Aorikei Geimu Haishinsha (Hatachi) [LN] — Prolog Jilid 1 — Lintas Ninja Translation

Prolog

Do-do-do-do-don~

Dor-dor-dor~

Di sebuah kamar tempat suara tembakan yang intens menggema dari sebuah PC, ada seorang cowok sedang streaming gim berjudul [ABEX]*.

(TL Note: ABEX merupakan versi Author dari Apex Legends, sebuah gim tembak-menembak bergenre battle-royale.)

"Ah, aku mendengar dua pasang langkah kaki dari kanan. Kayaknya para kroco sudah datang!" (?)

Saat cowok itu mendengar langkah kaki musuh, ia menambahkan keseruan pada streaming-nya, melakukan slide buat berlindung di balik penghalang, lalu menghadapi pemain dari posisi menguntungkan.

Situasi baku tembaknya yaitu 2 lawan 1.

Meskipun berada dalam posisi kalah jumlah, cowok itu menunjukkan gerakan yang begitu luar biasa hingga membuat orang-orang penasaran apa ia benar-benar membutuhkan posisi menguntungkan itu.

Setelah menjatuhkan musuh pertama dengan headshot, cowok itu menari-nari sambil menukar senjata, dengan cekatan menghindari peluru dari musuh di belakangnya.

Merasa kalau amunisi musuh mulai menipis, cowok itu segera mendekat dengan gerakan cepat dan memberikan finishing blow pada lawan terakhir.

Segera setelah itu, terdengar suara kill yang menyertai, menandakan berakhirnya pertarungan.

Keheningan tiba-tiba menyelimuti medan perang yang baru saja ramai beberapa saat lalu.

"Oke, itu dia~" (?)

Tidak ada ketegangan dalam suara cowok ini. Dengan suara riang, ia mengais-ngais item dari musuh yang telah dikalahkan.

"Terima kasih atas donasi item-nya~ Silakan datang lagi!" (?)

Ia mulai melakukan tea-bagging* di atas mayat musuh. Tidak ada makna sebenarnya di balik tindakan ini; itu cuma gerakan mengejek. Namun, justru inilah yang membuat streamer ini, "Oni-chan**" jadi populer.

(Catatan TL: *Tea-bagging itu saat kita menekan tombol jongkok berulang kali di atas mayat musuh. Ini dianggap sebagai gestur mengejek.

**Jangan keliru antara 'Oni-chan' dengan 'Onii-chan'. 'Oni-chan' berarti iblis sedangkan 'Onii-chan' berarti abang.)

Cuma dengan akting kayak gini, channel-nya berhasil mencapai 100.000 subscribers.

Saat ia melakukan ejekan kayak biasanya, bagian komentar* dengan 1.500 viewers dibanjiri reaksi.

(Catatan TL: Bagian komentar pada dasarnya itu bagian chat streaming. Aku tidak begitu tahu mengapa Jepang menyebut chat streaming sebagai komentar, tetapi memang begitu.)

Superchat (240 yen): [Kill yang bersih sekali!]

(Catatan TL: Superchat yaitu saat seseorang berdonasi buat membuat pesan yang disorot/menonjol. Aslinya bilang donasi, tetapi konteksnya tampaknya cocok dengan Superchat.)

Superchat (1000 yen): [Bagus!]

Superchat (2000 yen): [Cowok ini terlalu kuat.]

Selain itu, komentar-komentar biasa mulai membanjiri.

Komentar: [Ini menjengkelkan. Aku tidak peduli siapa, seseorang, beri cowok ini pelajaran!]

Komentar: [Ini benar-benar menjijikkan. Aku tidak paham gunanya melakukan hal kayak gini. Main saja dengan normal.]

Komentar: [Aku setuju.]

Komentar: [Ia melakukan tea-bagging sangat cepat. Orang ini benar-benar sudah terbiasa.]

Komentar: [Bagus, teruskan!]

Reaksi campuran dari chat merupakan kejadian sehari-hari.

Cowok itu tahu betul kalau ia dapat mendapatkan banyak penayangan dengan bersikap 'toksik' sehingga ia terus melakukannya.

Sebagai hasilnya, meskipun jadi sosok yang paling banyak dikritik dan paling tidak disukai di komunitas ABEX, cowok ini telah mendapatkan banyak penonton dengan menyiarkan konten yang bahkan menarik mereka yang berharap buat melihatnya dikalahkan.

"Okelah kalau begitu, mari kita cepat menang dan sudahi saja buat hari ini." (?)

Bahkan dengan deklarasi berani di tengah gim itu, cowok tersebut tidak pernah benar-benar mati.

Dengan setiap kill yang cowok itu dapatkan, ia terus mengejek musuh.

Saat kata ‘CHAMPION’ ditampilkan di layar, cowok itu berbicara dengan bangga.

"Iya, sama kayak biasanya, ya? Mungkin aku mestinya menahan diri sedikit agar musuh dapat bermain lebih banyak. Ah, dan terima kasih atas donasinya!" (?)

Komentar: [Jangan buang-buang uang kalian pada orang kayak gini.]

Komentar: [Akan lebih asyik kalau kamu kalah.]

Komentar: [Wah! Dominasi satu sisi yang luar biasa.]

Komentar: [Akan asyik kalau ia tidak mengejek…]

Komentar: [Ia terlalu jago.]

Membaca berbagai komentar, cowok itu pun mengakhirinya.

"Sudah ya. Kayak yang aku bilang sebelumnya, kita selesai buat hari ini. Terima kasih sudah menonton, gaes!" (?)

Komentar: [Kerja bagus!]

Komentar: [Terima kasih atas kerja kerasmu!]

Komentar: [Mengapa tidak satu ronde lagi!?]

Komentar: [Berhentilah bermain gim ini.]

Komentar: [Iya, tadi itu asyik.]

Setelah selesai, cowok itu menggerakkan tetikus-nya, mematikan bagian komentar, dan menempatkan PC dalam mode tidur, membuat layar jadi gelap.

Karena rutinitas tindakan yang biasanya ini, cowok itu lengah setelah menyelesaikan streaming-nya dan melewatkan langkah penting dalam prosesnya.

Langkah agar benar-benar mengakhiri streaming...

Lebih buruk lagi, cowok itu bahkan melakukan kesalahan fatal karena lupa mematikan mikrofonnya...

Secara alami, viewers kini bisa mendengar suara latar.

Tidak menyadari situasi dan mengira streaming sudah sepenuhnya berakhir, cowok itu hendak tanpa sengaja mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya.

"Hah… ...Aku cukup banyak mengejek hari ini… Semoga para gamer lainnya tidak terlalu terganggu olehnya…" (?)

Nada suaranya — itu sama sekali bukan kayak cowok yang barusan streaming beberapa saat lalu.

Komentar: [Hah? Apa ini suaranya 'Oni-chan'? Ia terdengar sangat berbeda, bukan?]

Komentar: [Apa ini semacam lelucon?]

Komentar: [Hei! Mikrofonnya belum mati! Seseorang kasih tahu ia!]

Komentar: [Tidak perlu beri tahu orang kayak gini.]

Komentar: [Uh, aku jadi sangat bersemangat…]

Pikiran mereka yang masih menonton semuanya sama.

—Ini mungkin akan berubah jadi insiden streaming.

Cowok itu, tidak menyadari kalau chat kini lebih ramai dibandingkan saat gim sebenarnya, hendak menunjukkan sesuatu yang tidak dapat diubah.

Tok tok

Suara ketukan pelan menggema dari balik pintu kamar dan dengan cepat disusul oleh suara seorang cewek.

"Abang*, boleh aku masuk? Streaming-nya sudah selesai, bukan?" (?)

(TL Note: Onii-chan dalam bahasa Jepang.)

"Ah, iya. Masuklah." (?)

Orang yang memasuki kamar gim cowok itu yaitu adik ceweknya*, yang membawa nampan berisi makanan.

(TL Note: Imouto dalam bahasa Jepang.)

AGH1-Pro

(TL Note: Jagaimo artinya kentang dalam bahasa Jepang.)

"Ah, Abang, dibawakan sesuatu buat dimakan. Terima kasih!" (Abang)

"Astaga. Ini aku barusan buat makan malam, dan Abang malah memprioritaskan gim. Kalau Abang terus begitu, aku tidak akan membuatkan Abang makan malam lagi." (Adik)

"Ma-Maaf. Abang akan lebih hati-hati lain kali. Ahaha…" (Abang)

Mikrofon yang digunakan cowok ini cukup berkualitas tinggi, sehingga candaan ramah antar adik kakak dapat terdengar jelas oleh viewers.

Komentar: [Oi oi! Oni-chan punya adik cewek!?]

Komentar: [Bukannya suara adiknya agak imut!?]

Komentar: [Suaranya benar-benar tipeku.]

Komentar: [Punya adik yang masakin buatnya itu yang terbaik!]

Komentar: [Adik yang malang, punya Abang kayak gini.]

Komentar: [Apa channel-nya dinamakan 'Oni-chan' karena adiknya memanggilnya 'Onii-chan' ('Abang')?]

Komentar: [Mungkin cowok ini sayang adiknya, wkwk]

Rasio gender viewers di channel cowok ini yaitu 9:1, dengan sebagian besar dari mereka itu cowok.

Dengan diperkenalkannya suara cewek itu, bagian komentar jadi semakin ramai. Seakan-akan sebuah festival telah dimulai.

"Abang terus bilang kalau Abang akan lebih hati-hati, tetapi Abang tidak pernah benar-benar berubah. Dan berhentilah melakukan hal-hal aneh dengan teman-teman daring Abang. Aku dapat mendengarnya di kamarku, tahu. Mengatakan hal-hal kayak 'Kroco~' atau 'Bodoh~'."

Komentar: [Mendengar Sang Adik bilang begitu lumayan imut, wkwk.]

Komentar: [Suaranya benar-benar indah.]

Komentar: [Oni-chan main gim sementara adiknya yang mengejek. Kombo sempurna.]

Komentar: [Tepat sekali, memang mestinya begitu.]

Tanpa sepengetahuan adik kakak tersebut, komentar terus mengalir.

Sementara sang adik tahu kalau abangnya melakukan komentari gim, dia tidak menyadari bagaimana kanal Abangnya masih beroperasi.

Memanfaatkan ketidaktahuan ini sepenuhnya, Abang itu kini menghadapi konsekuensi dari tindakannya seiring insiden streaming terungkap.

"I-Itu cuma imajinasimu, bukan? Abang tidak bilang hal-hal kayak gitu." (Abang)

"Hmm. Abang bilang begitu padahal ada naskah di sini. Lihatlah, ini berlabel 'Daftar Ejekan'." (Adik)

“He-Hei, hei! Kamu tidak boleh mengambil itu!” (Abang)

"Berhentilah membuat-buat alasan, Abang." (Adik)

Sang adik meletakkan makanan di meja, merebut naskah yang ditempel dengan selotip transparan, dan menatap tajam abangnya.

Apa yang mestinya jadi candaan ringan biasa antara mereka berdua telah berubah jadi insiden streaming yang dapat didengar secara daring.

Komentar: [Eh? Kamu bercanda, bukan? Apa 'Oni-chan' benar-benar membuat naskah cuma buat mengejek orang-orang?]

Komentar: [Begitu teliti, wkwk.]

Komentar: [Ia berusaha keras menghibur kita dengan caranya sendiri, ya?]

Komentar: [Ngomong-ngomong Sang Adik terlalu imut.]

Komentar: [Oni-chan mestinya bertukar tempat saja dengan adiknya!]

Komentar: [Mulai sekarang, mestinya giliran adiknya!]

Komentar: [Kamu tidak dibutuhkan lagi. Adikmu sudah cukup.]

Seiring informasi di balik layar terungkap, bagian komentar terus bersemangat sementara percakapan antara adik kakak tersebut terus berlanjut.

"Meskipun aku sungguh senang Abang menghasilkan uang demi aku, Bang, tidak bisakah Abang melakukannya dengan cara yang lebih normal? Kepribadian Abang bahkan tidak kayak gitu." (Adik)

"I-Iya… ...maksud Abang, jumlah viewers meningkat saat Abang akting kayak gini dan kalau Abang tiba-tiba mengubah gaya streaming Abang sekarang, Abang mungkin kehilangan viewer-san yang dapat memengaruhi pendapatan kita." (Abang)

"Tetapi tidak semua orang akan berhenti menonton, bukan? Lagipula, aku sudah punya pekerjaan paruh waktu, jadi aku akan baik-baik saja." (Adik)

"Benar, segalanya mungkin baik-baik saja sekarang, tetapi apa kita mampu memasukkanmu ke universitas atau tidak, itu mungkin tergantung pada hal ini." (Abang)

"Bu-Bukan kayak aku mau kuliah atau semacamnya…" (Adik)

"Tentu saja, dasar pembohong. Jangan terlalu mengkhawatirkannya. Jujur saja, terlepas dari kontennya, Abang menikmati streaming, dan Abang sudah mendapat banyak komentar." (Abang)

Ini merupakan obrolan yang memberikan gambaran sekilas ke dalam kehidupan pribadi mereka.

Melalui obrolan ini, alasan mengapa Oni-chan terus berakting 'toksik' jadi jelas.

Komentar: [Seriusan, ini mulai berbahaya. Informasi pribadi mulai bocor.]

Komentar: [Tunggu, jangan-jangan cowok ini sebenarnya cowok yang sangat baik?]

Komentar: [Ia menggunakan bahasa sopan bahkan saat membicarakan komentar kita, wkwk.]

Komentar: [Ia bahkan memanggil kita viewer-san.]

Komentar: [Ia itu abang yang cukup baik, bukan?]

Komentar: [Itulah yang aku pikirkan.]

Viewers secara bertahap menyadari jati diri Oni-chan yang sebenarnya. Pada saat ini, tidak ada yang menyerang Oni-chan. Komentar-komentar bersatu memujinya sebagai 'abang yang baik' atau 'cowok yang baik’.

"…Begitu ya." (Adik)

"Heu'euh, heu'euh." (Abang)

"Bagaimana kalau lain kali kita pergi makan bersama? Aku akan traktir Abangku yang pekerja keras ini." (Adik)

"Ah! Kalau begitu, Abang dengan senang hati menerima tawaran itu." (Abang)

"Abang punya waktu luang di hari Sabtu, bukan?" (Adik)

"Iya, itu satu-satunya hari di mana Abang tidak punya pekerjaan paruh waktu." (Abang)

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi pada Sabtu malam? Aku ada kerjaan sampai sore, jadi aku akan bebas setelah itu." (Adik)

"Dimengerti. Terima kasih banyak." (Abang)

Obrolan mengalir dengan lancar. Seiring obrolan berlanjut, citra Oni-chan perlahan membaik di mata viewers.

Komentar: [Berdasarkan obrolan ini, mungkin Oni-chan tidak punya orang tua…]

Komentar: [Mendukung keluarganya dengan enam hari kerja sambil streaming. Itu sungguh mengesankan.]

Komentar: [Demi menyekolahkan Adiknya sampai ke universitas, loh.]

Komentar: [Kalau adiknya mau ke universitas berikutnya, berarti dia seumuran anak SMA. Oni-chan pasti masih muda sekali, ya?]

Komentar: [Aku tidak dapat melihat Oni-chan dengan cara yang sama mulai sekarang.]

Komentar: [Tunggu, jangan-jangan Oni-chan cuma berakting 'toksik' demi bisnis? Wkwk.]

Di tengah komentar-komentar yang berspekulasi soal situasi keluarganya, sang adik menyentuh topik tertentu.

"Hei, Abang. Ada sesuatu yang sudah aku mau tanyakan sejak aku masuk ke kamar Abang." (Adik)

"Ada apa?" (Abang)

"Ponsel pintar Abang terus bergetar tanpa henti sejak tadi. Abang tidak punya banyak notifikasi?" (Adik)

"Ah, iya. Abang rasa orang-orang mengirim feedback di Twitto* sekarang setelah streaming selesai." (Abang)

(TL Note: Versi Author dari Twitter. Ah tunggu, sekarang namanya 'X' kan? Awokawok itu kocak banget. Bayangin kalau Author pakek 'Y' buat versinya.)

"Apa pernah bergetar sebanyak ini sebelumnya?" (Adik)

"Iya, kalau dipikir-pikir…" (Abang)

Kata-kata sang adik jadi pemicu yang mengungkapkan insiden streaming itu.

Saat cowok itu mengangkat ponsel pintarnya, bilah notifikasi dipenuhi pesan.

Postingan Twitto: [Lupa matiin mikrofon!]

Postingan Twitto: [Mikrofonnya masih nyala!]

Postingan Twitto: [Bukannya ini insiden streaming?]

Postingan Twitto: [Kami bisa dengar obrolanmu dengan adikmu.]

— Dan lain sebagainya.

"…" (Abang)

"E-Eum, Abang? Ada apa? Wajah Abang tampak sangat pucat." (Adik)

"Tidak, tidak apa-apa. Sungguh. Eum, jadi, soal itu? Abang perlu melakukan beberapa penyuntingan, jadi Abang akan lebih lama di kamar. Terima kasih buat makanannya." (Abang)

"Oke deh. Iya, aku ada sekolah besok, jadi aku akan tidur lebih awal. Abang juga mesti segera istirahat, loh, Bang.” (Adik)

"Iya… ...Selamat tidur." (Abang)

"Selamat tidur, Abang." (Adik)

Dengan kata-kata perpisahan itu, pintu tertutup dengan suara gedebuk.

Setelah memastikan suara langkah kaki adiknya memudar, cowok itu membuka kunci PC-nya dari mode tidur.

Lalu, sekali lagi, cowok itu menampilkan bagian komentar.

"Eum, iya, bagaimana ya bilangnya… Maafkan a-—tidak, tunggu, maksudku, euh… ...bukannya kalian para orang bodoh menyadari kalau yang barusan terjadi itu semua merupakan bagian dari akting?" (Abang)

Sudah terlambat buat mencoba menutupinya. Segalanya sudah terungkap.

Komentar: [Bagaimana mungkin? Awokawok]

Komentar: [Kamu benar-benar cepat berpindah mode, ya.]

Komentar: [Apa kamu berbisik agar tidak mengganggu adikmu, wkwk.]

Komentar: [Kamu benar-benar payah dalam menutupinya… ...Suaramu beda banget.]

Komentar: [GG karena terungkap sebagai cowok yang baik.]

Komentar: [Selamat tidur, Abang!]

Komentar: [Menantikan bagaimana kamu akan streaming lain kali!]

Komentar mengalir deras bagaikan air terjun.

"Eum, yah, Aku tidak akan memaafkan siapapun yang menyebarkan ini. Seriusan, berjanjilah padaku. Oke? Terima kasih." (Abang)

Meninggalkan kata-kata itu, cowok itu mematikan PC seakan-akan melarikan diri.

Meskipun cowok itu memperingatkan mereka agar tidak menyebarkannya, tidak ada viewers yang akan menepati janji kayak gitu. Lagipula, tidak ada alasan buat mematuhinya.

Pada hari itu, kata-kata 'Insiden Streaming' sedang trending di Twitto.

Klip-klipnya secara alami diunggah.

Ini juga dimuat di situs web ringkasan dengan judul kayak "Streamer 'Toksik' Menyiapkan Naskah buat Streaming-nya Wkwk" yang beredar.

Pada hari itu, Oni-chan jadi topik diskusi hangat yang mengarah pada lebih banyak eksposur. Kesalahpahaman terselesaikan. Kesan viewers padanya membaik.

Dengan insiden ini, jumlah subscribers channel-nya meningkat 40.000 subscribers, mencapai total 150.000 subscribers.

TL Note:

Proyek baru kami nih, guys? Gimana tertarik gak? Banyakin komentar ya, kalau banyak Mimin garap 1 pekan sekali.

Yang mau berdonasi demi kelancaran proyek penerjemahan ini juga boleh ya lewat Trakteer: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F


←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama