Tomodachi no Imouto ga Ore ni Dake Uzai [Light Novel] - Jilid 2 Interlud 2 - Lintas Ninja Translation

 [Peringatan 15+ Ke Atas!]

Interlud 2
Iroha dan Mashiro 2

baca-imouza-jilid-2-interlud-2-bahasa-indonesia-di-Lintas-Ninja-Translation

AKI: Terima kasih. Aku menantikan penampilanmu dengan karakter-karakter ini.

Aku berada di dekat rak sepatu tepat saat sekolah berakhir, membaca pesan Aki-senpai. Mau tidak mau aku menghela napas.

"Dasar Bodoh," gumamku di dalam hatiku.

Kami akan rekaman dialog karakter-karakter baru di studio pribadi Otoi-san. Karena Aki-senpai takut kalau kami akan menarik terlalu banyak perhatian, ia menyuruh kami ketemuan di salah satu taman lingkungan yang lebih sepi, bukan di sekolah. Aku kepikiran buat melewatkan yang satu ini, tetapi langsung berubah pikiran. Tentu saja aku mau pergi. Aku suka penyulihan suara!

Yang tidak aku sukai yaitu kebodohan Aki-senpai. Aki-senpai tidak menerima kata-kataku begitu saja, dan ia bahkan tidak mencoba menganggapnya serius. Meskipun aku rasa itu memang kesalahanku karena tidak bertekad dan bilang pada Aki-senpai kalau aku serius. Akan lebih baik kalau Aki-senpai memikirkannya, meskipun cuma selama beberapa detik.

Satu-satunya tempat di mana aku dapat jadi diriku sendiri yaitu di kamar apartemen Aki-senpai dan bilik rekaman kecil itu. Makanya aku sangat terikat pada Aki-senpai, bahkan saat tindakan bodoh "Nona Muda yang sempurna" dari Mashiro-senpai membuatku sangat kesal!

Yang benar-benar membuatku kesal yaitu bagaimana aku jadi sangat cemburu, kayak cewek-cewek pada umumnya. Seakan-akan aku benar-benar siswi teladan yang sempurna kayak yang aku pura-purakan. Sampai sekarang, aku selalu menjaga jarak dengan Aki-senpai. Hal itu berhasil karena tidak ada orang lain yang mengincar kasih sayang Aki-senpai — sampai saat ini.

"Gah!"

"I-Iroha-chan? Ada apa?"

"Hah?!"

Sebuah suara tiba-tiba memanggil dari belakangku saat aku mengerang putus asa di dekat gerbang sekolah. Suara yang sangat manis dan menggemaskan.

"Mashiro-senpai? Apa yang kamu lakukan di sini?"

"E-Eum, kamu mau pulang?"

"Ah, eum, tentu saja, iya. Maaf. Kelasku baru saja pulang telat hari ini, jadi aku rasa semua orang sudah pulang sekarang."

"Benar. Iya, aku cuma mampir ke perpustakaan." Mashiro-senpai membuka tasnya dan menunjukkan isinya padaku. Isinya penuh dengan buku-buku dengan sampul yang imut dan cerah.

"Apa ini, novel-novel romansa bertema shoujo? Itu tampak sangat imut!"

"I-Iya. Novel-novel itu sempat populer beberapa tahun yang lalu, tetapi mereka masih membuat lebih banyak lagi."

"Aku tidak tahu kalau kamu menyukai hal semacam ini. Aku kira kamu tidak suka cerita yang lembut-lembut kayak gini."

"Iya, jujur saja, aku memang suka. Aku rasa aku akan melihatnya. Begini, demi sains."

"Sains?"

"E-Eh, cuma bercanda. Lupakan saja aku sudah bilang apa-apa." Mashiro-senpai melambaikan tangan meremehkan di depan wajahnya.

Mashiro-senpai jelas-jelas menyembunyikan sesuatu. Jadi Mashiro-senpai bisa saja licik, meskipun wajahnya itu imut. Aku benar-benar tidak boleh lengah di dekat Mashiro-senpai. Aku tidak akan mendesak Mashiro-senpai buat mengungkapkannya, sih; Itu cuma akan membuatku tidak peka. Mashiro-senpai itu tidak sama kayak Aki-senpai. Aku tidak bisa terus menekan, menekan dan membuat Mashiro-senpai gugup sampai dia terpaksa menceritakan apa yang terjadi. Aku benar-benar dapat bersikap berbeda di dekat Aki-senpai. Bahkan dengan seseorang kayak Mashiro-senpai, yang merupakan temanku, aku mesti menahan diriku.

"Ngo-Ngomong-ngomong, Iroha-chan, karena kamu ada di sini... ...Kamu mau berjalan pulang bareng?"

"Hah? Ah..."

Sekarang apa?

'Maaf, aku sedang ada kencan dengan Aki-senpai!'

Aku tidak bisa bilang begitu pada Mashiro-senpai. Itu akan jadi sebuah pernyataan perang. Aku juga tidak bisa bilang pada Mashiro-senpai apa yang sebenarnya aku lakukan. Bahkan Abang dan Ibu Sumire-chan tidak tahu soal pekerjaan penyulih suaraku. Itulah rahasia antara aku, Otoi-san dan Aki-senpai. Aku juga mau tetap kayak gitu, karena kalau Ibu tahu, aku akan wafat.

Iya, aku akan baik-baik saja memberi tahu para anggota Aliansi yang lainnya, tetapi Aki-senpai memperingatkanku buat tidak melakukannya. Meskipun kami berdua mempercayai mereka, ada kemungkinan mereka bisa saja tidak sengaja membocorkannya. Menyimpannya sebagai hal yang tidak perlu diketahui merupakan cara terbaik buat menghindari kecurigaan.

"Ah... ...Maaf! Aku sebenarnya ada pekerjaan setelah ini."

"Pekerjaan? Kamu punya pekerjaan paruh waktu, Iroha-chan?"

"Yoi! Jangan bilang siapa-siapa, ya! Ini bukan jenis pekerjaan yang dapat aku ceritakan, kalau kamu tahu apa yang aku maksud!"

"Aku... ...Aku tidak tahu."

"Ini merupakan pekerjaan yang mengharuskanku banyak menggunakan mulutku." Aku mengedipkan mataku pada Mashiro-senpai, menirukan gerakan memegang mikrofon yang sangat tebal di depan wajahku.

Aku tidak bohong, meskipun aku mungkin telah memanipulasi intonasiku sedikit agar kedengaran erotis.

"Mu-Mulutmu... ...Ah!"

Aku hampir dapat melihat uap yang keluar dari kepala Mashiro-senpai saat dia salah menafsirkan kata-kataku.

"Hei, kamu memikirkan sesuatu yang jorok, bukan? Ayolah, Mashiro-senpai, kamu tahu kalau aku ini cewek yang baik-baik, bukan? Ini bukan kayak yang kamu pikirkan. Kamu bahkan dapat datang dan melihatnya sendiri kalau kamu mau!"

"Ti-Tidak, tidak apa-apa! Eum, aku juga sedang sibuk dengan pekerjaanku sendiri, jadi..."

"Aw, sayang sekali!"

Hiuh. Kayak yang direncanakan. Aku mungkin barusan merusak reputasiku, tetapi aku rasa itu cuma pengorbanan yang mesti aku lakukan. Aku mengenal Mashiro-senpai dengan cukup baik sekarang, jadi aku tahu kalau ada sedikit saja hal yang jorok dalam obrolan, dia akan segera menutupnya.

"Ma-Maafkan aku karena telah menyita waktumu saat kamu sangat sibuk, jadi, eum, aku rasa sampai jumpa lagi besok."

"Tentu saja! Dadah!"

Dengan wajahnya yang membara terpaku pada tanah, Mashiro-senpai melambaikan tangannya padaku dan bergegas pergi. Aku melambaikan tanganku ke arah Mashiro-senpai yang mundur, meskipun dalam hati aku menggerutu. Ini kayak film Beauty and the B*tch — dengan aku sebagai wanita j*lang, tentu saja. Jujur saja, aku terkejut masih ada cewek sepolos Mashiro-senpai di luar sana, merasa bingung dengan gagasan kalau ada orang yang mau tanpa busana satu sama lain.

Aku menghela napas. Jujur saja, aku cemburu pada Mashiro-senpai. Mashiro-senpai dapat benar-benar jujur pada Aki-senpai kapanpun dia mau, ada pekerjaan atau tidak ada pekerjaan.

Berbicara soal pekerjaan, sudah waktunya buat pergi ke tempat perlindunganku yang lain. Satu-satunya tempat selain kamarnya Aki-senpai di mana aku dapat melepaskan diriku.

Sekarang, bagaimana aku mesti bersikap di dekat Aki-senpai?

Catatan Admin:

• Itu saja Update Mimin pekan ini, silakan nantikan pekan depan buat yang mau membaca lanjutannya di blog, atau silakan kunjungi Rewards Trakteer kami agar tidak menunggu pekan depan! Dan buat para pelanggan Rewards Trakteer kami Mimin mau mengingatkan kalau kami sudah sampai Jilid 10, dan sebentar lagi akan sampai ke Jilid 11. See you soon, gaes!

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama