Tomodachi no Imouto ga Ore ni Dake Uzai [Light Novel] - Jilid 2 Interlud 1 - Lintas Ninja Translation

[Peringatan 15+ Ke Atas!]

Interlud 1
Iroha dan Mashiro 1

Seluruh ruang kelasku merupakan panggung sandiwara, dan akulah pemeran utamanya, Kohinata Iroha. Itu mungkin terdengar kayak aku itu sangat populer atau semacamnya, tetapi sebenarnya, aku lebih berperan sebagai bocil yang memainkan banyak peran.

Aku memerankan karakter yang punya nama yang sama denganku, tetapi sebenarnya dia itu seorang siswi teladan, dan aku mesti membuat seluruh orang di kelasku percaya kalau itulah jati diriku yang sebenarnya. Setiap hari selama enam jam berturut-turut. Mengacaukannya, dan permainan berakhir buatku. Aku rasa kalian dapat menyebutnya sebagai latihan buat pekerjaan cita-citaku.

Pokoknya, karena semua hal itulah hariku jadi sangat buruk! Aku berusaha keras agar tidak tersenyum bodoh sepanjang hari! Aku tidak dapat berhenti memikirkan soalku dan Aki-senpai yang naik sepeda bersama pagi itu.

Aki-senpai hampir belum pernah terlambat, jadi aku tidak punya kesempatan buat melakukan hal semacam itu dengannya terlalu sering. Mungkin kalau aku mengacaukan jam wekernya sehingga Aki-senpai akan bangun kesiangan, kami dapat melakukannya lagi. Iya, bahkan aku tidak sekejam itu.

Itu cuma... ...Punggung dan bahu Aki-senpai begitu lebar, dan ia mengayuh sepeda dengan sangat keras cuma buatku, dan ia sangat hangat, dan itu sangat asyik, dan, dan, dan...

Itulah yang ada di dalam benakku sepanjang hari, bukan cuma saat kami berada di atas sepeda. Aku masih dapat merasakan kehangatan samar-samar punggung Aki-senpai di dada dan lenganku. Tetapi aku mestinya jadi seorang siswi teladan! Aku tidak dapat berkeliling dengan kepalaku yang jelas-jelas berada di awan! Itu memang membuatku frustrasi, tetapi aku mesti menyembunyikan perasaanku.

Ditambah lagi, aku punya banyak hal yang lebih penting buat dikhawatirkan: Pernyataan cinta Mashiro-senpai pada Aki-senpai. Sejak aku melihat apa yang Mashiro-senpai tulis buat Aki-senpai, aku merasa agak mual. Meskipun mengetahui betapa bebalnya Aki-senpai, aku ragu pernyataan cinta langsung kayak gitu akan membuatnya jatuh cinta.

Keberanian Mashiro-senpai-lah yang membuatku terkejut. Aku benar-benar berharap kami dapat berteman dan terus bersenang-senang selama-lamanya tanpa ada satu pun dari kami yang bergerak, tetapi aku rasa aku itu terlalu naif.

Aku menghela napas di mejaku di sudut kelas. Aku tidak tahu apa yang mesti aku lakukan. Aku memang benci ide Aki-senpai berpacaran dengan orang lain, tetapi aku tidak mau kehilangan Mashiro-senpai sebagai temanku. Aku cuma berharap agar aku dapat menghilangkan perasaan menjijikkan ini di dalam diriku.

Tidak lama kemudian, jam pelajaran ketiga berakhir.

"Kohinata-san! Ada seseorang yang mau ketemuan denganmu dari kelas sebelas!"

"A-Ah, terima kasih! Aku akan ke sana sebentar lagi!" Aku segera kembali ke mode Nona Muda Kecil yang Sempurna.

Cuma butuh waktu sepersekian detik. Kecuali kalau ada orang yang memperhatikan dengan seksama, mereka tidak akan menyadarinya.

Namun, aku mau tidak mau penasaran siapa yang ada di sini buat menungguku. Dari kelas sebelas, aku memang mengenal Aki-senpai dan Abang, tetapi mereka tidak pernah datang menemuiku selama sekolah kecuali saat mereka bersama.

Saat aku bergegas ke lorong, aku melihat kalau itu bukan mereka berdua! Sebenarnya itulah orang terakhir yang mau aku temui sekarang!

"Mashi —Eh, hai Tsukinomori-senpai. Ada apa?"

Saat aku berada dalam mode siswi teladan, aku tidak memanggil siswa-siswi yang lebih tua dengan nama keluarga mereka, dan aku selalu menggunakan "-senpai." Bagaimanapun juga, aku mesti menjaga citra sopanku, sih.

Bagaimanapun, Mashiro-senpai yang datang menemuiku. Mashiro-senpai gemetar bagaikan anak kucing yang ketakutan di bawah tatapan cowok-cowok yang berjalan melewatinya dan siswa-siswi yang penasaran dari kelasku.

"I-Iroha-chan. Syukurlah kamu ada di sini. Aku kira aku akan dianiaya..."

"Tsukinomori-senpai, ini sudah tengah hari dan kita sedang berada di sekolah! Kamu tidak semestinya bilang hal yang tidak senonoh kayak gitu."

"Ha-Hah? Kamu tampak agak lain ketimbang biasanya, Iroha-chan."

"Lain? Jangan konyol! Benar-benar pemikiran yang konyol!" Aku mengedipkan mata pada Mashiro-senpai, berharap dia akan paham.

Ayolah... ...Ting ting...

"Ah, eum... ...Eum... ...Benar!" Wajah Mashiro-senpai berbinar, meskipun dia mengambil waktu yang lama.

Sesaat kemudian, Mashiro-senpai mengedipkan mata ke arahku dan berpose imut.

Astaga, bukan!

Mengapa Mashiro-senpai berpose swafoto kayak salah satu pemengaruh yang terobsesi dengan dirinya sendiri?! Maksudku, tentu saja itu sangat imut karena kalian tidak akan pernah mengharapkan itu datang dari Mashiro-senpai, tetapi dia benar-benar melewatkan pesanku!

Aku menahan keinginan buat bilang sesuatu atau menampar Mashiro-senpai dengan tersenyum semanis mungkin. Keheningan yang terjadi setelahnya sungguh tidak tertahankan.

baca-imouza-jilid-2-interlud-1-bahasa-indonesia-di-Lintas-Ninja-Translation

"Eum, apa aku melakukan sesuatu yang salah?" Tanya Mashiro-senpai pada akhirnya.

"Iya, aku rasa begitu."

"E-Eum..." Wajah Mashiro-senpai memerah di depan mataku. "Ma-Maaf, aku cuma mengira kalau itulah yang dilakukan oleh cewek-cewek SMA. Jadi mereka menaruhnya di TickTack atau Pinstagram? Itulah yang aku kira kamu mau, eum... ...Euh, ini memalukan..."

Mashiro-senpai sungguh menggemaskan, bahkan lebih menggemaskan lagi kalau dilihat dari dekat. Sebenarnya itu agak menyebalkan. Aku dapat mendengar cowok-cowok di kelasku penasaran soal Mashiro-senpai, mencatat betapa cantiknya kami berdua, dan bilang sesuatu kayak dia sebagai seorang siswi pindahan. Aku memang sudah tahu kalau Mashiro-senpai itu cantik secara obyektif, tetapi ini cuma membuatnya jauh lebih cantik.

Namun, aku tidak suka cara kami diawasi begitu dekat, sih.

"Mari kita pergi ke tempat lain. Ayolah," bisikku pada Mashiro-senpai.

"O-Oke."

Aku menuntun Mashiro-senpai ke sudut lorong, di mana tidak banyak orang yang menatap kami. Aku merasa cukup aman buat menghentikan aksiku.

"Jadi, mengapa kamu datang menemuiku, Mashiro-senpai?"

"Ah, kamu sudah kembali normal."

"Iya, mungkin belum sepenuhnya. Aku mungkin keceplosan!"

"Ah, oke. Pokoknya aku mau menanyakan sesuatu padamu."

"Ah? Kamu mau belajar cara memakai mekap? Atau bagaimana menggunakan tampon?"

"Ti-Tidak, eum... ...Ini soal Aki."

S*alan. Itulah yang aku takutkan. Aku berharap Mashiro-senpai bertanya soal hal lain! Mashiro-chan tidak tahu kalau aku sudah tahu kalau dia menyatakan cintanya pada Aki-senpai! Aku memang tidak mau Mashiro-senpai tahu, karena aku tidak dapat mendukungnya, tetapi aku juga tidak mau menyabotasenya.

Jadi apa yang mau kamu ketahui, Mashiro-senpai?!

"Aki datang ke kelas lebih lambat ketimbang biasanya hari ini. Maksudku, aku memang tidak berpikir kalau Aki itu secara teknis terlambat, tetapi, aku cuma mau bertanya apa kamu tahu apa yang terjadi."

"Eh, itu, kalau Aki-senpai tidak terlambat, maka itu tidak masalah, bukan?"

"Tetapi Aki biasanya datang ke kelas pada waktu yang sama. Makanya aku khawatir."

"Ah, ayolah, Aki-senpai itu tetaplah manusia. Aki-senpai pasti mengalami hari yang buruk kayak orang lainnya, bukan? Memangnya apa yang terjadi pada Aki-senpai, beberapa detik yang lalu?"

"16 menit 34 detik."

"Hah?"

"Itulah keterlambatan Aki, dibandingkan dengan biasanya. Itu lebih dari sekedar 'hari yang buruk'!" ...

Apa Mashiro-senpai benar-benar melacak kebiasaan Aki-senpai dengan sangat waspada? Data apa lagi yang Mashiro-senpai punya soal Aki-senpai? Maksudku, tentu saja, aku juga dapat jadi penguntit, tetapi... ...Euh! Mengapa kami tidak dapat berada di kelas yang sama juga?! Ini tidak adil! Aku mau duduk di sebelah Aki-senpai! Siapa tahu saja ada rahasia kotor apa yang dapat aku ketahui?

Sementara itu, Mashiro-senpai tampak murung. "Aki itu tidak, eum, sakit atau semacamnya, bukan?"

"Tunggu, itukah yang kamu khawatirkan?"

"Iya. Bukan kayak Aki menyelanya begitu dekat. Aku rasa ada sesuatu mungkin telah terjadi."

"Kalau begitu, mengapa kamu malah bertanya padaku? Mengapa tidak bertanya pada Aki-senpai secara langsung?"

Ayolah, Mbak. Kamu itu duduk tepat di sebelah Aki-senpai.

Hidung Mashiro-senpai memerah, dan dia melanjutkan bagaikan protagonis yang sedang mabuk cinta dalam anime shoujo. "Terlalu memalukan buat berbicara dengan Aki. Maksudku, aku memang tidak dapat bilang alasannya, tetapi aku tidak dapat bilang apapun pada Aki sekarang."

Maafkan aku, Mashiro-senpai, tetapi aku sudah tahu. Kamu punya nyali buat mengirimi Aki-senpai pernyataan cinta dan sekarang kamu berurusan dengan balasannya, atau tidak membalasnya, atau apapun itu, tetapi tetap saja aku sudah tahu apa yang telah kamu lakukan! Berhentilah mengejekku! Euh! Rasa bersalah membunuhku. Aku berharap aku tidak pernah melihat pesan bodoh itu!

"Makanya aku bertanya padamu. Karena, eum, kamu itu satu-satunya temanku, Iroha-chan."

Mashiro-senpai benar-benar tidak tahu kalau aku sudah tahu, bukan? Karena Mashiro-senpai tidak dapat bilang sesuatu yang lebih bersalah dari itu!

Aku tahu kalau benci cewek-cewek yang sedang menggebet cowok yang sedang kita gebet memang hal yang wajar, tetapi aku tidak dapat melakukannya. Bukan berarti aku mau melakukannya, sih.

Aku tidak dapat diam lagi setelah mengalami kejadian kayak gitu.

"Aku rasa Aki-senpai kesiangan. Aki-senpai mungkin cuma lelah."

Lelah memeras otaknya soal apa yang mesti Aki-senpai lakukan dengan pernyataan cintamu, aku yakin. Tetapi aku tidak bilang begitu dengan lantang. Mashiro-senpai cuma perlu tahu kebenaran yang paling mendasar.

"Apa Aki sedang tidak sakit?"

"Aku meragukan hal itu. Aki-senpai itu agak maniak kesehatan."

"Ah. Kalau begitu, aku senang mendengarnya." Mashiro-senpai akhirnya tersenyum, meletakkan tangan di dadanya dengan lega.

Mashiro-senpai pasti benar-benar khawatir.

"Jadi Aki cuma lelah, ya? Aku rasa aku mungkin akan makan siang sendiri kalau begitu. Aki mungkin akan merasa terburu-buru kalau aku makan bersamanya."

"Tidak, kamu terlalu memikirkannya. Aku yakin Aki-senpai biasanya makan sendirian, jadi aku rasa ia akan sangat senang kalau kamu mengajaknya makan bersama."

"Tidak, Aki mungkin cuma akan mengiyakan karena ia tidak dapat menolaknya. Aku akan membiarkannya, aku rasa." Mashiro-senpai mengangguk-angguk sendiri.

Sekarang Mashiro-senpai menolak makan bersama cowok yang dia cintai karena mempertimbangkan perasaan si cowok. Mashiro-senpai benar-benar kuat. Karena beberapa alasan, kayaknya Mashiro-senpai menahan diri di dekat Aki-senpai. Paling tidak aku senang karena itu, karena kalau Mashiro menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya pada Aki-senpai, Aki-senpai mungkin akan jatuh cinta pada Mashiro-senpai dalam waktu dua detik! Euh!

Saat itu, bel berbunyi, dan lorong serta ruang kelas di dekatnya mulai dipenuhi dengan obrolan.

"Ah, aku mesti kembali. Terima kasih atas bantuanmu, Iroha-chan."

"Bukan masalah besar. Aku cuma memberi tahumu apa yang aku tahu. Sampai jumpa!"

"Dadah... ...Ah, tunggu." Saat Mashiro-senpai hendak berlari menuruni tangga, dia berhenti sambil menoleh ke arahku.

"Apa kamu keberatan kalau aku datang ke kelasmu kayak gini? Mak-Maksudku, aku mau datang lagi, asalkan tidak mengganggumu..." Gumam Mashiro-senpai malu-malu.

Aku menghela napas sedramatis mungkin. Mashiro-senpai jelas mengira kalau itu berarti dia menggangguku, dan mulai panik. Aku tersenyum pada Mashiro-senpai buat meyakinkannya.

"Kamu tidak perlu menanyakan hal kayak gitu! Kita ini teman, bukan? Jadi datanglah kapanpun kamu mau!"

"Ah! A-Ah, eum, terima kasih. Aku akan kembali, eh, kapan-kapan, kalau begitu!" Wajah Mashiro-senpai mekar dengan senyuman cerah, dan dia berbalik sambil pergi.

Aku menyimpan helaan napas besar berikutnya saat Mashiro-senpai benar-benar sudah tidak tampak. Jujur saja, aku merasa kayak punya milyaran helaan napas yang tersisa dalam diriku.

"Mungkin saja Aki-senpai sedang sakit atau semacamnya..."

Aki-senpai memang belum pernah tertarik pada romansa, tetapi aku merasa seorang cewek kayak Mashiro-senpai mungkin cukup buat mengubahnya. Lagipula, Mashiro-senpai itu cukup imut, sih.

"Aku tidak berpikir kalau Aki-senpai akan berubah pikiran buat berpacaran setelah sekian lama, dan aku memang harap tidak begitu. Tetapi..."

Aki-senpai belum pernah jatuh cinta pada apapun yang aku lakukan. Mungkin karena janji yang Aki-senpai buat padaku dulu, soal bagaimana ia tidak akan memperlakukanku sebagai calon pacarnya. Kalau memang benar begitu, maka tidak peduli seberapa imutnya atau cantiknya atau baik hatinya atau hebatnya atau sempurnanya Mashiro-senpai. Aki-senpai tidak akan memilih Mashiro-senpai sama sekali. Benar begitu, bukan?

Kegelisahan itu terus menggelegak di dalam perutku selama jam pelajaran berikutnya, dan sampai istirahat makan siang.

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama