Bab 3Pertemuan Kembali dengan Cowok Tangguh
Dan begitulah, hari yang dijanjikan pun tiba.
"Wah~ Ini rasanya agak aneh, ya!" (Aya)
"Ahaha, benar begitu bukan? Aku tidak pernah berpikir akan ada hari di mana aku bermain gim dengan pelanggan." (Haruto)
Haruto dan Aya sedang berbicara satu sama lain melalui aplikasi Diacord*.
(TL Note: Versi Author dari Discord.)
"Tunggu, ini akun Haruto-san? [Oimo_daisukiyo*], ahaha~!" (Aya)
(TL Note: Oimo Daisukiyo artinya "Aku suka ubi"!)
"Aku tahu kamu akan bilang begitu!" (Haruto)
"Jadi, kamu suka ubi?" (Aya)
"Iya, tidak terlalu, sih, tetapi... ...kedengarannya kayak nama yang bagus, loh?" (Haruto)
"Kalau ada yang terkena ID ini, pasti gatal." (Aya)
"Gatal? Kayak tiba-tiba mau makan ubi...?" (Haruto)
"Hah? Hahaha." (Aya)
Tawa meledak.
"Tentu saja tidak! Gatal itu maksudnya bikin marah!" (Aya)
"Ah, begitu ya! Iya, kalau dipikir-pikir, dengan nama ini... ...iya, bisa jadi agak memprovokasi." (Haruto)
"Ah, ngomong-ngomong soal memprovokasi, Haruto-san, apa kamu pernah dengar streamer ABEX, bernama Oni-chan?" (Aya)
"Ah, eum... ...itu, maksudmu streamer yang terkenal selalu memprovokasi orang lain itu?" (Haruto)
Saat tiba-tiba ditanya, jantung Haruto berdebar-debar, tetapi ia berhasil menjawab dengan tenang.
"Iya! Iya... ...Oni-chan sebenarnya orang yang cukup baik, loh. Apa kamu pernah dibilang kalau suaramu persis kayak Oni-chan? Terutama lewat mikrofon, rasanya begitu." (Aya)
"Be-Benarkah? Itu pertama kalinya seseorang bilang begitu padaku." (Haruto)
(Tidak apa-apa, tenanglah... ...Ini cuma akun latihan, jadi mustahil Shirayuki-san akan tahu...)
Dengan ketenangan kayak gitu, Haruto tidak perlu panik.
"Iya, kalau kamu mau bilang begitu, Shirayuki-san juga kedengarannya mirip dengan VTuber, Ayaya-san, loh? Dialekmu juga mirip." (Haruto)
"Hah...!? Itu cuma karena kami punya dialek yang sama! Haruto-san, suaramu lumayan mirip Oni-chan." (Aya)
"Ah, Ahaha..." (Haruto)
Obrolan itu terulang. Kalau Haruto menanggapi lagi, mereka kemungkinan besar akan terjebak dalam lingkaran lain.
Namun, Haruto benar-benar senang bahwa seseorang kayak Aya mengenal Oni-chan.
"Iya, itu mungkin cuma imajinasi kita, jadi tidak usah khawatirkan itu." (Haruto)
"I-Iya! Lagipula kita berdua ada di rank Platinum!" (Aya)
"Benar sekali." (Haruto)
Ini merupakan topik yang tidak mau Haruto gali. Entah Aya membaca suasana atau cuma mengikuti alur, kerja samanya sangat dihargai.
"Ah, jadi kita mau main rank atau santai? Dan kita main duo atau trio?" (Haruto)
"Hmm. Aku rasa kekacauan itu asyik, jadi mari kita main santai dan bentuk trio. Rekan tim ketiga boleh orang acak." (Aya)
"Siap! Mari kita mulai kalau begitu!" (Haruto)
"Oke~" (Aya)
Dengan mereka berdua sudah siap, mereka mulai mencari pertandingan.
Karena itu merupakan gim yang sangat populer, mereka dapat menemukan rekan satu tim solo relatif cepat, dan begitu mereka membentuk tim beranggotakan tiga orang, mereka pindah ke layar pemilihan karakter.
"Ngomong-ngomong, Shirayuki-san, siapa karakter utamamu?" (Haruto)
"Aku akan pakai... ...Gibraltar!" (Aya)
"Oke, kalau begitu aku akan pakai Octane." (Haruto)
"Hmm, menarik. Oni-chan juga pakai Octane." (Aya)
Sambil mencari-cari alasan, Haruto berteriak dalam hati.
(Aku ini apa-apaan sih...!)
Diberi tahu kalau Haruto mirip dengan Oni-chan lalu memilih karakter utama Oni-chan tentu saja akan membuat Aya curiga.
Haruto berhasil memaksakan senyuman dan dengan cepat mencari-cari alasan.
"I-Iya... ...mari kita lakukan yang terbaik." (Haruto)
"Iya~!" (Aya)
Di layar, hitungan mundur buat gim dimulai, dan pesawat yang dipenuhi pemain melintasi peta yang luas.
Selama waktu ini, mereka mesti membuat keputusan penting soal di mana mesti mendarat.
"Ah, rekan tim kita menandai area populer! Agak agresif dari awal nih." (Aya)
"Haha, kayaknya pertarungan akan sengit sejak awal..." (Haruto)
Ini merupakan pertandingan santai yang tidak memengaruhi rank mereka, jadi tidak ada masalah mengambil risiko kayak gitu.
Mengikuti lokasi yang ditandai oleh rekan satu tim, mereka turun secara bersamaan ke area tengah peta.
Selama penurunan ini, mereka memindai musuh yang menuju ke lokasi yang sama, menilai berapa banyak tim yang mungkin akan mereka lawan.
"—Dua tim, ya?" (Haruto)
"—Dua tim, eh?" (Aya)
"..." (Haruto)
"..." (Aya)
Selama sesaat itu, mereka berdua memikirkan hal yang sama.
"Kita memikirkan hal yang sama, bukan?" (Haruto)
"I-Iya! Kebetulan sekali..." (Aya)
Tawa Aya, diiringi suara yang tidak stabil, kayaknya mengungkapkan rasa gugup.
*
[Sehari sebelum Haruto dan Aya bermain bersama-sama]
"Hehe, besok aku akan bermain gim dengan Haruto-san. Yei~ (Asyik~)!" (Aya)
Di bawah lampu yang redup, Aya menyelinap ke ranjangnya, dengan senyum cerah. Dia menendang-nendangkan kakinya dengan gembira dan membenamkan wajahnya di dalam bantal.
Tentu saja, Aya sangat menantikan untuk bermain dengan Haruto, tetapi yang lebih membuatnya bersemangat yaitu fakta bahwa dia menerima pujian dari seseorang yang dia kagumi.
Haruto merupakan pemain dengan rank Platinum, tiga peringkat di bawah Aya, yang telah mencapai rank Predator. Ini berarti kecil kemungkinan Aya akan jadi beban, dan sebaliknya, ada kemungkinan besar kalau Haruto akan memuji Aya kalau Aya dapat memamerkan keahliannya.
– (Kamu benar-benar hebat~!)
– (Kamu sangat dapat diandalkan!)
– (Kok kamu bisa begitu jago!?)
Aya membayangkan mendengar pujian kayak gitu. Aya percaya kalau dia dapat membuat Haruto terkesan, dan mungkin, dengan lebih sering bermain bersama, mereka bisa jadi lebih dekat!
"Ba-Bagaimana aku mesti merespons kalau Haruto-san memujiku? Aku mungkin akan terlalu senang dan kata-kataku tidak akan keluar sama sekali... ...dan kalau aku akhirnya bilang sesuatu yang aneh... ...Iya, itu tidak bagus." (Aya)
Pikiran itu saja sudah membuat dada Aya sakit.
"Eum, mari kita lihat..." (Aya)
Di kamar yang remang-remang, Aya menyalakan ponsel pintarnya dan membuka memo, dengan cepat mengetik. Aya menulis baris-baris naskah persis kayak yang akan dilakukan oleh Oni-chan.
"Hehe, aku akan dipuji banyak. Mungkin aku bahkan dapat menggunakan semua balasan yang sudah aku pikirkan." (Aya)
Tidak ada yang menyangka Aya akan melakukan hal kayak gini. Kenyataannya, ini merupakan pertama kalinya Aya melakukan hal kayak gini. Dengan kata lain, Aya benar-benar tidak mau Haruto berpikir kalau dia itu aneh.
"Hmm~! Aku berharap besok cepat datang. Aku benar-benar mau dipuji banyak... ...juga, aku mau lebih dekat dengan Haruto-san..." (Aya)
Aya meregangkan tubuhnya, membiarkan kegembiraannya yang meluap-luap mengisi kamarnya.
Aya memang memanjakan diri dalam fantasi yang rumit, tetapi segalanya tidak berjalan persis kayak yang dia bayangkan.
♦
Gim santai pertama:
Haruto: 2870 damage, 6 kill, 2 assist, 9 knockdown.
Aya: 3210 damage, 8 kill, 3 assist, 11 knockdown.
Bersama-sama, mereka mengeliminasi sekitar 5 squad.
Ranking tim: 1.
Gim santai kedua:
Haruto: 2343 damage, 7 kill, 1 assist, 8 knockdown.
Aya: 2255 damage, 6 kill, 3 assist, 8 knockdown.
Bersama-sama, mereka mengeliminasi sekitar 4 squad.
Ranking tim: 1.
Gim santai ketiga:
Haruto: 3171 damage, 9 kill, 4 assist, 9 knockdown.
Aya: 2828 damage, 8 kill, 4 assist, 6 knockdown.
Bersama-sama, mereka mengeliminasi sekitar 7 squad.
Ranking tim: 1.
Tiga kali kemenangan beruntun.
Setelah pertandingan pertama, ada obrolan kayak 'Itu cuma keberuntungan!', 'Perasaanku sedang bagus hari ini!', 'Kamu hebat!' yang berseliweran.
Obrolan serupa berlanjut setelah pertandingan kedua.
Namun, setelah pertandingan ketiga, obrolan semacam itu menghilang.
Metrik kinerja kayak damage yang diberikan dan kill sangat mencurigakan, tetapi bukan cuma itu. Kecepatan mereka dalam memberikan perlindungan, memprediksi zona aman, kecepatan mereka dalam mengeliminasi musuh, dan strategi keseluruhan mereka —semua faktor ini menyoroti kalau mereka berdua punya 'tingkat keahlian yang serupa'.
"Haruto-san, itu pasti akun cadangan! Kamu terlalu hebat! Apa peringkat akun utamamu!?" (Aya)
"Iya, meskipun kamu bilang begitu, Shirayuki-san, kamu..." (Haruto)
"Aku sudah memperhatikan gerakan Haruto-san dengan saksama, tetapi bukannya kamu sebenarnya berada di level teratas?" (Aya)
"Ko-Kok kamu tahu? Apa Shirayuki-san bilang begitu karena kamu pernah mencapai rank Predator sebelumnya... ...atau semacamnya?" (Haruto)
"A-Aku pernah menonton video pemain top sebelumnya!" (Aya)
Tidak peduli alasan apa yang mereka buat-buat, jelas kalau mereka punya tingkat keahlian yang tidak jauh dari pemain top.
Pada titik ini, pertanyaan yang mengganjal di benak mereka yaitu soal akun utama mereka... ...dan dengan kecurigaan ini, mereka memasuki pertandingan keempat.
—Tetapi kemudian tragedi melanda.
Chat (Rekan Tim): [Tunggu? Apa ini serius!?]
Seorang rekan tim acak dalam antrean solo tiba-tiba memasukkan pesan ini ke dalam chat.
"..." (Haruto)
"..." (Aya)
Mereka berdua, setelah melihat chat itu, terdiam. Keringat dingin mulai membasahi jidat mereka.
Ini merupakan kata-kata yang tidak sembarangan diucapkan pada pemain biasa. Ini merupakan kata-kata yang diperuntukkan buat streamer atau content creator...
Dan target chat ini jadi jelas dengan rangkaian kata berikutnya.
Chat (Rekan Tim): [Itu akun cadangan Oni-chan, bukan?]
"Ahaha. A-Aku rasa rekan tim kita salah paham..." (Haruto)
Haruto segera mencoba menanggapi apa yang diketik di chat tetapi...
"..." (Aya)
"A-Aku penasaran apa yang dibilang rekan tim kita? Be-Benar begitu bukan, Shirayuki-san?" (Haruto)
"..." (Aya)
Saat Haruto bertanya, Aya tetap diam.
Dalam keheningannya, Aya mulai mengetik di obrolan ke rekan tim lainnya.
Chat (Aya): [Mengapa kamu kepikiran begitu?]
♦
"Tung-Tunggu! Kamu tidak perlu menanyakan itu!" (Haruto)
Wajar kalau suara panik Haruto keluar.
Kalau Haruto tidak menghentikan diskusi antara rekan tim mereka dan Aya, situasi mungkin akan jadi tidak terkendali.
Dan yang memperburuk keadaan, itu diekspos pada Aya, pelanggan setia di kafe...
Dalam keadaan panik, satu-satunya pikiran yang terlintas di benak Haruto yaitu cara campur tangan dan mencegah mereka berbicara satu sama lain.
"E-Eum, Shirayuki-san. Aku akan membisukan Diacord sebentar. Juga, atur volume voice chat dalam gim ke nol, oke?!" (Haruto)
"...I-Iya." (Aya)
"Eum, maaf... Aku akan segera kembali!" (Haruto)
Dengan pengaturan ini, meskipun Haruto mencoba berkomunikasi dengan rekan tim mereka, Aya tidak akan dapat mendengarnya.
Meskipun Haruto merasakan kelegaan setelah mengendalikan situasi, Aya sangat menyadari niat asli Haruto.
Sambil mengabaikan instruksi Haruto, Aya dengan cepat kembali ke tab pengaturan dalam gimnya dan menaikkan volume voice chat dari 0 jadi 50.
Tentu saja, Haruto tidak tahu kalau Aya telah mengubah pengaturannya agar dapat mendengar obrolan, jadi Haruto melanjutkan untuk berbicara dengan rekan tim.
"(He-Hei... ...Kok kamu tahu kalau ini akun cadanganku...? Aku belum pernah mengunggah apapun soal akun ini selama streaming-ku, bukan?)" (Haruto)
Haruto sengaja mengubah nada dan ekspresinya, mengungkapkan dirinya sebagai Oni-chan.
"(Itu lebih dari setahun yang lalu, tetapi ada satu kali aku pernah melihatnya! Apa kamu ingat kalau ada waktu saat kamu melakukan tantangan 1 lawan 1?)" (Rekan Tim)
"(Hah? Be-Benarkah...? Aku rasa itu pertama kalinya aku menggunakan akun ini... ...Aku tidak kepikiran kalau ada yang akan mengingatnya. Lagipula, itu lebih dari setahun yang lalu, sebelum channel-ku benar-benar mulai sukses.)" (Haruto)
"(Itu karena aku sudah menontonmu sejak kamu masih punya sekitar 100 subscribers!)" (Rekan Tim)
"(Se-Sejak dulu!? Iya, terima kasih, sungguh. Itu membuatku senang mendengarnya.)" (Haruto)
"(E-Eum. Aku punya permintaan buatmu.)" (Haruto)
Melihat sebuah kesempatan, Haruto dengan cepat mengangkat topik utama diskusi.
"(Hei, jadi, Aku memang Oni-chan, tetapi bisa tidak kamu mengetik di chat sesuatu kayak 'Ups, itu cuma salah paham!' atau 'Sudahlah, aku salah!'? Aku sedang party dengan rekan tim lain, dan aku tidak mau dia tahu kalau aku menggunakan akun ini. Ah, dan volume voice chat dalam gimnya sudah dimatikan, jadi kamu tidak perlu khawatir dia akan mendengarkan obrolan ini.)" (Haruto)
"(Apa ada sesuatu di akun ini yang tidak mau kamu dia ketahui?)" (Rekan Tim)
"(Iya... ...Jangan bilang siapa-siapa soal ini, oke? Akun ini... nama penggunanya ada kata, 'ubi (o imo)', yang merupakan plesetan dari kata, 'adik cewek' (o imouto)'.)" (Haruto)
"(Eh!? Memang maksudnya begitu!? Jadi kamu memang seorang penyayang adik!)" (Rekan Tim)
"(Di-Diamlah. Memangnya mengapa kalau begitu?)" (Haruto)
Demi mendapatkan kerja sama dengan cepat, Haruto memberikan insentif berupa rahasia nama penggunanya.
"(I-Iya, bagaimanapun juga, karena ini, tolong bantu aku!! Oke!?)" (Haruto)
"(Oke!)" (Rekan Tim)
"(Okelah!)" (Haruto)
Mungkin karena berasal dari fans sejati, Haruto merasa lega dengan responsnya. Namun, ini tidak berlangsung lama. Pada saat itu, suara yang familiar memasuki voice chat mereka.
"(A-Apa yang kalian bicarakan...? Yang lebih penting! Kamu itu Oni-chan itu yang asli, ya?!!)" (Aya)
"(Hah? A-Apa...? Hei, kamu mestinya tidak muncul! Aku sudah bilang padamu buat membisukan voice chat, bukan?)" (Haruto)
"(Meskipun voice chat-nya dibisukan, suara ke teks masih terlihat di chat jadi percuma, loh?)" (Aya)
"(Ah...)" (Haruto)
Saat Haruto panik tadi, ia benar-benar lupa soal fitur itu di gim. Wajah Haruto langsung memucat, dan ia mulai berkeringat dingin, tetapi ia masih belum siap menyerah.
"(Tidak, kalau cuma chat, mungkin aku masih dapat mengelak...?)" (Haruto)
"(Tidak, kamu tidak dapat mengelak!)" (Aya)
"(Kamu tidak tahu itu!)" (Haruto)
"(Mustahil kamu dapat berbohong buat lolos dari ini!)" (Aya)
"(Tidak, tidak, tidak, mungkin ada kesempatan...)" (Haruto)
"(Sama sekali tidak! Aku tidak akan tertipu! Lagipula, aku sudah dengar semuanya!)" (Aya)
Ayaya membalas dengan emosional menggunakan dialeknya yang kuat.
Tetapi, mengingat keadaannya, itu tidak dapat dihindari...
Bagaimanapun, Ayaya telah mencari nasihat hubungan dari seseorang yang dia kira itu Oni-chan.
—("Iya, begini! Dia suka staf kafe, seseorang yang dewasa dan baik!")
—("Abang-abang itu dengan berani menghadapi mereka dan membelanya! Keren banget, bukan!?")
—("Dan selain itu, Abang-abang itu sangat memperhatikannya! Abang-abang itu dengan sungguh-sungguh menggambar latte art buatnya, menulis pesan yang membuatnya senang, dan sangat perhatian! Bukannya Abang-abang itu hebat!?")
Ayaya bahkan sampai mengungkapkan detail yang memalukan pada Oni-chan.
Di tengah kepanikan, emosi tulus Aya muncul ke permukaan. Karena itulah, rekan tim mereka mau tidak mau menyadari ada yang aneh.
"Hah? Eum, apa orang yang kamu ajak jadi satu tim itu Ayaya, si pro gamer itu?" (Rekan Tim)
"!?" (Aya)
Terdengar suara yang tajam.
"Ah... ...Kamu juga kepikiran begitu, ya? Suara dan dialeknya persis sama, bukan?" (Haruto)
"A-Apa yang kalian berdua bilang!? Aku bukan Ayaya..." (Aya)
Tiba-tiba, situasi berubah jadi 2 lawan 1 melawan Aya.
"Iya, kalau aku satu tim dengan Oni-chan, akunku mestinya di rank Predator, bukan?" (Aya)
"Meskipun kamu mencoba mengubah cara bicaramu, itu cuma akan membuatnya semakin mencurigakan." (Haruto)
"Kalau begitu bagaimana lagi aku dapat menutupinya!? Tidak ada cara lain!" (Aya)
"Mungkin coba meniru Ayaya dan bilang sesuatu kayak 'Aku Ayaya~'." (Haruto)
"Itu pasti tidak akan berhasil!" (Aya)
"Mereka bilang bahkan selebritas pun bisa tidak dikenali jika mereka bertindak percaya diri tanpa menyamar." (Haruto)
Di tengah perselisihan sengit mereka, rekan tim acak itu menyela dengan nasihat yang masuk akal.
"Begini, aku rasa mungkin kalian berdua mesti berhenti mencoba menyesatkan satu sama lain." (Rekan Tim)
"Ah..." (Haruto & Aya)
Benar. Karena rahasia sudah terbongkar, tidak ada gunanya berdebat. Mereka berdua perlahan terdiam.
Dengan begitu, pertandingan keempat dimulai dengan beban pada konsentrasi dan kondisi mental mereka...
Oni-chan: 138 damage, 0 kill, 0 assist, 0 knockdown.
Ayaya: 98 damage, 0 kill, 0 assist, 0 knockdown.
Di semua pertandingan sebelumnya, duo itu telah mengalahkan sekitar 15 musuh, tetapi di pertandingan khusus ini, mereka tidak dapat mengeliminasi satu pun lawan, membuat mereka jadi beban. Setelah kalah dalam gim dan meminta maaf pada rekan tim mereka, mereka berdua kembali ke lobi...
"..." (Haruto)
"..." (Aya)
Keheningan menyelimuti mereka dan itu bukan cuma karena mereka mengalah di gim terakhir itu.
"Eum, Oni-chan?" (Aya)
"A-Ada apa, Ayaya-san? Maksudku, Shirayuki-san." (Haruto)
Iya, sekarang setelah mereka mengetahui identitas asli masing-masing...
"Ja-Jadi... bagaimana perasaanmu sekarang?" (Aya)
"Eh? Meskipun kamu menanyakan itu padaku, aku masih kesulitan mengikuti situasinya... Maksudku, fakta kalau dua orang streamer secara kebetulan bertemu di kehidupan nyata... ...Iya, aku memang sudah curiga kalau kamu itu Ayaya." (Haruto)
"Tidak, bukan itu. Sesuatu yang lain..." (Aya)
"Sesuatu yang lain?" (Haruto)
"Apa kamu tidak ingat apa yang aku konsultasikan padamu? Kalau kamu sudah lupa, tidak apa-apa..." (Aya)
"Soal temanmu itu... ...yang sebenarnya kisahmu sendiri?" (Haruto)
"?! Astaga~! Kamu benar-benar sudah tahu semuanya!!" (Aya)
Dengan respons ini, emosi Aya meledak dalam sekejap.
"Iya, informasinya cocok dengan yang aku tahu, jadi..." (Haruto)
"Wah~! Aku tidak mau dengar lagi! Aku akan marah kalau kamu terus bilang begitu!!" (Aya)
"Ahaha..." (Haruto)
Suara Ayaya, yang dipenuhi penderitaan kayak gitu, merupakan sesuatu yang belum pernah didengar siapa pun sebelumnya. Itulah yang pertama buat Haruto.
"Ah astaga~!, segalanya telah berakhir... Hidupku telah berakhir... ...Mengapa cowok yang aku ajak konsultasi masalah cinta aku malah Haruto-san...! Ja-Jadi, eum, segalanya telah terbongkar, bukan!?" (Aya)
"..." (Haruto)
Konfirmasi diam diberikan.
"Mn~! Hah... ...Wajahku merah sekali. Aku rasa aku tidak dapat menghadapi Haruto-san lagi..." (Aya)
Dengan suara lemah dan bergetar, Aya mengungkapkan perasaannya. Namun, Aya dengan cepat mengalihkan topik obrolan seakan-akan menutupi rasa malunya.
"Ngomong-ngomong, mengapa Oni-chan bekerja di kafe? Dengan jumlah subscribers dan penayangan yang dimiliki Oni-chan, kamu mestinya dapat hidup dari pendapatan iklan, bukan?" (Ayaya)
"I-Iya, itu benar, sih, tetapi... ...Streaming-ku sebagian besar mengandalkan persona toksik, jadi tidak akan mengejutkan jika aku di-demonetize. Bahkan, aku sudah diperingatkan oleh manajemen..." (Haruto)
"Eh!?" (Aya)
Kalau mata pencarian seseorang bergantung pada satu streaming saja, semua pendapatan iklan dapat hilang saat di-demonetize.
Kalau hal kayak gitu terjadi, itu akan menyebabkan masalah buat Yuno. Meskipun Haruto mau mengirim Yuno ke universitas, itu bisa saja menghambat studinya kalau Yuno jadi terlalu gigih dalam membantu.
Demi mencegah hal itu, Haruto punya itu sebagai rencana cadangan — tiang kedua.
"Tetapi, tahu tidak, kebetulan kayak gini benar-benar terjadi, ya...? Mengejutkan sekali Ayaya-san baru mahasiswi tahun pertama." (Haruto)
"Hei... Biarkan aku memberi tahumu ini dulu!" (Ayaya)
"Hmm?" (Haruto)
"E-Eum... ...bukan berarti aku menyukai Haruto-san atau semacamnya, oke!? Kayak yang sudah aku sebutkan sebelumnya, aku cuma tertarik padamu!! Paham!?" (Aya)
"Ahaha. Aku paham. Makanya aku santai saja." (Haruto)
Meskipun Haruto menenangkan Aya dengan nada kayak biasanya, wajah Aya memerah. Sambil menggaruk pipinya, Aya berusaha keras menyembunyikan rasa malunya.
"Ka-Kalau begitu... ...Iya. Juga, rahasiakan ini, oke!? Kalau ini sampai bocor ke seseorang, eum, itu mungkin secara tidak langsung mengungkapkan kalau Ayaya dan Oni-chan itu... ...gitu loh." (Aya)
"Aku tahu." (Haruto)
"Te-Terima kasih..." (Aya)
Dan dengan ekspresi rasa terima kasihnya, Aya beralih ke nada yang lebih serius.
"Eum... ...Oni-chan. Aku mau mengganti topik, tetapi ada kemungkinan kalau kita akan menghadapi reaksi balik, bukan?" (Aya)
"Iya... ...Aku juga memikirkan hal itu." (Haruto)
Mereka berdua akrab dengan industri streaming, jadi mereka berbagi kekhawatiran yang sama.
"Jujur saja, kita mesti bersiap... ....Tergantung pada apa yang rekan tim itu lakukan. Kalau sampai bocor kalau Oni-chan dan Ayaya-san punya hubungan yang cukup dekat buat bertemu di kehidupan nyata, fans Ayaya-san, terutama yang cowok, mungkin akan kesal..." (Haruto)
Di industri ini, 'orang' membangun basis fans. Kalau hubungan mereka disalahpahami sebagai romantis, viewers mungkin akan berpaling, jadi antagonis dan bermusuhan. Meskipun mereka mengungkapkan seluruh proses yang mengarah pada situasi ini, mustahil ada yang akan mempercayainya.
"Tetapi, Shirayuki-san, kamu tidak perlu khawatir. Aku yang akan mengurusnya. Jujur saja, aku bisa saja bilang kalau aku mengancam dan memaksamu dalam hal ini." (Haruto)
"Eh, kamu tidak boleh begitu!" (Aya)
"Situasi ini sepenuhnya salahku. Kalau aku ingat kalau aku pernah menggunakan akun ini sebelumnya saat streaming, ini tidak akan terbongkar sejak awal." (Haruto)
"Tetapi itu tidak benar! Itu karena aku bicara blak-blakan..." (Aya)
"Shirayuki-san, kamu cuma terjebak dalam baku tembak." (Haruto)
Kalau itu Oni-chan, tidak masalah kalau ada reaksi balik. Meskipun banyak viewers mungkin pergi, kerusakannya tidak akan separah kalau Ayaya-san yang terkena.
Tepat pada saat itulah Oni-chan menunjukkan tekadnya demi bertanggung jawab dan melindungi Ayaya—
Sebuah pesan pribadi tiba di akun [Oimo_daisukiyo]:
Pesan Pribadi: [Aku rekan tim dari barusan, terima kasih banyak buat hari ini! Meskipun gimnya berakhir cukup cepat, suatu kehormatan dapat bermain bersama kalian!]
Ini yang tertulis di pesan, diikuti judul:
Pesan Pribadi: [Langsung ke topik utama. Mengingat masalah yang baru-baru ini kalian berdua alami, tenang saja aku tidak punya niat buat menyebarkan ini ke mana pun. Satu-satunya hal yang aku sebarkan cuma yang berhubungan denganmu, sebagai fans-mu, wkwk. Kalau begitu, aku menantikan aktivitas kalian di masa depan! Seiring pergantian musim, jaga kesehatan kalian baik-baik!]
"Shirayuki-san..." (Haruto)
"Iya?" (Aya)
"Kayaknya kita aman dari reaksi balik." (Haruto)
"Hah!?" (Aya)
Dan begitulah, Haruto menyampaikan isi pesan ini, dengan hati-hati memilih kalimat:
'Kalaupun ada yang mungkin aku sebarkan, itu cuma yang berhubungan denganmu, sebagai fans-mu, wkwk.'
Rasa lega menyelimuti mereka tepat pada waktunya.
♦
Beberapa jam kemudian.
Sebuah video suntingan diunggah di media sosial.
[Ketemuan dengan Oni-chan di gim santai! Rahasia Oni-chan terbongkar (dengan suara)!]
Dengan judul yang clickbait dan menarik perhatian.
*
"(He-Hei... ...Kok kamu tahu kalau ini akun cadanganku...? Aku belum pernah mengunggah apapun soal akun ini selama streaming-ku, bukan?)" (Oni-chan)
"(Itu lebih dari setahun yang lalu, tetapi ada satu kali aku pernah melihatnya! Apa kamu ingat ada waktu saat kamu melakukan tantangan 1 lawan 1?)" (Rekan Tim)
"(Hah? Be-Benarkah...? Aku rasa itu pertama kalinya aku menggunakan akun ini... ...Aku tidak kepikiran kalau akan ada yang akan mengingatnya. Lagipula, itu lebih dari setahun yang lalu, sebelum channel-ku benar-benar mulai sukses.)" (Oni-chan)
"(Itu karena aku sudah menontonmu sejak kamu punya sekitar 100 subscribers!)" (Rekan Tim)
"(Se-Sejak dulu!? Iya, terima kasih, sungguh. Itu membuatku senang mendengarnya.)" (Oni-chan)
*
Dari momen rasa terima kasih pada viewers—
*
"(Hei, jadi, Aku ini memang Oni-chan, tetapi bisakah kamu mengetik di chat sesuatu kauak 'Ups, itu cuma salah paham!' atau 'Sudahlah, aku salah!'? Aku sedang party dengan rekan tim lain, dan aku tidak mau dia tahu kalau aku menggunakan akun ini. Ah, dan volume voice chat dalam gimnya sudah dimatikan, jadi kamu tidak perlu khawatir dia akan mendengarkan obrolan ini.)" (Oni-chan)
"(Apa ada sesuatu di akun ini yang kamu tidak mau dia ketahui?)" (Rekan Tim)
"(Iya... Jangan bilang siapa-siapa soal ini, oke? Akun ini... ...nama user-nya ada kata, 'ubi (o imo)', yang merupakan plesetan dari kata, 'adik cewek' (o imouto)'.)" (Oni-chan)
"(Eh!? Memang maksudnya begitu!? Jadi kamu itu memang seorang penyayang adik!)" (Rekan Tim)
"(Di-Diamlah. Memangnya mengapa kalau begitu?)" (Oni-chan)
*
—Ke kisah rahasia Oni-chan, berpikir kalau itu mesti disebutkan demi mendapatkan kerja sama dari rekan timnya.
*
"(I-Iya, bagaimanapun juga, karena ini, aku mohon bantu aku!! Oke!?)" (Haruto)
*
—Ke isi permohonan Oni-chan.
Demi menghindari identifikasi lengkap, chm 'yo' di 'Oimo_daisukiyo' yang disensor.
Akibatnya, makna yang disampaikan dalam nama pengguna sedikit berubah dari nada bercanda "Aku cinta dia (daisukiyo)?" jadi nada tulus "Aku cinta dia (daisuki)!"
Entah itu disengaja atau kebetulan, cuma penyunting saja yang tahu.
Lebih jauh lagi, di akhir video ini, salah satu kalimat terkenal Oni-chan disisipkan dengan suara bergema.
Itu merupakan pernyataan yang Oni-chan buat dari masa lalu, dan bahkan ia tidak dapat mengingat kapan ia bilang begini.
"Aku kebal terhadap serangan dari haters. Aku siap buat segala jenis kritik yang akan aku terima." (Oni-chan)
Video baru soal Oni-chan ini mengaduk-aduk diskusi yang sudah berlangsung soalnya di komunitas ABEX.
Pengguna media sosial mengerumuni Oni-chan bagaikan piranha.
Komentar: [Mestikah kita ganti namanya jadi [Channel Cinta Keluarga Oni-chan] wkwk.]
Komentar: [Suntingannya terlalu bagus!]
Komentar: [Nama akun cadangan Oni-chan terlalu memalukan, wkwk.]
Komentar: [Aku mau melihat reaksi Adik-nya saat dia tahu arti di balik nama user ini!]
Pernyataan Oni-chan tampaknya telah memicu reaksi dan diskusi yang hidup di antara users media sosial.
Responsnya luar biasa, dengan lebih dari 10.000 like dalam waktu kurang dari 30 menit.
Korban (Oni-chan) sendiri baru menyadarinya saat istirahat kerja, beberapa waktu setelah bermain dengan Aya.
"A-Apa-apaan ini... Apa ini? Tidak, seriusan, ini kacau... ...Aku sudah bilang buat merahasiakannya." (Haruto)
Sudah berapa kali ini terjadi...
Sambil melihat banjir notifikasi yang datang dari Twitto dan menonton video yang disunting, Haruto merosot di bangkunya.
"Mengapa sih orang itu merekam waktu itu...? Dan ia kebetulan dapat menyunting video... ...Hah." (Haruto)
Di dunia yang serba nyaman saat ini, cuma perlu menekan satu tombol buat memulai perekaman. Mungkin ia mulai merekam tepat setelah mengetahui buat merayakan momen itu.
"Euh... ....Apa-apaan sih, seriusan. Semua yang aku lakukan akhir-akhir ini malah jadi bumerang... ....Orang itu benar-benar cuma menyebarkan soalku... ...Euh, ini yang terburuk. Ini bahkan jadi trending di dunia hiburan... ...Semua orang akan melihat ini, bukan...?" (Haruto)
Di malam hari, yang jadi trending di Twitto yaitu dua karakter, 'o imo' (adik cewek). Dua karakter itu lebih dari cukup buat menarik perhatian orang.
Sementara itu, notifikasi terus menumpuk.
Dengan mengetuk notifikasi, komentar waktu nyata dari viewers mengubah streamer itu jadi mainan hidup.
Komentar: [Hei, penyayang adik! Bagaimana kabarmu!? Kamu sudah terbongkar!]
"Aku tidak baik-baik saja..." (Haruto)
Komentar: [Oni-chan! Apa adikmu imut!?]
"Bukannya itu sudah jelas?" (Haruto)
Komentar: [Apa kamu suka adikmu!? Atau kamu sayang dia!? Yang mana!?]
"Diamlah..." (Haruto)
Komentar: [Bagaimana kalau mengganti nama channel-mu jadi [Oni Penyayang Adik] mulai sekarang?]
"Kalian menyebalkan..." (Haruto)
Oni-chan memang tidak terlalu jago membalas, tetapi dalam situasi ini, kata-katanya keluar begitu saja.
"Hah. Mengapa ini mesti terjadi...? Seriusan, mengapa ini mesti terjadi...? Aku lebih suka insiden streaming lain ketimbang apapun yang terjadi saat ini." (Haruto)
Konsekuensi dari insiden streaming pertama yang Oni-chan sebabkan merupakan persona palsunya terbongkar.
Namun, kecelakaan kali ini membongkar rasa sayang Oni-chan pada adiknya. Itu tidak tertahankan.
Dan suntingan video membuat segalanya lebih buruk.
—"Iya... Jangan bilang siapa-siapa soal ini, oke? Akun ini... ...nama user-nya ada kata, 'ubi (o imo)', yang merupakan plesetan dari kata, 'adik cewek' (o imouto)'."
—"Aku kebal terhadap serangan dari haters. Aku siap buat segala jenis kritik yang akan aku terima."
Transisi dari dua kalimat ini menghasilkan nada ejekan seakan-akan mendorong viewers buat sengaja menggoda Oni-chan soal pengungkapan itu. Penekanan pada gema di kalimat terakhir membuatnya terdengar kayak tantangan seakan-akan bilang, "Kalau kalian tidak percaya, coba saja ejek aku!"
"Orang itu mestinya menggunakan keahlian penyuntingan yang cerdas itu buat hal lain... ...Sungguh buang-buang bakat, tidak peduli bagaimana kalian melihatnya..." (Haruto)
Akibatnya, sebagian besar pengguna yang menonton video itu kepikiran:
(Tantangan diterima! Kami tidak akan menahan diri!!)
"Hah. Aku merasa sangat malu, rasanya pengin mati..." (Haruto)
Menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan mengusap pelipisnya untuk mengalihkan perhatian, Oni-chan menghela napas. Pada saat itu, saat kepalanya terasa kayak akan terbakar karena panas, ia menerima notifikasi.
"(Haruto-san, jam berapa kamu selesai kerja hari ini?)" (Aya)
Itu merupakan pesan di LAIN dari Aya, yang telah dia tukar informasi kontaknya pada hari mereka membuat rencana buat bermain ABEX.
Sambil bertanya-tanya apa Aya sengaja mengirim pesan saat jam istirahatnya, Haruto membuka aplikasi LAIN dan membalas.
"(Aku berencana selesai lebih awal hari ini, sekitar jam 9 malam. Apa kamu butuh sesuatu?)" (Haruto)
"(Iya. Aku kepikiran apa aku boleh meminta sedikit waktumu setelah kamu selesai kerja, Haruto-san.)" (Aya)
Permintaan yang tidak biasa dan tidak terduga ini mengejutkan Haruto.
"(Tidak masalah.)" (Haruto)
"(Benarkah!? Kalau begitu aku akan memastikan untuk tiba di toko jam 9 malam, terima kasih!)" (Aya)
"(Hah? Bukannya Kamu ada kelas besok, Shirayuki-san? Bukankah seharusnya Kamu bersiap untuk itu? Dan juga, Kamu tidak perlu repot-repot melakukan ini. Kita bisa melakukannya lewat LAIN saja.)" (Haruto)
"(Tidak, tidak apa-apa. Lagipula, aku mau membicarakan kejadian hari ini dengan benar, jadi aku lebih suka bicara tatap muka. Dan juga, aku mau berterima kasih padamu.)" (Aya)
"(Terima kasih padaku? Buat apa?)" (Haruto)
"(Haruto-san, kamu sudah menanggung segalanya demi aku kali ini, bukan?)" (Aya)
"(Apa yang kamu bicarakan?)" (Haruto)
"(Kamu baik sekali, loh?)" (Aya)
"(Meskipun kamu bilang begitu, aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan.)" (Haruto)
"(Hmm. Okelah kalau begitu, aku akan menjelaskan sampai kamu paham.)" (Aya)
"(Ah, tidak, aku mohon jangan. Aku mohon padamu.)" (Haruto)
"(Hehe, oke. Kalau begitu, lakukan yang terbaik dengan sisa pekerjaanmu, Haruto-san. Aku mesti pergi dan memulai streaming-ku sekarang.)" (Aya)
"(Terima kasih. Kalau begitu, aku mungkin akan menontonnya sampai istirahatku selesai.)" (Haruto)
"(Eh, eum, tentu. Cuma coba jangan terlalu memperhatikanku; rasanya aneh.)" (Aya)
"(Ahaha, apa maksudnya itu?)" (Haruto)
Sambil menyisipkan tsukkomi di akhir, mereka mengakhiri chat mereka.
Demikianlah, Haruto menghabiskan sisa waktu istirahatnya mengintip streaming Ayaya, memanfaatkan waktu luangnya sebaik mungkin.
Dan juga, Haruto memutuskan buat mengabaikan bagian di mana Ayaya salah bicara di awal streaming.
♦
Waktu saat ini menunjukkan pukul 20.50 malam, 10 menit sebelum pekerjaan paruh waktu Haruto berakhir.
"Ha-Halo...?" (Aya)
"Selamat malam, Shirayuki-san." (Haruto)
Mungkin habis berbelanja di suatu tempat, Aya berbicara dengan nada pelan pada Haruto sambil memegang tas kertas yang modis.
"...Begini, aku tidak terlalu tahu caraku mesti menanggapi kalau kamu bersikap semalu ini." (Haruto)
"Aku sudah berusaha keras, oke?! Jangan bahas topik itu lagi!" (Aya)
"Ahaha. Maaf." (Haruto)
Haruto tidak akan melupakan hal itu. Tidak, mustahil buat melupakan.
Konsultasi cinta dan fakta bahwa Aya tertarik pada Haruto.
Aya mungkin juga tidak dapat melupakannya yang menyebabkan hubungan aneh mereka saat ini.
"Eum, jadi, kamu mau pesan minuman dulu?" (Haruto)
"Eum, iya. Kalau begitu... ...Es Almond Latte ukuran besar, tolong." (Aya)
"Siap." (Haruto)
"Ah, dan juga latte art dan pesannya..." (Aya)
"Eum... ...kalau kamu tidak bertingkah seagresif biasanya, itu akan membuatku sadar akan situasinya lagi..." (Haruto)
"Te-Tetapi mustahil buat tidak sadar sejak awal...!! Tahan saja!" (Aya)
"Meskipun kamu bilang begitu..." (Haruto)
Mungkin karena kulit Aya yang putih, wajahnya yang memerah tampak sangat menonjol.
Meskipun begitu, Aya tampaknya berusaha mempertahankan suasana kayak biasanya.
Menanggapi dengan senyuman masam, Haruto mulai menyiapkan pesanan.
Pertama-tama, Haruto fokus pada latte art dan pesan yang diminta.
Sambil menahan suasana yang memalukan, Haruto menuliskan pesan dengan tangan gemetaran.
[Kerja bagus di streaming- (haishin) mu hari ini! Semangat!!]
Demi memastikan kerahasiaan, Haruto menahan diri buat tidak menuliskan kata "streaming (haishin)" secara spesifik. Selanjutnya, latte art.
Sambil membayangkan gambar hamster yang ia temukan secara daring, Haruto dengan rajin mulai menggambar.
...Pada akhirnya, dua giginya jadi terlalu panjang, menghasilkan wajah yang agak aneh, tetapi paling tidak dapat disamarkan sebagai tikus.
Sekarang, yang tersisa cuma membuat almond latte.
"Ah, Shirayuki-san. Aku lupa menyebutkan, tetapi kamu tidak perlu khawatir soal uang kali ini. Karena kamu sudah jauh-jauh datang ke sini jam segini, biarkan aku traktir kamu." (Haruto)
"Tidak, jangan khawatirkan itu. Kamu punya adik, bukan, Haruto-san? Kamu mesti menggunakan uang itu demi kepentingannya." (Aya)
"Hmm? Aneh sekali, aku tidak dapat mendengar apa-apa tiba-tiba." (Haruto)
"Wah, aktingmu parah sekali..." (Aya)
"Apa yang kamu bicarakan?" (Haruto)
Sambil terus berpura-pura tidak tahu sampai akhir, Haruto memasukkan harga almond latte dan menambahkannya sebagai pesanannya sendiri.
Dengan ini, Aya tidak perlu merasa tidak enak saat meminumnya.
Saat total 1.020 yen muncul di kasir, Haruto mencatat jumlahnya dan menutup kasir.
Yang tersisa cuma menyelesaikan tagihan di akhir sifnya. Tentu saja, Haruto sudah mendapat persetujuan dari Manajer-nya buat melakukan hal-hal kayak gini.
"Kalau begitu, aku akan cepat selesaikan pesananmu, jadi aku mohon tunggu sebentar lagi." (Haruto)
"I-Iya. Terima kasih, Haruto-san." (Aya)
"Sama-sama. Maaf juga karena agak memaksa." (Haruto)
"Astaga... ...Cuma Haruto-san saja yang akan melakukan hal kayak gini." (Aya)
"Itu tidak benar. Kamu lebai." (Haruto)
Dengan respons begitu, Haruto cepat-cepat menjauh dari kasir buat mulai menyiapkan minuman.
"...Haruto-san pasti sangat populer di kalangan cewek-cewek..." (Aya)
"Hah? Apa kamu bilang sesuatu?" (Haruto)
"Bu-Bukan apa-apa!!" (Aya)
"Begitu ya? Beri tahu aku kalau ada sesuatu yang mengganggumu." (Haruto)
Saat Aya mendengar respons Haruto, dia tidak dapat menahan rasa sedikit kecewa.
Setelah melayani beberapa pelanggan lagi, waktu akhirnya menunjukkan pukul 9 malam, akhir sif paruh waktu Haruto.
"Wah, aku masih terkejut. Tidak disangka Shirayuki-san itu sebenarnya Ayaya-san..." (Haruto)
"Aku juga sama. Aku merasa itu terlalu kebetulan." (Aya)
Aya dan Haruto duduk di bangku taman terdekat, mengobrol sambil menyeruput minuman mereka.
"Aku sudah penasaran sejak lama, tetapi apa kamu pernah merasa kalau aku itu Ayaya? Lagipula, nama 'Ayaya' bahkan mengandung nama asliku di dalamnya." (Aya)
"Aku memang merasa suara dan kepribadianmu mirip, tetapi cuma sampai situ. Aku tidak pernah membayangkan Ayaya-san itu seorang mahasiswi, dan aku juga berpikir kamu tinggal di daerah berbeda karena dialekmu." (Haruto)
"Ah, begitu ya. Itu masuk akal." (Aya)
Meskipun ada kemiripan, itu tidak cukup buat membuat penilaian yang pasti.
"Tetapi, mungkin pemikiran kita sebenarnya cukup mirip. Aku tidak pernah merasa kalau Oni-chan itu orang yang semuda ini. Apa kamu berusia 20-an?" (Aya)
"Aku tepat berusia 20 tahun." (Haruto)
"Eh... ...Apa!? Jadi usia kita cuma terpaut dua tahun!?" (Aya)
"Iya, secara teknis, iya." (Haruto)
"Mengapa kamu tampak sangat dewasa di usia segini? Aku jadi cemburu." (Aya)
Apa Aya mendambakan diri buat jadi 'dewasa'? Aya menatap wajah Haruto dengan ekspresi serius seakan-akan mencari nasihat.
Saat wajah cantik Aya semakin mendekat, Haruto secara halus menjauhkan diri dan memberikan pemikirannya.
"Kalau aku boleh bilang, mungkin itu karena lingkungan keluarga. Kamu mungkin sudah tahu dari insiden streaming itu, tetapi aku mau jadi kayak orang tua buat adikku." (Haruto)
"Ah... ...Sebenarnya, jangan bicarakan itu lagi!" (Aya)
"Haha, tidak apa-apa kok sekarang. Aku tidak memikirkannya lagi. Terima kasih sudah perhatian." (Haruto)
"Be-Begitu ya?" (Aya)
"Tentu saja. Ngomong-ngomong, Shirayuki-san, apa kamu tinggal sendirian?" (Haruto)
"Iya! Aku pindah ke sini sendiri buat kuliah." (Aya)
"Apa sulit tinggal sendiri?" (Haruto)
"Jujur saja, cukup sulit. Iya, berkat pengalaman ini, aku jadi menghargai betapa orang tuaku menjagaku." (Aya)
"Aku juga merasa begitu. Mencari uang buat biaya hidup, memasak, melakukan pekerjaan rumah tangga – sungguh menakjubkan betapa banyak hal yang terjadi di balik layar. Itu bukan sesuatu yang dapat dikerjakan dengan mudah." (Haruto)
"Benar begitu bukan? Dan bahkan saat mereka lelah, mereka jarang menunjukkannya, bukan?" (Aya)
"Iya, itu sudah pasti benar." (Haruto)
Haruto yang kehilangan kedua orang tuanya, dan Aya yang pindah dari orang tuanya buat kuliah, punya latar belakang yang sangat berbeda. Namun, mereka berbagi sentimen yang sama.
Buat sementara waktu, mereka membahas betapa hebat dan mengagumkannya orang tua mereka, dan di atas beberapa obrolan santai, 50 menit telah berlalu.
"Oke, ini sudah larut. Mari kita simpan obrolan ini buat lain hari. Mari kita ke topik utama sekarang?" (Haruto)
"A-Ah, benar!" (Aya)
Tidak mau membiarkan seseorang yang tinggal sendiri pulang larut, Haruto mengingatkan Aya soal topik utama diskusi, dan Aya dengan sigap mengangguk.
"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan hari ini? Kalau kamu mau membicarakan insiden hari ini, kayaknya itu sudah relatif terselesaikan dengan lancar." (Haruto)
"Mmm!" (Aya)
"Hah?" (Haruto)
Melihat Aya mengeluarkan suara onomatope, Haruto melihat mata Aya yang besar menyipit tajam.
"Haruto-san, kamu akhir-akhir ini menghadapi banyak kontroversi, bukan?" (Aya)
"Itu jenis kontroversi positif, jadi kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Itu tidak mempengaruhiku, dan justru, itu membantu." (Haruto)
"Tetapi itu mempengaruhi Oni-chan secara negatif, bukan?" (Aya)
"..." (Haruto)
"Aku tahu kalau kamu juga peduli padaku." (Aya)
Seakan-akan Aya sudah mengantisipasi segalanya, dia menyerahkan tas kertas modis yang tadinya dia letakkan di pahanya.
"Jadi, Haruto-san, aku mohon terima ini sebagai tanda terima kasihku. Mungkin belum cukup buat segala yang sudah kamu lakukan buatku..." (Aya)
"I-Ini hadiah terima kasih darimu? Apa ini semua?" (Haruto)
"Wah, makaron, kukis, dan baumkuchen! Aku juga menyertakan beberapa buat adikmu." (Aya)
"Tidak, aku tidak dapat menerima sesuatu semahal ini... ...Justru, mestinya aku yang meminta maaf karena melibatkanmu dalam situasi ini." (Haruto)
Meskipun Aya tidak menyebutkannya, harganya kemungkinan sekitar 10.000 yen. Itu merupakan produk dari merek terkenal yang pasti pernah didengar paling tidak sekali.
Meskipun Haruto tentu saja mau membaginya dengan adiknya Yuno, ia tidak dapat menunjukkan keserakahan pada seseorang yang lebih muda.
"Iya, aku cuma melakukan apa yang akan dilakukan siapapun, jadi tidak perlu berterima kasih..." (Haruto)
"Tidak, itu tidak benar." (Aya)
Saat Aya berdebat, angin sepoi-sepoi berembus di malam hari.
"Haruto-san, kamu mencoba menggunakan uang yang kamu hasilkan dari streaming demi membiayai pendidikan adikmu, bukan? Namun, Kamu juga mencoba melindungiku... ...Itu bukan sesuatu yang dapat dilakukan siapapun." (Aya)
"Iya, mengingat gaya streaming Oni-chan, ada banyak potensi buat menyerang balik. Meskipun aku tidak dapat streaming, aku bisa entah bagaimana mencari nafkah kalau aku bekerja keras. Itu bukan masalah besar, kok." (Haruto)
Meskipun ada sedikit rasa malu dalam responsnya, Haruto benar-benar bersungguh-sungguh dengan apa yang ia bilang.
"Hehe~ Jadi kamu tidak menyangkal kalau kamu berusaha melindungi adikmu dan aku?" (Aya)
"..." (Haruto)
"Haruto-san, apa kamu mencoba melindungiku karena kamu kira aku hidup dari uang streaming-ku dan menggunakannya buat kuliah? Apa kamu khawatir kalau aku tidak dapat membayar biayanya, aku mungkin harus putus kuliah...?" (Aya)
"Eum..." (Haruto)
"Aku tahu." (Aya)
Entah Aya mendengar suara menelan ludah Haruto yang tertahan atau membaca dari ekspresi Haruto, Aya tersenyum dan melanjutkan.
"Aku tidak tahu apa-apa soal adikmu, tetapi aku yakin dia juga menyukaimu." (Aya)
"Tung-Tunggu. Mengapa di pikiran Shirayuki-san aku ini seseorang yang menyukai adikku...!? Bukan berarti aku..." (Haruto)
"Nama user-mu kan 'Aku suka adik cewekku' (oimo_daisukiyo)'?" (Aya)
"Iya, itu kayak bilang 'aku suka kamu' di kehidupan nyata... ...Itu lebih kayak ekspresi bercanda." (Haruto)
"Ah, benarkah?" (Aya)
"Jangan menatapku kayak gitu..." (Haruto)
Dengan senyuman lebar yang meluap, Aya menikmati reaksi Haruto, dan Haruto secara alami mengalihkan pandangannya.
"Hehe, aku rasa aku akan berhenti menggodamu buat saat ini." (Aya)
Dengan nada berbelas kasih, Aya berhenti menggoda Haruto.
Melirik Haruto dari samping, Aya mengubah nadanya sekali lagi.
"Hei, Haruto-san." (Aya)
"A-Ada apa?" (Haruto)
"Aku sangat senang dengan apa yang kamu lakukan buatku. Haruto-san, kamu benar-benar luar biasa, bagaimanapun juga." (Aya)
"..." (Haruto)
"Jadi, aku sudah memutuskan untuk belajar dari Kamu, Haruto-san. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa melindungi orang lain saat dibutuhkan. Aku berutang budi pada Kamu, dan idealnya, aku berharap bisa melindungi Kamu sebagai balasannya." (Aya)
"..." (Haruto)
"..." (Aya)
"..." (Haruto)
Tidak tahu mesti bagaimana merespons, Haruto tetap diam.
Mungkin karena suasana, seiring berjalannya waktu, tubuh Aya mulai gemetaran, dan wajahnya memerah padam. Aya membuat gerakan besar dan mengeluarkan serangkaian "Awawa!!" dengan cepat.
"Eum, eum, A-Aku mohon jangan salah paham!! I-Ini bukan pernyataan cinta atau semacamnya! Ini cuma yang benar-benar aku pikirkan! Kalau kita jadian, aku mesti ketemuan dengan adikmu dulu!! Lebih baik dapat izinnya... ...bukan!?" (Aya)
"Ahaha... Aku rasa kamu tidak perlu izinnya, tetapi kalau kamu izin dulu mungkin lebih baik." (Haruto)
"I-Iya! Benar sekali!" (Aya)
"..." (Haruto)
"..." (Aya)
Obrolan tiba-tiba terhenti.
Mereka berdua mungkin merasa malu dengan obrolan yang mengingatkan pada pasangan sungguhan.
Suasana jadi canggung dan agak tidak nyaman.
"O-Oke...! Karena kita sudah menyelesaikan obrolan penting ini, aku rasa sudah waktunya aku pulang!!" (Aya)
"Apa aku perlu mengantarmu pulang?" (Haruto)
"I-Iya! Ka-Kalau kamu sebaik itu padaku... ...aku mungkin dalam masalah." (Aya)
"Hah?" (Haruto)
"Haha, berchanda! Berchanda!" (Aya)
(TL Note: Bacanya pakai nada.)
Sambil menggaruk pipinya dan tersenyum masam, Aya berdiri dengan semangat seakan-akan menyembunyikan wajahnya.
"Kalau begitu, sampai jumpa nanti, Haruto-san! Terima kasih banyak buat hari ini." (Aya)
"Sama-sama. Hati-hati di jalan pulang, sudah mulai gelap." (Haruto)
"Oke!" (Aya)
Perpisahan mereka mendadak.
Aya berlari ke pintu masuk taman, lalu berbalik, melambaikan tangan dengan semangat.
"Haruto-san, hati-hati di jalan pulang juga!" (Aya)
"Siap!" (Haruto)
"Okelah kalau begitu, dah!" (Aya)
Wajah Aya, yang tampak dari kejauhan, entah bagaimana tampak memerah, mungkin cuma karena efek cahaya.
*
"Abang pulang~! ...Ah." (Haruto)
Pulang ke rumah setelah berpisah dengan Aya, Haruto membuka pintu depan dengan suara ceria kayak biasanya. Namun, apa yang terhampar di depan Haruto merupakan pemandangan yang membuat tubuhnya menciut seketika.
Entah itu suara langkah kaki Haruto atau firasat akan kepulangannya, Yuno, dengan kedua tangannya di pinggulnya, berdiri tepat di depan pintu masuk.
"Selamat datang kembali, Abang Bodoh." (Yuno)
"I-Iya." (Haruto)
Suara yang memerintah. Postur yang memerintah. Dan rasanya kayak bayangan menyelimuti bagian atas wajah Yuno.
"Pekerjaan hari ini mestinya selesai lebih awal, jam 9 malam, bukan?" (Yuno)
"I-Iya. Itu benar." (Haruto)
"Sekarang jam berapa?" (Yuno)
"Eum, jam 10:30 malam..." (Haruto)
"Berapa lama waktu yang Abang butuhkan buat perjalanan dari rumah ke tempat kerja Abang?" (Yuno)
"Cuma di bawah 20 menit..." (Haruto)
"Aku selalu memasak pada waktu tertentu supaya Abang dapat makan makanan yang baru dimasak saat Abang pulang, loh." (Yuno)
"Abang benar-benar minta maaf... ...Ada beberapa hal yang terjadi..." (Haruto)
"Hah. Jangan membuatku khawatir kayak gitu... Aku bahkan sudah mengirim Abang pesan." (Yuno)
Dimarahi oleh adiknya yang masih SMA. Itu merupakan pemandangan yang Haruto tidak mau orang lain lihat.
Kalau ada pihak ketiga menyaksikan ini, mereka mungkin mendapat kesan kalau Yuno terlalu protektif, tetapi kenyataannya, mereka itu satu-satunya keluarga satu sama lain.
Itulah sesuatu yang mereka pahami dari rasa sakit kehilangan seseorang yang berharga.
"Kalau Abang tidak memberikan penjelasan yang layak, aku akan terus menceramahi Abang selama 5 menit lagi. Abang itu tipe yang tidak akan paham kalau aku tidak bilang begitu berkali-kali." (Yuno)
"Eum, iya, sebenarnya, Abang terjebak bicara dengan langganan Abang!" (Haruto)
"Itu bukan penjelasan, itu terdengar kayak alasan. Sudahlah. Mana sandal jepitku..." (Yuno)
"Tung-Tunggu sebentar! Sebelum itu, ini! Abang punya hadiah buatmu!" (Haruto)
Merasakan bahaya pukulan yang akan datang, Haruto dengan cepat menyadari situasi genting, dan dengan panik, menunjukkan tas kertas yang ia pegang, berhasil mengalihkan pembicaraan.
"Hadiah?" (Yuno)
"Ini kelanjutan dari penjelasan Abang. Abang dipuji oleh langganan itu, dan entah bagaimana itu membuatnya memberi Abang ini...? Maaf, Abang terlalu asyik mengobrol dengannya. Di dalamnya ada kue-kue gaya Barat favoritmu." (Haruto)
"Hah!?" (Yuno)
Yuno, yang menerima tas kertas dengan kedua tangannya, mulai mengaduk-aduk isinya sambil mengintip, memastikan isinya.
Saat Yuno mengangkat wajahnya lagi, matanya berbinar bagaikan permata.
Ini bukan cuma soal menerima camilan favorit Yuno, tetapi juga soal mendengar kalau keluarganya telah dipuji.
"Abang dipuji di tempat kerja Abang, ya!?" (Yuno)
"I-Iya, (tidak persis soal pekerjaan, sih, tetapi) semacam itulah." (Haruto)
"Mengapa Abang tidak bilang lebih awal! Kalau itu alasannya, aku maafkan Abang." (Yuno)
"Oke!" (Haruto)
Dimarahi oleh Yuno merupakan hal yang paling sulit ditanggung. Haruto mengeluarkan suara gembira di tengah euforia, tetapi ia tanpa sengaja menggali lubang buat dirinya sendiri.
"'Oke'? Abang, Abang kayaknya tidak merenung. Aku tidak bilang Abang tidak perlu memikirkan apa yang sudah Abang lakukan." (Yuno)
"Ti-Tidak... ...Abang benar-benar, sungguh merenung." (Haruto)
"Kayaknya aku masih mesti menceramahi Abang." (Yuno)
"...Abang benar-benar sangat menyesal." (Haruto)
Dan begitulah, ceramah pun dimulai... ...dan sekali, bokong Haruto dipukul dengan sandal jepit.
Pada akhirnya, Yuno menulis kata-kata "Jangan lupa mengabari" di punggung tangan Haruto dengan spidol permanen.
TL Note:
Kocak sekali hubungan percintaan Aya dan Haruto ya, guys?
Yang mau berdonasi demi kelancaran proyek penerjemahan ini juga boleh ya lewat Trakteer: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
←Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya→