Tomodachi no Imouto ga Ore ni Dake Uzai [Light Novel] - Jilid 2 Bab 10 - Lintas Ninja Translation

[Peringatan 15+ Ke Atas!]

Bab 10

Adik Temanku Iseng pada Semua Orang

Bulan Juli.

Berkat taktik negosiasi (mengancam) khusus Ibu Sumire, Ekskul Drama mendapat izin beberapa kali buat berlatih di atas panggung di gimnasium sepulang sekolah. Ekskul Drama tampak lebih baik ketimbang sebelumnya, dan bahkan Midori-san pun mengalami peningkatan besar. Drama itu benar-benar mulai menyatu. Kami mungkin tidak akan menang, tetapi dengan begini, kami mestinya dapat mendapatkan hadiah dan pulang tanpa tangan kosong.

"'Siapa yang menyakitimu?! Aku akan meninjunya sampai wafat!'... ...Bagaimana barusan?"

"Itu luar biasa, Midori-san!"

"Aku rasa begitu!" Tawa Midori-san sambil merayakannya dengan teman-teman seekskulnya.

Aku tahu persis apa yang Midori-san rasakan. Tidak ada perasaan yang lebih baik ketimbang bekerja demi mencapai suatu tujuan dengan semua orang dan melihat tujuan itu semakin dekat sedikit demi sedikit. Bahkan saat latihan selesai, mereka berbicara soal seberapa jauh mereka telah tiba dan apa yang akan mereka kerjakan selanjutnya. Sangat menyenangkan melihat tekad mereka meningkat.

"Kita tidak akan dapat melangkah sejauh ini tanpa Sersan kita!"

"Terima kasih banyak, Sersan! Aku tidak sabar buat melakukannya lagi besok!"

"Kerja bagus, gaes. Mari kita berikan yang terbaik! Tidak lama lagi kita akan sampai di Pekan Raya!"

Mereka mulai menatap kami dengan tatapan waspada dan curiga, tetapi sekarang mereka sudah mulai akrab dengan kami, mereka memperhatikan setiap perkataan kami.

Tetapi, tidak semuanya cerah dan berpelangi.

Saat Iroha memperhatikan para anggota Ekskul Drama, ada kesedihan dalam ekspresinya, dan hal itu mulai menggangguku.

***

Aku baru saja pulang dari sekolah. Saat aku hendak masuk ke kamar tidurku, Iroha menyelinap melewatiku dan masuk lebih dulu. Iroha melepaskan kaus kakinya dan melemparkannya ke satu sisi sebelum menjatuhkan dirinya ke ranjangku.

"Astaga, aku lelah sekali."

"Kalau begitu, mengapa kamu tidak tidur di ranjangmu sendiri?"

"Entahlah. Aku sudah tidur di ranjang yang sama selama bertahun-tahun, jadi aku mulai bosan. Jujur saja, aku kepikiran buat segera mengklaim ranjang ini secara permanen," gumam Iroha sambil berguling-guling di kasurku.

Entah bagaimana, aku bahkan tidak dapat melihat sekilas apa yang ada di balik rok pendek Iroha. Bukannya aku mau, tetapi ada bagian kecil dari diriku yang penasaran dan bertanya-tanya bagaimana Iroha memerintahkan hukum fisika buat melakukan hal kayak gitu.

Kalau dipikir-pikir, mereka selalu punya bidikan kayak gini dalam anime dan manga, di mana kita mestinya dapat melihat sesuatu. Tetapi ternyata kita tidak bisa, jadi mereka tidak perlu menaikkan rating usia. Aku selalu mengira kalau ini merupakan semacam sihir teknis, tetapi mungkin ini lebih realistis ketimbang yang aku sadari.

"Apa yang kamu lihat, Aki-senpai? Mengapa kamu mencoba mengintip isi rokku? Begini, aku mungkin akan menunjukkannya padamu kalau kamu mau, kayak: 'Hai, namaku Akiteru dan aku merupakan cowok mesum yang mau melihat celana dalam adik temanku. Aku mohon tunjukkan padaku, wahai Nona Iroha."

"Aku tidak peduli dengan celana dalammu, Dasar Bodoh."

"Haha! Aku tahu kalau kamu mau! Maksudku, kamu juga cowok, bukan? Dan — Hei! Berhentilah menyemprotkan pengharum ruangan itu padaku! Ini tidak adil!"

"Jangan pedulikan aku, aku cuma mencoba membuat ranjangku harum. Kalau kamu tidak suka, kamu boleh pergi dari sini."

Iroha memelototiku saat aku menggunakan posisiku sebagai penyewa buat mendapatkan keuntungan. Selama kami tidak membicarakan celana dalam Iroha lagi, siapa yang peduli? Aku mempersiapkan diriku secara fisik dan mental buat omong kosong apapun yang akan Iroha lontarkan selanjutnya.

"Oke, oke! Aku paham!" Iroha duduk dengan kesal dan mulai mengambil kaus kakinya.

Aku mengerutkan jidatku. Mengapa Iroha tidak melawan?

"Apa kamu... ...merencanakan sesuatu?"

"Seriusan? Aku cuma menghormati perasaanmu, dan sekarang kamu mengeluh? Hei, kamulah yang punya itu buatku!" Serang balik Iroha dengan cepat, tetapi tidak punya ketajaman kayak biasanya. "Lagipula kamu tampak lelah, jadi aku akan melepaskan diriku dari rambutmu."

Aku berhenti sejenak. "Apa terjadi sesuatu?"

"Hah?" Iroha terdiam beberapa inci dari pintu kamarku dan berbalik.

"Maksudku, kamu tampak agak... ...tidak bersemangat saat latihan hari ini."

"Apa itu benar-benar tampak jelas?"

"Iya, kamu memang tetap jadi jati dirimu sendiri yang menyebalkan kayak biasanya, tetapi ada yang hilang hari ini. Kayaknya tingkat kekonyolanmu berkurang setengahnya."

"Jadi begitulah caramu mengetahui apa yang aku rasakan, ya? Kamu mesti mulai melihatku dari sisi lain selain betapa menyebalkannya aku." Iroha memang menampar pipiku dengan pelan, tetapi itupun tidak terasa sakit kayak biasanya. "Kamu dapat sangat tajam, loh. Di saat-saat terburuk."

Iroha mulai memilin-milin sehelai rambut keemasannya di antara jari-jarinya, lalu menghela napas geli.

"Iya, begini, Ibu tidak mengizinkanku terlibat dalam hal kayak akting."

Aku sudah tahu soal itu dengan sangat baik. Iroha telah dijauhkan dari segala hal yang berhubungan dengan hiburan sejak kecil. Keluarga Iroha bahkan tidak punya televisi dan mereka bahkan tidak diizinkan buat membicarakan hal-hal kayak gitu.

Peraturan ketat itu berlaku buat Iroha bahkan sampai sekarang, dan itulah sebabnya mengapa pekerjaan penyulihan suara Iroha buat Aliansi mesti dirahasiakan. Cuma aku dan Otoi-san saja yang tahu, dan satu-satunya alasan Otoi-san ikut serta yaitu karena dia mesti melakukan rekaman. Otoi-san sendiri berada di bawah Perjanjian Tidak Tertulis yang kuat (Dibaca: Kami menyuap Otoi-san dengan makanan manis) buat memastikan tidak ada yang tahu.

"Iya, karena itu, aku agak iri dengan Ekskul Drama. Mereka dapat berada di luar sana, berakting dengan teman-teman mereka di depan seluruh dunia, loh... ...Jangan salah paham, aku memang senang menyulih suara buat Koyagi, dan aku juga belajar banyak hal dari situ. Tetapi lalu aku kepikiran kalau aku tidak akan pernah benar-benar melihat namaku di kredit apapun, tidak peduli seberapa jauh aku melangkah." Iroha menjatuhkan dirinya kembali ke ranjang dan menatap langit-langit dengan sedih.

Para penggemar Koyagi menjuluki suara Iroha sebagai "Rombongan Suara Hantu". Ada banyak rumor yang beredar selama beberapa waktu mengenai penyulih suara, karena tidak ada satu pun pemeran yang pernah disebutkan namanya, tetapi akhirnya julukan itu mulai menyebar dan rumor itu mereda. Tentu saja, kalian biasanya membutuhkan lebih dari satu orang buat memulai sebuah grup, tetapi fakta kalau kami cuma punya seorang penyulih suara sama sekali tidak diketahui.

"Aku cuma mau orang-orang tahu kalau aku ada! Kalau akulah yang melakukan tugas ini! Rasanya kayak aku bahkan tidak dapat bangga dengan apa yang aku lakukan..." Senyuman sedih mengembang di bibir Iroha. "Aku bahkan tidak dapat jadi anggota Aliansi yang layak kalau kayak gini."

Aku sudah tahu persis apa yang Iroha maksud. Bersamaku, Iroha 💯% jadi jati dirinya sendiri. Bahkan mungkin 200%. Mengingat keadaan Iroha, itu sangat masuk akal. Iroha tidak dapat seterbuka ini dengan orang lain. Manusia merupakan makhluk yang secara alami mendambakan validasi. Termasuk perusahaan saat ini.

Satu-satunya alasanku tidak mengejar pujian lebih dari yang diperlukan yaitu karena aku takut jadi besar kepala dan merusak kepercayaan orang padaku. Hal itu juga akan membuang-buang waktu, dan kedua hal itu akan menghancurkan efisiensiku.

Sekarang, aku tidak punya apapun buat dibanggakan. Iroha, di sisi lain, punya bakat langka yang terpaksa dia sembunyikan tanpa alasan yang jelas. Aku dapat membayangkan, betapa frustrasinya hal itu buat Iroha. Bicara soal inefisiensi.

Menyaksikan Iroha mengajar Ekskul Drama beberapa pekan terakhir ini telah memberiku apresiasi baru buat bakatnya. Bukan cuma kemampuan penyulihan suara Iroha. Iroha sudah tahu bagaimana memanipulasi setiap otot wajah, menggunakan setiap gerakan kecil... ...dia dengan sempurna mengendalikan semua yang dia punya buat menampilkan penampilan yang luar biasa. Seandainya saja Iroha diizinkan buat terbuka soal bakatnya, aku tidak akan terkejut melihatnya di panggung besar atau di film.

Tetapi Iroha tidak diizinkan. Dan itu sangat menyebalkan.

"Iroha, suatu hari nanti aku akan membawamu ke panggung itu. Mungkin kita dapat membuat Koyagi jadi sebuah drama panggung atau semacamnya, dan kamu dapat ikut serta di dalamnya."

"Apa? Tetapi..."

"Kamu tahu apa tujuan utama dari Aliansi ini, bukan? Ini yaitu buat memberikan kalian semua ruang di mana kalian dapat menggunakan bakat kalian sesuka hati," kataku. "Dengar, aku tidak punya kemampuan akting. Yang dapat aku lakukan cuma mendorong orang lain buat menggunakan bakat mereka, dan aku telah melihat betapa berbakatnya kamu selama beberapa pekan terakhir ini. Hal ini membuatku kepikiran kalau ada banyak hal yang dapat kamu lakukan lebih dari sekadar akting, dan kalau kamu punya potensi yang jauh lebih besar ketimbang yang aku kira."

"Eh... ...Jadi, apa aku akan punya waktu luang sama sekali, atau...?"

"Aku akan melatihmu sampai titik darah penghabisan. Kalau kamu tidak tahan, kamu dapat pergi kapanpun kamu mau."

"Hei, berhati-hatilah atau salah satu dari kita akan marah dan mulai memposting secara tidak jelas soal Aliansi secara daring. Kamu tidak mau dibatalkan, bukan?"

Aku tidak pernah mengaku sebagai orang baik. Dibandingkan dengan anggota masyarakat lainnya, aku bermaksud agar Aliansi Lantai 05 benar-benar kejam pada anggotanya. Aku bahkan bukan pemimpin yang baik, sebenarnya. Aku cuma tahu bagaimana memanfaatkan kebaikan orang. Begitu aku berada di posisi itu, aku akan memerah susu mereka semaksimal mungkin dan memberikan hasil yang mereka harapkan.

"Kalau kamu mau berakting dengan baik, aku akan mewujudkannya. Pastikan kamu siap," aku memperingatkan Iroha.

Iroha tersenyum sebelum memberikan hormat yang hangat padaku. "Iya, Tuan!"

Kesedihan dalam ekspresi Iroha telah lenyap sama sekali. Segalanya memang tampak membaik, tetapi kalau Iroha terus melanjutkan perjalanannya, itu berarti dia mesti menghadapi Ibunya suatu hari nanti. Hari itu mungkin akan segera tiba kalau kami tidak berhati-hati. Aku juga mesti mempersiapkan diriku buat itu. Buat saat ini, mungkin kami cukup menyelesaikan masalah dengan Ekskul Drama.

"Tidak lama lagi kita akan sampai di Pekan Raya, Iroha. Kita tidak dapat berhenti sekarang, oke?"

"Aku tahu! Tidak usah khawatir, kamu dapat mengandalkan Penasihat Khusus kita yang sangat karismatik buat yang satu ini!" Iroha mengepalkan tinjunya dengan penuh percaya diri ke udara. "Aku akan memastikan mereka berhasil, apapun yang terjadi! Demi cita-citaku!"

Kalian tahu bagaimana saat segala sesuatunya berjalan dengan lancar, selalu ada sesuatu yang datang dan merusaknya? Mungkin kalau aku lebih waspada, aku akan menyadarinya lebih cepat...

Waktu berlalu, dan tidak lama kemudian tiba hari sebelum Pekan Raya. Hari sekolah telah berakhir, dan Ekskul Drama, Aliansi Lantai 05, dan para bala bantuannya berkumpul di gimnasium buat latihan di menit-menit terakhir. Aku teringat saat pertama kali kami mulai dan betapa mengerikannya segalanya. Tetapi sekarang...

"Begini, aku rasa besok akan berjalan dengan lancar buat mereka," kata Ozu.

"Paling tidak ini tidak akan jadi hal yang memalukan di depan umum lagi. Aku telah mengajari mereka semampuku, jadi terserah pada mereka sekarang," kata Otoi-san.

"Ja-Jangan tersenyum dulu... ...Ayolah, Ibu Sumire... ...Jangan... ...tertawa..." Ibu Sumire meringkuk dan gemetaran di pojokan, mencoba buat tidak merayakan keberhasilan ekskul terlalu dini.

Kalau begini, Ibu Sumire akan membawa s*al!

Bukannya aku tidak paham kelegaan Ibu Sumire. Dengan pentas yang kayak saat ini, aku dapat melihat mereka tampil cukup baik di Pekan Raya besok. Tentu saja, naskahnya masih penuh dengan ekacula dan pelangi, tetapi ini tidak kayak di Pentas Broadway. Berkat program Ozu, seluruh set tampak bagus dan realistis. Arahan Otoi-san berarti suara yang dihasilkan juga sempurna.

Dan, buah ceri di atasnya:

"Iya, mau ikut denganku?"

Akting Midori-san. Meskipun wawasanku soal akting sangat minim, aku pun dapat melihat betapa jauhnya Midori-san telah berkembang dari robot tanpa jiwa yang dulu. Para pemeran lainnya juga telah berkembang pesat.

AKI: Mereka melakukannya dengan sangat baik.

Iroha: Benar begitu, bukan? Mereka memang punya Guru yang hebat, sih ;)

Iroha: Ayolah, bilang betapa hebatnya aku! Kamu dapat mentraktirku makanan dan barang-barang kalau kamu mau!

AKI: Iya, sekarang aku tidak akan mentraktirmu.

Aku dan Iroha saling berkirim pesan di LIME sementara dia menonton latihan dari belakang panggung. Otoi-san merupakan satu-satunya orang yang sudah tahu kalau Iroha terlibat dengan Aliansi. Makanya Iroha bersembunyi.

Pokoknya, intinya yaitu bahwa Iroha pun terkesan dengan penampilan mereka. Ekskul ini menampilkan penampilan yang bagus buat gladi resik mereka.

"Itulah akhir dari latihan! Terima kasih banyak telah menonton!"

Dengan kata-kata Midori-san, semua anggota Ekskul Drama membungkuk, dan lalu selesai. Kami semua bertepuk tangan buat cewek-cewek yang tersenyum di atas panggung.

"Ibu tahu kalau Ibu benar dengan meminta bantuanmu, Ooboshi-kun. Tadinya, Ekskul ini sudah tidak dapat diselamatkan, namun kamu berhasil menyelamatkannya," kata Ibu Sumire padaku.

"Aku tidak melakukan apa-apa. Ini berkat bakat dan usaha semua orang."

"Dengan penampilan kayak gini, Ibu rasa pembubaran tidak akan terjadi lagi. Terima kasih, jujur saja."

"Ibu tidak perlu melakukannya. Di sisi lain, mungkin akan lebih baik kalau ada beberapa ilustrasi lagi yang tepat waktu."

"A-Ah, begitu ya. Iya, mudah-mudahan saja itu akan terjadi..."

"Ditambah lagi, masih terlalu dini buat merayakannya. Mereka memang jauh lebih baik ketimbang sebelumnya, tetapi memenangkan hadiah besok masih belum pasti. Jadi, teruslah menggambar, oke? Dan tetaplah berpegang teguh pada tenggat itu."

"Kamu kayak kehilangan Ibu di babak kedua tadi."

"Itulah hal kecil yang disebut karma. Bekerja keraslah, berbuat baiklah, tepatilah tenggatnya, dan Ibu akan mendapatkan imbalannya."

"Ah! Ibu jadi ingat! Kita akan mengadakan Rapat Persiapan malam ini buat Pekan Raya besok! Pastikan kalian semua datang, ya? Tetapi sementara itu, Ibu mesti pergi dan bersiap-siap!"

Ibu Sumire melontarkan alasan beliau dan bergegas pergi, tampaknya sudah selesai berbicara denganku. Mungkin aku bodoh karena terlalu berharap pada sebuah tenggat. Aku menggertakkan buku-buku jariku, siap buat menempatkan beliau di tempat beliau saat kami berdua lagi.

"Rapat Persiapan, ya?" Kata Ozu. "Aku sudah tahu Ibu Sumire bilang kalau beliau mau kita semua berada di sana, tetapi secara teknis kita bukan bagian dari ekskul ini..."

"Agak terlambat buat mengkhawatirkan hal itu sekarang."

Lagipula, aku harap "Rapat" ini cuma akan jadi basa-basi Midori-san saat kami makan makanan ringan dan minum jus jeruk.

"Benar. Kayaknya aku akan datang, kalau begitu."

"Silakan saja. Aku akan bantu beres-beres di sini."

"Apa, menurutmu aku akan membiarkanmu melakukannya sendirian?"

"Hei, kamu yang membuat program itu dan semacamnya, sementara aku cuma menonton sepanjang waktu. Biarkan aku yang mengurus hal-hal kecil saja, ya?"

"Memandang dirimu rendah kayak biasanya, gitu ya."

"Ayolah, keluarlah dari sini." Aku mendorong Ozu buat memastikan ia benar-benar pergi.

Otoi-san sudah lama pergi. Aku dapat membayangkan Otoi-san memutuskan bahwa beres-beres bukanlah urusannya dan menganggap tugasnya sudah tuntas.

"Ooboshi-kun, ada waktu sebentar?" Panggil Midori-san saat aku sedang merapikan beberapa bangku.

"Ada apa?"

"Aku mau berterima kasih."

"Hah?"

"Kami dapat sampai sejauh ini karena kalian sudah meluangkan waktu buat membantu kami. Saat pertama kali kamu muncul, aku kira kamu sudah muak dan aku tidak mau kamu berada di dekat Ekskul Drama. Tetapi sekarang, aku senang karena kamu datang. Jadi—"

"Tunggu sebentar." Aku mengangkat tangan. "Alasan kalian dapat sampai sejauh ini yaitu karena kalian telah bekerja keras. Jangan lupakan itu."

"Oke..."

"Ditambah lagi, aku hampir tidak melakukan apa-apa. Para pahlawan yang sebenarnya di sini yaitu Sersan, Ozu, dan Otoi-san. Kamu mestinya berterima kasih pada mereka, bukannya padaku. Lagipula Pekan Raya ini tidak sampai besok, jadi kamu mesti menyimpannya buat saat itu berakhir."

"Itu masuk akal... ...Oke! Buat saat ini, aku akan fokus buat besok!"

"Bagus! Kalian dapat mengandalkan kami buat berada di sana."

Tiba-tiba, ekspresi Midori-san jadi gelap. "Jangan kira aku sudah melupakanmu dan Kak— Ibu Kageishi!"

"Apa?! Kita sudah membicarakan hal itu miliaran kali!"

"Aku tidak akan percaya begitu saja pada kata-katamu! Kakak sangat keren dan cantik, aku yakin cowok-cowok akan mengincar Kakak!"

"Aku rasa itu salah satu cara buat melihatnya."

Midori-san akhirnya memanggil Ibu Sumire sebagai Kakak secara langsung. Bukan itu yang aku permasalahkan.

"Dan juga..."

"Dan juga?"

"Dan juga, bukan apa-apa! Jauhkan tanganmu dari Kakak!" Midori-san menyodorkan jarinya ke wajahku sebelum mundur dengan tergesa-gesa.

Ada apa dengan cewek-cewek dan melarikan diri dariku akhir-akhir ini?

"Kayaknya jadi aneh memang sudah turun-temurun dalam keluarga mereka," aku menghela napas.

***

"Begini, wajah Kageishi-san merah padam saat dia melarikan diri darimu barusan. Apa kamu menerapkan salah satu dari sikap Protagonis yang bebal itu pada Kageishi-san?" Kata Ozu saat aku menginjakkan kakiku di Ruang Ekskul Drama yang biasa digunakan.

"Apa yang kamu bicarakan? Midori-san mungkin cuma bersemangat buat Rapat Persiapan ini."

"Ah iya, tidak ada yang lebih menyenangkan dari sebuah rapat. Ah, aku jadi ingat. Bagaimana hubunganmu dengan Iroha akhir-akhir ini? Apa kalian sudah menuntaskan masalah kalian berdua?"

"Sudah. Terima kasih karena sudah membantuku. Ternyata itu bukan masalah besar. Iroha juga sudah kembali ke kebiasaannya yang dulu."

"Asalkan Adikku bahagia, aku juga bahagia, aku juga bahagia. Lalu, bagaimana dengan Tsukinomori-san? Tsukinomori-san cukup aktif akhir-akhir ini..."

"A-Aku sudah bilang padamu, itu karena Mashiro memastikan orang-orang tahu kalau kami 'pacaran'. Itu cuma sebuah akting."

Secara teknis memang benar, bukan? Ngomong-ngomong, Mashiro mencoba yang terbaik, dan aku tidak cukup jahat buat bilang pada Ozu kalau Mashiro sebenarnya naksir padaku.

"Ah, benar. Wah, cinta segitiga dapat sangat menghibur, asalkan kamu tidak berada di dalamnya."

"Mungkin kamu mesti fokus menikmati hidupmu sendiri."

"Hei, paling tidak aku dapat merasakan manfaat dari jadi satu-satunya temanmu."

Aku cuma dapat mengerang sebagai tanggapan.

Saat itu, pintu terbuka dan salah satu anggota Ekskul Drama bergegas masuk ke dalam.

"Kabar buruk!"

"Ada apa?"

"Yamada-chan pingsan dalam perjalanan ke sini!"

"Apa?!" Ibu Sumire melompat sambil berdiri.

Yamada-san, cewek yang memerankan heroin utama.

"Aku telah membawa Yamada-san ke UKS. Suhu Yamada-san sangat tinggi! Perawat menelepon orang tua Yamada-san buat membawanya ke dokter, tetapi..." Cewek itu mengalihkan pandangannya dan menggigit bibirnya. "Perawat juga bilang kalau Yamada-san mungkin tidak akan dapat ikut serta dalam Pekan Raya besok."

"Ah tidak!" Sentak Midori-san, wajahnya pucat.

Aku teringat Yamada-san tampak agak kurang sehat beberapa hari yang lalu. Aku memang membiarkan Yamada-san kembali berlatih karena dia mau, tetapi setelah itu aku berbicara dengan Midori-san dan kami berdua sepakat buat terus mengawasinya, tetapi Yamada-san tampak baik-baik saja setelah itu. Ada kemungkinan kalau kelegaan karena mengetahui seberapa jauh mereka telah mencapai latihan hari ini membuat Yamada-san kewalahan, dan kelelahan menghantamnya sekaligus.

"Aku sudah tahu mestinya aku mengawasi Yamada-san dengan lebih baik. S*alan!" Aku mengepalkan tangan sambil mendecakkan lidahku dengan frustrasi.

Tugasku yaitu memandu dan menjaga semua orang, namun aku membiarkan salah satu karakter utama kami pingsan sehari sebelum pertunjukan!

"Tidak, Ooboshi-kun... ...Sudah jadi tanggung jawabku buat memastikan para anggotaku dalam kondisi yang baik. Aku sudah tahu kalau Yamada-san punya kecenderungan buat memaksakan dirinya terlalu jauh. Ini semua salahku!"

"Kita tidak perlu berdebat soal siapa yang mesti disalahkan. Kita mesti fokus pada Pekan Raya sekarang," Ibu Sumire mengingatkan kami dengan tajam.

Wajah Ibu Sumire berubah jadi cemberut saat beliau meletakkan jari telunjuk di bibir beliau. Meskipun beliau sering mengacau, tidak dapat disangkal kalau beliau sangat peduli pada siswa-siswi beliau. Tetap tenang dan menemukan solusi dalam sebuah krisis merupakan salah satu cara yang beliau tunjukkan.

Belum lagi kalau Ibu Sumire sepenuhnya benar. Tidak peduli, siapapun yang salah pada saat ini. Aku juga mengkhawatirkan Yamada-san, tetapi dia sudah berada di tangan yang tepat dan dirawat dengan baik. Prioritas kami saat ini yaitu memikirkan apa yang akan kami lakukan besok — Dengan kata lain, siapa yang akan mengisi peran sebagai sang heroin.

"Apa ada orang di sini yang dapat menggantikan peran Yamada-san?" Tanya Midori-san pada para anggota Ekskul Drama yang lainnya yang sedang cemas.

"Iya... ...Kita cuma punya waktu satu malam buat siap-siap..."

"Aku rasa itu tidak cukup waktu buat mempelajari seluruh dialog Yamada-san..."

Para anggota Ekskul Drama bergegas dengan gugup, tatapan mereka tertuju pada lantai.

"Aku mohon, gaes... ...Kalau begini terus, kita bahkan tidak akan dapat ikut serta besok! Dan kalau kita tidak dapat ikut serta, kita pasti akan dibubarkan! Kita sudah bekerja sangat keras, dan kita akan membuang segalanya! Tidakkah itu membuat kalian frustrasi?" Suara Midori-san jadi serak.

Midori-san menunggu, namun tetap saja tidak ada orang yang mengangkat tangan mereka. Para anggota lainnya mundur di bawah tatapan Midori-san. Aku tahu apa yang sedang terjadi; mereka sudah sampai pada titik di mana mereka tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Kalau ini merupakan Ekskul Drama yang sama dengan yang aku datangi beberapa pekan yang lalu, aku yakin seseorang akan menawarkan diri mereka sekarang. Namun, banyak hal telah berubah.

Mereka telah melihat seberapa jago Midori-san dan Yamada-san memainkan peran mereka setelah berpekan-pekan berlatih secara intensif, dan mereka tahu kalau usaha mereka sendiri tidak akan dapat mendekati, terutama setelah cuma satu malam persiapan.

Keheningan terasa pekat di udara, dan tidak lama kemudian Midori-san mulai gemetaran. "Tetapi... ...kita sudah bekerja sangat keras... ...Kita tidak dapat..."

Saat itulah sebuah pemikiran muncul di dalam benakku. Saat pertama kali aku sadar akan kelelahan Yamada-san, aku memperkirakan ada 20% kemungkinan kalau segalanya akan berakhir kayak gini. Bukan cuma Yamada-san saja. Selalu ada risiko kalau sesuatu akan terjadi pada salah satu pemeran dan membuat mereka tidak dapat tampil di Pekan Raya yang sebenarnya.

Makanya aku sudah punya rencana. Namun, saya tidak dapat melakukannya sendirian. Pertunjukan ini sangat penting buat Ekskul Drama, dan agar rencana ini berhasil, aku membutuhkan orang lain buat mempertaruhkan segalanya.

"Kayaknya kalian butuh bantuan!"

Saat itu, pintu terbuka dan seseorang masuk ke ruang kelas. Dia mengenakan topi loper koran yang ditarik ke bawah menutupi wajahnya dengan kacamata hitam yang menutupi matanya. Kalian tidak dapat lebih curiga lagi.

Mata Midori-san membelalak. "Sersan?!"

"Iroha!" Kataku dengan pelan, terlalu pelan buat didengar oleh siapapun.

Apa kamu yakin soal ini?

Apa ini berarti Iroha siap mempertaruhkan segalanya? Ibu Sumire dan Ozu menganga menatap Iroha. Meskipun mereka tidak dapat melihat wajah Iroha, mereka pasti menyadari siapa dia dari pintu masuknya. Otoi-san cuma mengedipkan matanya perlahan, menggulung permen lolipop di mulutnya.

Keterkejutan mereka dapat dimaklumi. Satu-satunya tempat Iroha di Aliansi yaitu bergabung dengan pesta kami, dan itu pun cuma karena dia itu adiknya Ozu. Tetapi di situlah Iroha, seakan-akan dia itu perekat yang menjaga segalanya agar tidak berantakan.

"Aku yang akan mengambil peran sebagai sang heroin!" Nyata Iroha, sambil melepaskan topinya dan kacamatanya dan melemparkannya ke samping.

Rambut Iroha yang halus tergerai dengan dramatis di belakangnya, dan meskipun senyumannya tampak puas, aku menangkap sedikit kekhawatiran di matanya.

baca-imouza-jilid-2-bab-10-bahasa-indonesia-di-Lintas-Ninja-Translation

"Dengan adanya aku di sisi kalian, kalian akan melihat Oscar besok, teman-teman!" Seringai Kohinata Iroha.

"Tunggu... ...Kamu itu Kohinata-san dari Kelas Sepuluh, bukan?"

"Bukannya Kohinata-san mestinya sangat pendiam dan sopan? Tunggu, apa ini berarti Sersan itu... ...Kohinata-san?!"

Ada riak kebingungan di antara para anggota ekskul.

"Iroha?" Ozu melongo.

Kami telah berusaha sekuat tenaga agar Ozu tidak mengetahui rahasia Iroha. Bukannya kami khawatir Ozu akan membocorkannya, tetapi ia tinggal di bawah atap yang sama dengan Ibunda mereka. Risiko kebocoran yang tidak disengaja memang terlalu besar.

Dengan mengungkapkan identitasnya di sini, Iroha bilang kalau dia siap mengambil risiko Ibunya mengetahui aktivitasnya. Iroha bertaruh habis-habisan dan setiap cip kini berada di atas meja.

Iroha merupakan orang yang mau hal ini dirahasiakan dari Aliansi sejak awal. Aku cuma melaksanakan apa yang Iroha minta. Iroha tidak punya kepercayaan diri buat menghadapi Ibunya dan meyakinkan beliau soal apa yang dia mau demi masa depannya. Iroha tidak punya keberanian buat melawan. Mungkin karena semua waktu yang dihabiskan Iroha buat bekerja dengan Ekskul Drama, dia menyadari kalau dia mau membuat langkah nyata menuju masa depan yang sangat dia mau — dan inilah langkah pertamanya.

Kalau ini yang kamu mau, Iroha, maka aku akan mendukungmu sepenuhnya! Tidak peduli siapapun yang mencoba menghalangi jalanmu, aku tidak akan berhenti sampai mereka menerima cita-citamu.

"Aku sudah tahu segala dialog dari mengajari kalian selama ini. Mengisi peran sang heroin tidak akan jadi masalah!"

"Apa kamu yakin?" Tanya Midori-san. "Kamu bahkan tidak bergabung dengan Ekskul Drama, jadi kamu tidak perlu merasa berkewajiban buat membantu kami."

Iroha sudah melakukan banyak hal demi Ekskul Drama ini sehingga Midori-san mungkin merasa tidak enak kalau Iroha mesti melakukan hal ini.

Tetapi Iroha cuma tertawa saja. "Tentu saja aku yakin! Aku tidak akan membiarkan kalian menyia-nyiakan seluruh usaha kalian!"

"Kamu benar-benar berbeda dari apa yang aku dengar... ...Meskipun agak menarik buat mengetahui siapa Sersan sebenarnya selama ini."

"Tidak usah khawatirkan pemikiran kecilmu itu! Ini bukan cuma soal kalian. Aku juga punya cita-cita buat ini!"

"Cita-cita?"

"Kamu tahu itu! Sekarang, apa kalian akan membiarkanku membantu kalian atau tidak?"

Iroha berada dalam mode pengganggu penuh. Kecuali buat kali ini, bukan cuma aku yang ada di sini. Di balik seringai nakal Iroha, tersimpan api tekad yang membara.

Midori-san memberikan anggukan penuh percaya diri dan tegas. "Aku mohon, Kohinata-san... ...Bukan, Sersan! Aku mohon bantu kami!"

"Oke! Aku akan berusaha keras dalam pertunjukan ini kayak Yamada-san berusaha keras dalam segala latihannya!"

Dan begitulah cara Ekskul Drama ini mendapatkan kembali harapan mereka yang hancur saat Iroha bergabung dengan tim mereka.

***

"Aku tidak percaya kalau kalian telah merahasiakan hal ini dariku begitu lama."

"Maafkan aku soal itu."

"Tidak, aku paham, bagaimana dengan Ibu kami dan segalanya... ...Biar aku tebak. Iroha juga bekerja buat Aliansi, bukan?"

"Iroha memang, iya. Aku rasa tidak ada gunanya menyembunyikannya lagi."

"Benar. Aku memang selalu tahu kalau kamu itu penting buat Iroha, tetapi aku tidak menyadari seberapa jauh."

"Ayolah, kamu lebai."

"Tidak. Kamu memang satu-satunya yang terbaik buat Iroha, dan kalian baru saja membuktikannya."

Catatan Admin:

• Itu saja Update Mimin pekan ini, silakan nantikan pekan depan buat yang mau membaca lanjutannya di blog, kami akan tamatkan Jilid 2 ini, atau silakan kunjungi Rewards Trakteer kami agar tidak perlu menunggu sampai pekan depan! Dan buat para pelanggan Rewards Trakteer kami, Mimin mau mengingatkan kalau kami sudah sampai ke Jilid 11, dan pekan depan juga akan selesai. See you soon, gaes!

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama