"

Amachi-san tersenyum manis padaku.

"Eh, terima kasih. Meskipun aku bersungguh-sungguh saat aku bilang tidak ada apa-apa di antara kami..." Gumamku, aku tahu kalau aku bersikeras lebih keras lagi, Amachi-san akan menganggapnya sebagai bukti sebaliknya.

Aku belum dapat membaca dengan baik soal Amachi-san, tetapi paling tidak akting Iroha masih jadi rahasia. Aku menghabiskan sisa malam itu bergaul dengan para pemab*k dewasa itu sampai waktu tutup.

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama