[Peringatan 15+ Ke Atas!]
Epilog 1Rapat dengan CEO
"Kamu sudah melampaui batas, Akiteru-kun! Terutama dalam waktu yang singkat!" Kata Paman Tsukinomori Makoto padaku setelah kami saling menangkupkan gelas.
Sama kayak sebelumnya, kami ketemuan di restoran keluarga Royal Guest. Aku minum jus anggur, sementara Paman minum anggur bersoda.
"Memilihmu merupakan pilihan yang bagus. Sekarang Mashiro akan bersenang-senang dengan sekolah dan teman-temannya, dan mudah-mudahan dia akan melupakan pengalaman buruknya yang lalu."
"Aku juga ikut bahagia buat Mashiro."
"Aliansi kecilmu terdengar kayak kelompok kecil yang asyik." Tsukinomori-san mengedipkan mata.
Namun, bukan padaku, melainkan pada pelayan yang terus-menerus melirik ke arah kami. Saat dia menyadari kalau Paman memperhatikannya, wajahnya jadi merah padam dan dia menyembunyikan dirinya di ruang belakang.
"Paman masih akan mengejarnya?"
"Sekali lagi, dan Paman akan mendapatkannya."
"Aku rasa tidak akan jadi penampilan yang bagus buat perusahaan kalau Paman ditangkap..."
Paman tertawa.
Aku tidak bercanda.
"Tidak usah khawatir! Paman itu teman buat seluruh wanita!"
"Paman tidak meyakinkan siapapun."
"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan cewek imut dari Aliansi yang bilang dia akan jadi temannya Mashiro? Kohinata Iroha-kun, bukan?"
"Ah, Mashiro pernah bercerita soal Iroha pada Paman? Tetapi iya, itu memang namanya. Tetapi secara teknis dia bukanlah anggota Aliansi, sih" tambahku dengan cepat.
Tsukinomori-san tertawa. "Tentunya, Kohinata-kun itu cewek yang mengisi suara buat Koyagi?"
"Apa yang membuat Paman berpikiran kayak gitu?"
"Mashiro bilang pada Paman soal kemampuan akting Kohinata-kun. Seorang cewek yang bergaul denganmu dengan bakat buat sulih suara? Tidak perlu banyak waktu buat mengetahuinya."
"Iya, karena penyulih suaranya seluruhnya anonim, itu bukan cuma berarti kalau itu semua merupakan satu orang."
"Ayolah. Paman sudah tahu sejak awal kalau cuma ada satu orang penyulih suara."
"Apa?"
"Paman tahu kalau ini mudah buat dilupakan, tetapi Paman berusaha keras buat menaiki tangga karier demi menggapai posisi Paman sekarang. Paman punya pengalaman yang cukup buat mengetahui kapan seorang aktor atau aktris menyulih beberapa suara, meskipun mereka punya jangkauan yang luas. Kamu akan belajar buat memahaminya setelah beberapa saat." Paman menepisnya seakan-akan itu bukan masalah besar.
Meskipun aku kira kita membutuhkan telinga yang tajam buat memimpin salah satu perusahaan hiburan terbesar di dunia. Paman mungkin mesti memeriksakan pendengaran Paman, supaya Paman dapat masuk dalam buku rekor.
"Ah, itu benar..."
Aku teringat apa yang Paman bilang saat pertama kali kami ketemuan di sini.
"Pemrogram: OZ. Ilustrator: Murasaki Shikibu-sensei. Naskah: Makigai Namako-sensei. Lalu kita punya seorang penyulih suara anonim, serta Produser dan Sutradara: Aki. Yang mana itu yaitu kamu sendiri."
Seorang "penyulih suara anonim." Bukan "sekelompok penyulih suara anonim." Paman sudah tahu, saat itu?
"I-Itu, Iroha memang yang menyulih suaranya, tetapi—"
"Paman paham. Kamu mau Paman tutup mulut, bukan? Tidak usah khawatir. Paman tahu bagaimana cara menjaga hal-hal dari yang terendah. Rahasia itu memang bagus, sih. Itu membuat orang tetap misterius. Menarik."
"Terima kasih."
"Ngomong-ngomong, soal Kohinata Iroha-kun ini..." Paman merendahkan suaranya. "Kohinata-kun ini bukan pacarmu, bukan?"
"Aku berharap mati saja, Iroha bukan kayak gitu."
Aku tidak dapat bilang begitu pada Paman dengan lebih jelas lagi. Dan juga, mengapa Paman merasa perlu merendahkan suaranya buat pertanyaan konyol kayak gitu? Paman punya kemampuan buat beralih antara dewasa dan tidak dewasa dengan begitu cepat sehingga membuat kepalaku pusing.
"Bagus. Paman harap kamu tetap menikmati kehidupan sekolahmu bersama Mashiro dan teman-temanmu."
"Tentu saja aku akan melakukannya."
"Ah, dan satu hal lagi. Jangan pernah berpikir buat jadi pacar Mashiro sungguhan, oke?"
"Tidak usah khawatir, itu juga tidak akan terjadi." Meskipun kami bergaul lebih baik ketimbang sebelumnya, itu merupakan lompatan besar dari "teman adik sahabat" jadi "kekasih." "Aku yakin Mashiro juga tidak mau hal itu terjadi. Tidak usah khawatir."
Sambil menenggak minuman dari gelasnya, Tsukinomori-san menggumamkan sesuatu di dalam hati sambil tersenyum kecut. Saat itu, bel di pintu restoran berbunyi karena ada pelanggan baru yang masuk, yang berarti aku melewatkan apa yang Paman bilang.
"...Jadi bebal mungkin satu-satunya kekuranganmu."
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
.jpg)