PrologSiapa yang Memutuskan Kalau Kisah Komedi Romantis Dapat Dilakukan Cuma dengan Informasi Sebelumnya?
Hari itu merupakan siang hari yang cerah di awal bulan Juli.
Aku mengendarai sepeda motor kesayanganku dengan penuh semangat, menuju ke tempat tujuan.
Musim hujan tahun ini berakhir jauh lebih awal dari biasanya, dan langit cerah sejak kegiatan kerja bakti komunitas terakhir. Cuaca panas terik yang unik di cekungan ini tampaknya tidak akan datang dalam waktu dekat, dan anginnya pun terasa kering.
Dan dalam waktu sebulan, aku akan menjalani liburan musim panas pertamaku di SMA.
Liburan musim panas merupakan waktu emas yang penuh dengan "ajang" menarik dalam dunia kisah komedi romantis. Tentu saja, ada bab pakaian renang di pantai, tetapi ada juga ajang klasik kayak mengenakan yukata dan menyaksikan kembang api, atau mengadakan perkemahan di rumah hantu. Akan sangat luar biasa kalau kita dapat menggabungkan semuanya ke dalam sebuah kisah perkemahan pelatihan menginap di vila teman!
Namun... ...setiap ajang ini punya rintangan yang sangat tinggi yang mesti diatasi sebelumnya.
Pertama-tama, aku tidak punya teman yang punya vila, dan menyewa tempat atau vila akan membebani secara finansial. Selain itu, sangat dipertanyakan apa kami dapat mendapatkan persetujuan orang tua kami buat sekelompok cowok dan cewek SMA buat tidur di bawah satu atap.
Kami mungkin hampir tidak dapat pergi ke Festival Kembang Api, tetapi mustahil buat melaksanakan bab pakaian renang. Masalah mendasarnya yaitu prefektur kami tidak punya laut.
Ada kolam renang di Dataran Tinggi Fuji-Q atau Danau Fuji untuk berenang, tetapi... ...meskipun aku tiba-tiba mengajak cewek-cewek sebaya buat pergi ke laut, mereka mungkin akan bilang, "Mustahil, aku tidak akan mengenakan pakaian renang di depan cowok-cowok. Dan ngomong-ngomong, motif tersembunyimu benar-benar transparan dan menyeramkan." Itulah yang akan dibilang oleh Uenohara-san, perwakilan dari akal sehat, jadi itu pasti benar. Tetapi, tidak bisakah kamu menolakku dengan lebih lembut dalam imajinasiku?
Iya, karena persiapannya tampak sangat menantang, aku sudah hampir menyerah buat melakukan segalanya di musim panas ini. Memang masuk akal buat menentukan opsi yang paling memungkinkan dan mempersiapkan diri buat tahun depan. Selain itu, waktu emas buat kisah komedi romantis biasanya pada masa kelas sebelas SMA, jadi sekaranglah waktunya buat bersabar.
Selain itu, ada satu lagi "ajang" sebelum liburan musim panas yang mesti aku alokasikan sumber dayanya.
"Wah, hampir saja. Aku hampir tergelincir ke dalam kebiasaanku yang biasa memikirkan 'Rencana'."
Aku mengetuk helmku beberapa kali buat mengubah pola pikirku. Hari ini merupakan hari buat berterima kasih pada 'Kaki Tangan'-ku atas kontribusinya yang rutin — dengan kata lain, hari libur yang normal.
Membicarakan 'Rencana' dan tugas-tugas bahkan pada hari libur tidak akan memberikan Uenohara waktu istirahat, jadi aku mesti mengesampingkan obrolan semacam itu. Dengan sumpah di dalam hatiku, aku memutar mesin dengan kencang.
30 menit lebih awal, aku tiba di kafe, tujuan kami, dan duduk di bagian belakang lantai dua, menunggu Uenohara. Mungkin karena sudah lewat jam makan siang, kafe ini punya suasana yang santai. Keluarga dan para pemilik hewan piaraan dengan santai menghabiskan waktu siang mereka di dek luar, dan di dekat dinding paling ujung, sepasang kekasih yang tampaknya para mahasiswa sedang menikmati obrolan mereka.
Tempat ini yaitu "DRAGON CAFE" yang baru saja dibuka. Kafe ini punya tampilan modern bergaya Amerika, dan Paman Pemilik, yang merupakan seorang barista, membanggakan dirinya karena menyeduh kopi otentik secara langsung. Nama kafe ini berasal dari fakta bahwa Taman Aoyamadai yang berada di dekatnya dikenal sebagai "Taman Naga".
Awalnya, aku berkunjung ke sini buat penelitian untuk "Catatan Tempat," tetapi saat aku berbicara dengan sang pemilik, seorang barista, kami langsung cocok. Sejak saat itu, aku sering datang ke sini buat nongkrong. Dan, hei, dalam kisah komedi romantis, ada beberapa kasus di mana kalian "secara tidak sengaja bertemu dengan sang heroin" di kafe, bukan? Jadi, aku mohon, seorang cewek manis dan baik hati yang cuma mengambil foto buramku.
"Maaf membuatmu menunggu,"
Uenohara, "kaki tangan"-ku yang selalu bersikap sedikit acuh padaku, tiba. Tepat waktu, 20 menit sebelum waktu pertemuan yang telah kami sepakati.
"Hei, kamu datang lebih awal — Tidak, tunggu, selamat siang?"
"Mengapa ada tanda tanya di situ?"
Uenohara memiringkan kepalanya, tampak bingung.
Ini bukan pertemuan, jadi "kamu datang lebih awal" tidak cocok... ...tetapi mengucapkan salam biasa juga terasa aneh.
"Kamu juga datang lebih awal dari biasanya. Biasanya kamu datang 10 menit lebih awal."
"Iya. Hari ini aku yang jadi tuan rumah, jadi aku rasa tidak sopan kalau aku membuatmu menunggu dan muncul lebih awal."
Uenohara menjawab singkat dengan "hmm" dan duduk di bangku yang berhadapan denganku. Saat Uenohara bergerak, aroma jeruk samar-samar tercium di hidungku.
Hmm, aroma Uenohara berbeda hari ini. Biasanya dia punya aroma kayak vanili... ...Aku penasaran apa dia pakai semacam deodoran atau semacamnya.
"Jadi, bagaimana cara memesannya? Saat aku bilang kalau aku akan bertemu seseorang, mereka cuma memanduku ke sini."
"Ah, menunya tidak terlalu banyak, dan aku sudah memesan berbagai macam minuman manis. Bilang saja apa yang mau kamu minum, dan aku akan memesannya. Kopi mereka di sini luar biasa."
"Hmm... ...tetapi bukannya ini tempat yang cukup mewah? Apa kamu yakin mau mentraktirku? Kamu tidak perlu melakukannya, loh."
Huh, tidak biasa buat Uenohara untuk begitu ragu-ragu. Uenohara biasanya dengan santainya memesan dalam jumlah besar selama pertemuan kami.
"Aku memegang teguh kata-kataku. Inilah tanda terima kasihku atas kerja kerasmu. Silakan, pesanlah apapun yang kamu suka."
"Kalau begitu, aku tidak akan menahan diri."
Bilang begini, Uenohara mulai melihat-lihat papan menu.
Aku melirik pakaian Uenohara dengan santai, dan dia mengenakan tengtop hitam yang keren dengan luaran dan rok panjang.
Aku sudah sering melihat Uenohara mengenakan pakaian santai, karena kami sering ketemuan di hari libur. Namun entah mengapa, selera fesyennya hari ini terasa lain dari biasanya.
*
"Hmm... ...Mungkin cuma pikiranku saja, tetapi kamu tampak lebih dewasa secara keseluruhan ketimbang biasanya...?"
"Eh, aku rasa kamu mesti berhenti menatapku kayak kamu mengamatiku. Kalau ada orang lain yang melihatmu, mereka akan benar-benar merasa jijik."
"Ah, maaf. Sudah kebiasaan."
Uenohara menggulung sehelai rambut di sekitar jarinya.
Hmm, hmm. Tetapi tidak mudah juga buat berhenti mengamatinya. Hal itu sudah mendarah daging dalam diriku sampai-sampai aku tidak tahu bagaimana mesti bersikap kayak orang normal lagi.
Iya, sekarang setelah aku menatapnya, aku mungkin mesti bilang sesuatu...
"Gini loh, Uenohara, kamu tampak cocok dalam segala pakaian. Iya, itu benar-benar cocok buatmu."
"...Terima kasih."
Uenohara membungkuk kecil tanpa suara, ekspresinya tidak berubah.
Hah? Uenohara benar-benar berterima kasih padaku dengan tulus? Tidak ada satu pun balasan... ...Apa aku mengacaukan tsukkomi-ku? Atau itu hal yang baik karena Uenohara menerimanya begitu saja? Hmm...
"Kamu juga tampak cocok, Kouhei. Aku memang selalu berpikir begitu, tetapi kamu memang modis. Kamu selalu tampak bersih dan rapi."
"Ah, iya, terima kasih atas kata-kata baikmu."
"Kata-kata baikku...?"
"Maksudku, terima kasih banyak."
S*alan, aku tidak menyangka Uenohara akan memujiku secara alami, dan sekarang otakku mengalami korsleting.
"Aku tidak benar-benar tahu yang mana yang mesti aku pilih... ...Aku tidak bisa tahu cuma dengan melihat tempat asalnya."
"Hmm, oke, aku biasanya memilih yang dari Brasil, tetapi aku tidak yakin apa yang kamu suka, Uenohara. Rasanya cukup pahit. Paman Pemilik mungkin dapat merekomendasikan sesuatu kalau kita bertanya padanya—"
"Hei, Kouhei, kamu sudah siap buat memesan?"
Saat itu, seseorang mulai berjalan menaiki tangga dengan langkah yang mantap dan berirama — Deng Deng Deng Deng. Wajah berambut panjang dan berjenggot mulai tampak.
"Ah, Paman Pemilik. Anda tidak perlu datang cuma buat mengambil pesanan kami."
"Aku baru saja selesai dengan pelanggan lain, jadi tidak masalah."
Paman Pemilik, seorang pria berusia tiga puluhan tahun, punya sikap yang ramah dan ramah. Beliau punya wajah yang tegas dan hidung mancung, memberi beliau penampilan yang liar dan tampan yang mengingatkan kita pada aktor Hollywood.
Beliau merupakan seorang komunikator yang handal, dengan mudah membuat orang lain merasa nyaman. Kemampuan berbicara beliau merupakan yang terbaik, bahkan di antara orang-orang yang aku kenal. Aku sering mengamati bagaimana beliau berinteraksi dengan para pelanggan yang baru pertama kali datang atau menarik perhatian orang-orang yang bermasalah, dan aku merasa kalau itu semua sangat bermanfaat.
Secara kebetulan, aku juga tertarik pada obrolan beliau yang terampil dan akhirnya mengungkapkan sedikit demi sedikit soal "Proyek"-ku. Lagipula, alih-alih tidak setuju, beliau justru secara antusias menanggapi dengan bilang, "Itu sangat menarik!" Bahkan, Uenohara dan orang dewasa lainnya pun tampak menyukai beliau, dan ini membingungkan buatku.
Paman Pemilik tersenyum lembut dan mulai berbicara.
"Selamat datang lagi. Terima kasih sudah datang jauh-jauh ke sini bersama pacarmu."
"Ah, wah! Paman Pemilik, Anda benar-benar paham! Maksudku, tentu saja, siapapun akan mengira kalau dia ini pacarku, bukan?! Aku senang karena Anda bermain-main dengan reaksi yang diharapkan — tunggu, bukan! Sama sekali bukan itu! Siapa yang akan berpikir kayak gitu?!"
Aku tersentak dari khayalanku, saat aku merasakan tatapan tajam dari arah depan.
Ups! Aku terlalu asyik dan membiarkan imajinasiku jadi liar dengan skenario kisah komedi romantis!
Saat aku buru-buru menutup mulutku, Paman Pemilik tertawa terbahak-bahak.
"Haha, itu tanggapan yang lucu. Kamu selalu menghibur, Kouhei. Aku yakin kalau kamu itu asyik saat berada di sekitar sini."
"Ah, aku tidak yakin soal itu... ...Itu jauh lebih melelahkan, malahan."
Uenohara tampak terkejut dengan pergeseran obrolan yang tiba-tiba, tetapi dia dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya dan menjawab dengan ekspresi kayak biasanya.
"Iya, dengan tipe orang kayak gini, kamu tidak dapat mencoba menyanggah segalanya. Lebih baik mengikuti arus saja."
"Iya, aku sudah lama menyadari hal itu."
"Selain itu, sedikit pujian akan sangat membantu dalam membuat mereka bahagia. Lihatlah, suasana hatimu sudah bagus sekarang, bukan?"
"...Begitu ya. Itu sangat berwawasan."
"Aku rasa kamu tidak mestinya bilang begitu di depan orang yang kamu bicarakan?!"
Tunggu, apa komentar soal pacar itu cuma pujian?! S*alan, aku tertipu olehnya, aku langsung kena kail, pancing, dan pemberat!
Tanpa menghiraukan raut wajahku yang cemberut, Paman Pemilik dengan lancarnya bergerak buat berdiri di samping Uenohara, mencondongkan tubuh buat mengetuk menu yang ada di depannya.
Kayak biasanya, beliau sangat dekat dengan orang yang baru beliau temui. Tetapi karena beberapa alasan, rasanya tidak asyik saat Paman Pemilik melakukannya. Apa karena beliau itu tampan?
"Kamu tidak bisa benar-benar tahu cuma dari melihat menunya, bukan? Yang satu ini punya aroma buah dan mudah diminum, jadi aku merekomendasikannya. Ini juga enak sebagai kapucino. Kamu suka yang manis-manis, bukan, Ayano?"
"Hah? Kok Anda tahu namaku...?"
"Karena Kouhei sering membicarakanmu. Aku rasa itu pasti kamu."
"Ah, iya, itu benar... ...Membicarakan, ya."
"Aku sudah dengar sedikit soal situasimu. Ini merupakan hadiah penyambutan buat kunjungan pertamamu."
Lalu, beliau mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari suatu tempat dan meletakkannya di depan Uenohara. Itulah tas pembungkus transparan yang diikat dengan pita merah, berisi biskuit buatan sendiri, dengan kartu pesan yang ditulis tangan sebagai sentuhan halus.
Sekarang beliau bahkan melakukan gerakan yang akan menarik perhatian cewek-cewek... ...Paman ini benar-benar cerdas dalam hal ini.
"Sangat menghibur buat melihat orang-orang yang tidak berhubungan dengan kenyataan, tetapi dapat melelahkan buat berurusan dengan mereka. Kalau kamu mau curhat, silakan datang kapan saja, dan aku akan mendengarkan keluhanmu."
"Jangan bilang hal kayak gitu di depan orang yang bersangkutan!"
Paman Pemilik dengan tenang menepis kritikku dengan tawa yang hangat.
Uenohara sedikit kewalahan dengan obrolan itu, tetapi tiba-tiba, dia jadi rileks dan tersenyum lembut.
"Iya, kalau itu terjadi, aku akan mengeluh sebanyak yang aku mau."
Hah?
Apa jangan-jangan ini... ...senyuman yang tulus...?
"Buat pesanannya, aku akan memesan apapun yang direkomendasikan oleh Paman Pemilik."
"Tentu saja."
Paman Pemilik mengangguk puas dan menuju ke bawah.
Wah... ...siapa Paman itu sebenarnya? Uenohara dengan mudahnya melakukan ekspresi yang langka barusan.
Kok bisa Uenohara melakukannya dengan begitu lancar? Kalau aku dapat meniru Paman Pemilik, negosiasi tatap mukaku mungkin akan berjalan jauh lebih lancar... ...tetapi itu bukan pilihan hari ini. Berapa kali aku mesti bilang pada diriku sendiri?
Berdehem, aku berbalik ke arah Uenohara.
"Tetapi cuaca hari ini luar biasa, dan sangat melegakan karena musim hujan berakhir lebih awal. Ngomong-ngomong, ini musim panas pertamaku di sini, jadi kayak apa biasanya?"
"Sangat brutal. Aku hampir tidak tahan saat suhu mencapai 35 derajat, dan di atas itu, rasanya kayak akan mati. Saat suhu melebihi 40 derajat, rasanya kayak berada di sauna sepanjang waktu."
"Wah, aku pernah dengar soal rumor, tetapi aku tidak menyadari kalau itu seburuk itu. Syukurlah ruang kelas punya pendingin ruangan..."
"Aku benci panas, jadi musim panas tidak dapat aku tahan."
"Hmm, jadi Uenohara sensitif pada panas, ya? Itu pasti sulit saat kamu sedang berkencan..."
"Iya... ...Saat aku melakukan olahraga atletik, itu benar-benar sulit. Lintasannya terasa bagaikan penggorengan."
"Ah, ngomong-ngomong, mengapa kamu tidak lanjut masuk ke Ekskul Atletik di SMA? Bukannya kamu melampaui turnamen prefektur ke turnamen regional? Aku dengar kalau kamu bahkan terpilih sebagai pemain terbaik."
"Itu bukan masalah besar. Lagipula tingkat prefektur kami cukup rendah."
"Benarkah? Tetapi tetap saja, aku rasa menempati posisi ketiga di prefektur itu mengesankan."
"Waktuku bukanlah sesuatu yang dapat dibanggakan. Turnamen regional merupakan sebuah bencana... ...Jujur saja, aku bahkan tidak begitu menyukainya. Aku cuma bergabung karena itu ekskul wajib di SMP-ku."
"Ah, begitu ya. Jadi, kamu tidak terlalu menyukainya, tetapi kamu memilih Ekskul Atletik ketimbang ekskul lainnya. Pasti ada alasan buat pilihan itu, bukan?"
"Tidak juga... ...Kalau aku mesti memberikan alasan, aku rasa aku pikir itu punya peluang tertinggi buat memenangkan penghargaan."
"Ah, begitu ya, itu masuk akal. Kayaknya kamu mempertimbangkan peluang buat menang sebelumnya."
"Iya, jadi aku merasa tidak perlu melanjutkannya ke SMA."
"Ah, begitu ya."
Hmm, tunggu...
"Ngomong-ngomong, kita ganti topik obrolan... ...Kayak apa Uenohara di rumah? Apa yang biasanya kamu lakukan di hari libur?"
"Aku cuma menonton televisi atau Y*uTube dengan santai. Pada akhir pekan, aku pergi berbelanja dengan kenalan."
"Ah, bagus. Apa kamu biasanya membeli pakaian?"
"Iya, dan aku juga melihat-lihat perabotan dan barang-barang lainnya. Sebagian besar waktu, aku cuma berkeliling tanpa tujuan tertentu."
"Hmm, itu sangat khas seorang cewek. Jadi, Uenohara juga menyukai perabotan dan barang-barang lainnya, ya? Kamarmu pasti sangat bergaya."
"Iya, tidak terlalu... ...Aku biasa-biasa saja dalam hal itu."
"Ah, begitu ya... ...Ah, ngomong-ngomong, di mana biasanya orang berbelanja di sekitar sini? Stasiun, mungkin?"
"Buat tempat yang dekat, stasiun atau Shimaoka, tetapi biasanya, kami pergi ke Aeon di Kyougoku Heisei. Agak jauh dengan sepeda, tetapi kamu dapat menghabiskan waktu seharian di sana."
[TL Note: イオン = AEON. AEON, yang berkantor pusat di prefektur Chiba, merupakan salah satu perusahaan ritel terbesar di Jepang, yang punya hipermarket Aeon, pusat perbelanjaan Aeon Mall dan Aeon Town, pasar swalayan Daiei, MaxValu, Maruetsu, dan My Basket, toko swalayan Ministop, apotek Welcia, dan bioskop Aeon Cinema. Aeon berawal dari tahun 1758 pada zaman Edo di Jepang, saat didirikan sebagai toko barang serba ada yang disebut Shinohara-ya. Nama Aeon merupakan transliterasi dari kata Yunani koine ὁ αἰών (ho aion), dari bahasa kuno αἰϝών (aiwon). Nama dan simbolisme yang digunakan dalam branding (yaitu, aeon) menyiratkan sifat kekal perusahaan. Perusahaan ini juga sudah mulai beroperasi di Indonesia sejak 2003, di bawah PT. AEON Credit Service Indonesia, dan AEON Mall BSD City menjadi mal pertama mereka yang didirikan tahun 2015.]
"Ah, jadi Aeon merupakan yang terbaik... ...Keluargaku juga pergi ke Aeon, tetapi karena yang di prefektur tetangga lebih dekat, kami cuma pergi ke sana."
"Ah, begitu ya."
"Iya."
Hmm...
Iya, kami melakukan obrolan biasa...
"Hmm, begitu ya..."
"Iya."
Apa ini caranya melakukan obrolan yang normal dengan Uenohara...?
Setelah aku pikir-pikir, aku tidak pernah mengobrol dengan Uenohara yang tidak berhubungan dengan 'Rencana' kami. Kami memang mengobrol dari waktu ke waktu selama rapat kami, tetapi ini merupakan pertama kalinya kami melakukan obrolan formal kayak gini.
"Ah..."
"..."
Apa yang mesti aku lakukan? Setelah aku pikir-pikir, tiba-tiba aku tidak tahu apa yang mesti aku bicarakan.
Uenohara menyandarkan pipinya dan menatap keluar jendela, sosoknya tampak agak gelisah.
S*alan, ini tidak bagus... ...Tidak bagus merusak pesta hiburan kayak gini.
Mari kita lihat, mari kita lihat... ...Teorinya yaitu membicarakan soal hobi dan hal-hal favorit dalam situasi kayak gini. Buat Uenohara, topik yang pasti itu minuman dan makanan manis. Menurut informasi yang aku punya, Uenohara lebih menyukai hidangan Barat, dan dia menyebutkan kalau dia membuatnya sendiri, jadi aku dapat mengembangkannya dan membuat obrolan berjalan dengan nyaman.
Ah, tetapi tunggu dulu...?
Apa cara berbicara teknis semacam itu tidak apa-apa? Ini bukan semacam "Ajang Harian" dalam "Rencana".
Tidak, premis yang sangat mendasar.
Apa Uenohara bahkan menikmati obrolan santai kayak sepasang teman denganku kayak gini...?
Saat aku menderita karena hal ini, Uenohara menghela napas.
"...Apa yang sedang aku lakukan? Ini bukan itu."
"Eh?"
Uenohara lalu mengacak-acak rambutnya dan menatapku.
"Hei."
"I-Iya?"
"Kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkanku. Mari kita bicarakan "Rencana"-nya."
"Ah, itu... ...itu..."
"Lagipula kita mestinya mengadakan rapat malam ini, bukan? Akan lebih efisien kalau kita melakukannya sekarang, bukan? Atau tidak usah saja?"
"Te-Tetapi... ...Aku kira Uenohara mungkin tidak akan dapat bersantai kalau kita melakukannya sekarang. Lagipula ini hari liburmu..."
"Suasana yang canggung ini jauh lebih melelahkan. Lagipula, tidak ada hal menarik yang akan muncul dari sini."
Kata Uenohara, lalu, merasa tersesat, dia mengacak-acak rambutnya yang berantakan dan mendorongnya ke belakang lagi.
Ah...
Jadi, bagaimanapun juga, mengobrol biasa denganku tidaklah menarik buat Uenohara.
"Oke, kalau itu yang Uenohara mau..."
"..."
"Kalau begitu, mari kita lakukan yang biasanya saja."
"Iya. Itu lebih bagus."
Uenohara mengangguk sedikit dan memberikan jawaban yang jelas.
Entah mengapa, dadaku terasa sesak saat Uenohara menekankan jawabannya kayak gitu.
"—Kouhei! Sudah selesai, jadi bantu aku!"
"Oke!"
Suara Paman Pemilik bergema dari lantai bawah, dan aku berdiri.
Aku merasa sedikit lega karena dapat melepaskan diri dari situasi ini buat saat ini, dan aku segera menuju ke tangga.
Di sudut penglihatanku, aku melihat Uenohara membuka kuncir kudanya.
*
Aku membawa minuman buat kami berdua dan nampan penuh makanan manis ke meja. Aku juga mencuci tangan dan kembali ke bangkuku.
—Sekarang, mari kita mulai.
"Oke, mari kita mulai rapat dengan penuh semangat! Agenda hari ini yaitu berbagi informasi tentang Ajang selanjutnya — 'Ajang Pemilihan Umum Ketua OSIS'!"
Aku menyatakan, menguraikan latar belakang konseptual dengan efek suara "Deng!".
"Tidak, kali ini terlalu normal, pelanggan lain akan melihat kita dengan aneh."
Uenohara membalas dengan datar sambil meminum kapucino super bergulanya.
...Iya, aku merasa lega dengan suasana ini. Aneh rasanya merasa lega saat dibubarkan.
"Bab seputar Pemilihan Umum Ketua OSIS merupakan ajang penting yang muncul dengan frekuensi tinggi dalam kisah komedi romantis yang berorientasi pada kaum muda-mudi. Tentu saja, aku tidak akan melewatkan kesempatan itu... ...Ngomong-ngomong, seberapa banyak yang kamu ketahui soal Pemilihan Umum Ketua OSIS di Kyou-nishi?"
"Aku cuma tahu kalau mereka akan mengadakannya pada akhir bulan ini. Aku tidak punya ketertarikan khusus pada mereka."
"Ah, begitu ya. Kalau begitu, biar aku beri penjelasan singkat."
Setelah bilang begitu, aku membaca memo yang telah aku susun sebelumnya di ponsel pintarku.
Pemilihan Umum Ketua OSIS akan diadakan pada akhir Juli, tepat sebelum liburan musim panas di akhir semester pertama.
Meskipun pergantian jabatan secara resmi akan dilakukan setelah Festival Budaya Sekolah pada musim gugur, anggota Pengurus OSIS merupakan siswa-siswi kelas dua belas, dan mereka akan segera memulai persiapan ujian secara intensif. Langkah ini diambil buat memfasilitasi serah terima tugas lebih awal buat mengurangi beban mereka.
Dimulai dengan pengumuman Pemilihan Umum Ketua OSIS besok, para calon akan diumumkan, dan lalu kita akan memasuki periode Pemilihan Umum Ketua OSIS selama tiga pekan. Selama masa ini, akan ada pameran poster kampanye, pidato di jalan, dan pertemuan pidato di majelis umum, diikuti dengan pemungutan suara. Hasil pemungutan suara akan diselesaikan pada hari yang sama dan diumumkan melalui siaran sekolah — Ini merupakan alur umum.
Dalam Pemilihan Umum, cuma Ketua dan dua orang Wakil Ketua, dengan total tiga orang, yang dipilih. Posisi pengurus lainnya akan ditunjuk oleh Kepala Sekolah di kemudian hari buat membentuk Komite Eksekutif. Kalau tidak ada calon yang menentang, Pemilihan Umum akan jadi mosi percaya, dan mayoritas suara dari semua siswa-siswi akan menghasilkan mosi percaya.
"—Ngomong-ngomong, dalam beberapa tahun terakhir, ini selalu merupakan mosi percaya, dan belum ada Pemilihan Umum yang sebenarnya. Kayaknya sudah jadi jalur yang ditetapkan buat siswa-siswi kelas sebelas dengan posisi tanggung jawab buat mencalonkan diri dan dipercaya. Ah, dan rupanya, kamu dapat mencalonkan diri meskipun kamu tidak jadi anggota Pengurus OSIS."
"Hmm... ...Eh, kamu tidak akan melakukan sesuatu yang aneh kayak mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS, bukan?"
"Aneh!? Menurutmu seberapa berbahayanya aku!?"
Dasar orang yang tidak sopan! Tetapi kamu dapat mempertahankan nada bicara kayak gitu, itu lebih menarik!
"Pokoknya, dalam hal kisah komedi romantis, jarang sekali sang protagonis jadi Ketua OSIS. Biasanya, sang heroin mencalonkan diri buat jabatan tersebut, dan sang protagonis terlibat dalam beberapa masalah selama prosesnya — itulah templat standarnya."
(TL Note: Jadi inget OreGairu!)
Templat Pertempuran juga menarik, di mana sang protagonis harus bersaing dengan karakter kouhai tertentu yang punya kepribadian iblis, atau heroin tertentu yang sempurna dengan kuncir dan kepribadian yang energik.
"Jadi, sang protagonis mendukung sang heroin dengan memberikan kebijaksanaannya, menemaninya saat berpidato, dan bekerja keras demi kemenangannya dalam Pemilihan Umum Ketua OSIS. Melalui proses ini, hubungan mereka secara bertahap berkembang, dan sang heroin secara diam-diam mulai mengembangkan perasaan romantis... ...Itulah jenis 'skenario' yang aku pikirkan buat Ajang Pemilihan Umum Ketua OSIS ini."
"Euh, itu agak menjijikkan. Terutama saat kamu bilang 'perasaan romantis' dengan lantang."
"Inilah kisah komedi romantis, jadi tentu saja, akan ada obrolan soal cinta dan romansa. Apa yang salah dengan itu?"
"Aku cuma bilang itu menjijikkan karena memang menjijikkan."
Penyangkalan sederhana, bagus! ...Tidak, tunggu, sekarang aku terdengar kayak seorang masokis. Pikiranku berayun terlalu jauh ke arah yang berlawanan karena reaksiku yang berlebihan sebelumnya. Aku mesti sedikit tenang.
"Tetapi menurut logikamu, bukannya kisahnya akan berantakan kalau tidak ada 'sang heroin' yang mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS?"
"Iya, memang kayak gitu biasanya, iya."
Uenohara kayaknya paham maksudku dan menyipitkan matanya sambil melanjutkan.
"Maksudmu bukan... ...orang itu, bukan?"
"Kayak biasanya, kamu memang cepat tanggap... ...Iya, itulah yang aku maksudkan."
Aku berdehem dengan sebuah 'hem' dan menyatakan:
"Buat 'Ajang Pemilihan Umum Ketua OSIS' ini, target kita tidak lain tidak bukan yaitu Calon 'Ketua OSIS', Hinoharu Sachi-senpai!"
Dengan bangga aku menyatakan hal ini dengan efek suara 'bem' dalam benakku.
Uenohara meletakkan cangkir kopi yang akan dia minum di atas piring dan menghela napas panjang sambil berpura-pura memegang jidatnya.
"Jadi itu sebabnya kamu bilang kalau kamu tidak akan berhubungan denganku buat sementara waktu karena kamu sedang melakukan penyelidikan serius..."
"Yoi. Dan sekarang setelah aku mengumpulkan semua data yang diperlukan, aku dapat menghitung bakat kisah komedi romantisnya. Hasilnya lebih bagus dari yang aku duga, jadi aku memutuskan buat mengubah Pemilihan Umum ini jadi 'Ajang Kisah Komedi Romantis'."
Uenohara, masih dengan ekspresi jengkel di wajahnya, menghabiskan gigitan terakhir kue sifonnya. Ngomong-ngomong, dia diam-diam memakan semua kue lainnya tanpa aku sadari...
"Itu perubahan arah yang cukup mendadak. Bukannya kamu tidak menyukai senpai itu?"
"Iya, sampai sekarang, aku cuma melihatnya secara dangkal. Dan dia punya beberapa kesenjangan yang cukup kuat dalam kepribadiannya, jadi aku tidak tahu 'karakter' kayak apa dia. Di permukaan, Senpai tampak kayak tipe Yamato Nadeshiko yang dewasa dan anggun, tetapi dia juga bisa sangat maju dan tegas. Aku mengira kalau dia mungkin tipe karakter Komite Disiplin karena dia melakukan pekerjaannya dengan serius, tetapi ternyata dia tidak terlalu memprioritaskan kedisiplinan. Namun semua itu cuma karena aku belum punya pemahaman yang cukup (data). Setelah aku melakukan penyelidikan yang tepat, aku mendapati bahwa dia sebenarnya cukup bagus... ...meskipun arahnya agak tidak terduga."
Bilang begini, aku mengambil ponsel pintarku lagi.
"Kurangnya informasi memang merupakan kurangnya potensi bakat kisah komedi romantis. Ambil contoh insiden Katsunuma tempo hari, misalnya. Itulah kegagalan besar karena kita belum punya informasi yang cukup dalam 'Catatan Teman-Teman'. Makanya aku memutuskan buat meneliti aspek ini secara menyeluruh sebelumnya, agar kita tidak membuat kesalahan yang sama lagi."
"Hmm. Dengan 'investigasi serius,' maksudmu bukan..."
Aku tersenyum dan membalas:
"Aku telah mengumpulkan semua informasi 'karakter' soal Hinoharu Sachi-senpai, mulai dari bab-bab sebelumnya sampai kehidupannya saat ini!"
Maka, kali ini, aku akan berbagi denganmu terlebih dahulu sosok lengkap dari 'karakter' Hinoharu Sachi.
*
[Informasi Dasar]
Hinoharu Sachi. Kelas XI-A, Nomor Absen 25. Sekretaris dan Eksekutif Audit OSIS.
Dari segi penampilan, dia berambut hitam yang menghadap ke luar dengan sedikit ikal, dan kecantikan yang tenang dan dewasa kayak Yamato Nadeshiko. Dalam 'Peringkat Cewek Terimut di SMA Kyougoku Nishi (Edisi Seluruh Sekolah)' yang baru-baru ini aku adakan, dia menduduki peringkat ke-5, membuatnya jadi seorang cewek yang benar-benar cantik dengan gaya yang luar biasa (kekuatan tempur yang tinggi).
Sebagai anggota Kelas E, kemampuan akademiknya secara umum tinggi. Keahliannya terletak pada bidang humaniora, dengan nilai Bahasa Jepang dan Sejarah Jepang yang berada di peringkat teratas. Di sisi lain, kekuatan fisiknya di bawah rata-rata, dengan cuma nilai Penjasorkes yang menonjol; dia merupakan siswi tipe budaya sejati. Selain itu, dia menderita tekanan darah rendah dan kesulitan bangun pagi, punya kemampuan membaca arah yang buruk, dan punya banyak kelemahan lainnya.
Hal yang paling dia sukai yaitu barang-barang yang punya estetika Jepang, sedangkan hal yang paling tidak dia sukai yaitu punya waktu luang tanpa ada kegiatan. Hobinya yaitu mengunjungi tempat bersejarah, dan dia punya ketertarikan khusus pada genre misteri. Selama liburan, dia sering mengunjungi tempat-tempat terkenal di dalam prefektur, kayak Taman Istana Maisagi di dekat Stasiun Kyougoku dan reruntuhan kastil tua, kayak Kastil Kyougoku, yang dikenal sebagai tempat spiritual.
Rumahnya terletak di ujung timur Kota Kyougoku, dan karena jarak sekolahnya cukup jauh, dia pergi ke sekolah setiap hari dengan mengendarai sepeda motor bebek. Kendaraan pilihannya yaitu sepeda motor Little Cub, dan warna bodinya biru muda.
Evaluasi:
Bakat Visual: A
Bakat Kemampuan Dasar: B
Bakat Kepribadian: B
Bakat Perilaku: A
Bakat Berbicara: B
Bakat Kisah Komedi Romantis: A
Kecocokan dengan tipe heroin 'Ketua OSIS yang karismatik': 85%
Dengan asumsi sebagai Ketua OSIS, bakat komedi romantisnya akan dipromosikan ke peringkat S: 'Heroin Ketua OSIS'.
*
"─Tipe heroin?"
Uenohara Ayano, yang sedang membaca 'Catatan Teman-Teman' pada ponsel pintarnya, meninggikan suaranya saat melihat istilah yang tidak dia kenal.
"Ini mewakili tipe heroin kisah komedi romantis. Contohnya, ada 'Kouhai Iblis' dan 'Mantan Pacar Tsundere'. Pada awalnya, ini dinilai di bawah item persyaratan heroin, tetapi buat membuatnya lebih mudah dipahami, sekarang dikategorikan."
Bakat kisah komedi romantis secara sederhana menentukan seberapa mirip seseorang dengan karakter dalam kisah komedi romantis, dan kriteria terpisah diperlukan buat menilai apa seseorang cocok sebagai 'heroin'. Oleh karena itu, tingkat kecocokan dengan tipe heroin yang umum ditemukan dalam kisah komedi romantis ── dengan kata lain, 'tipe heroin' ── dihitung secara angka. Kalau tingkat kecocokannya 80% atau lebih tinggi, maka akan diberikan 'Peringkat S', yang unik buat para heroin.
Dengan begitu, opini subjektif dan bias dapat diminimalisir sebanyak mungkin, dan evaluasi yang objektif dapat dibuat. Ini jauh lebih bagus ketimbang memutuskan berdasarkan imajinasi seseorang saja.
"Namun, saat ini, tingkat kecocokannya tidak memenuhi kriteria. Tetapi setelah dia jadi Ketua OSIS, dia akan cocok dengan tipe 'Ketua OSIS Karismatik', jadi dia akan secara resmi diakui sebagai heroin setelah kemenangannya dalam Pemilihan Umum Ketua OSIS."
Ngomong-ngomong, Kiyosato-san punya terlalu banyak tipe heroin yang cocok, seperti 'Teman Sekelas yang Bagaikan Bidadari' dan 'Anggota Ekskul Olahraga yang Menyegarkan', jadi dia itu 'Heroin Utama' tanpa syarat. Di sisi lain, Katsunuma-san tidak memenuhi persyaratan bakat kisah komedi cinta meskipun dia cocok dengan tipe heroin, jadi dia itu pengecualian sebagai 'Heroin yang Tidak Tertaklukkan'.
Uenohara menghela napas tidak tertarik dan melanjutkan, "Aku tidak paham bagaimana kamu dapat menyebutnya karismatik. Dari mana itu berasal?"
"Itu akan jadi jelas nanti. Teruslah membaca."
[Biografi ── Masa Kecil]
Sachi lahir dan dibesarkan di Kota Kyougoku. Dia merupakan anak semata wayang. Kedua orang tuanya merupakan guru dan sering sibuk dengan pekerjaan mereka, sehingga dia sering dititipkan pada orang tua ayahnya. Kakeknya pernah jadi anggota DPRD Kota, dan melalui hubungan tersebut, dia punya ikatan yang mendalam dengan masyarakat. Sebagai cucunya, Sachi, yang akrab disapa 'Sachchan', disayangi dan dibesarkan dalam lingkungan yang hangat dan penuh kasih sayang.
Sebagai seorang anak, Sachi punya rasa penasaran yang besar dan senang bermain. Meskipun secara fisik tidak kuat, dia cukup aktif. Selama Festival Distrik Perbelanjaan, dia dengan penuh semangat menikmati kios-kios dan kuil-kuil portabel. Kadang-kadang, dia menyelinap masuk ke halaman Kuil Takedata bersama anak-anak di sekitarnya atau mencoba memanjat dinding batu Tenshudai di Istana Maisagi. Dia sering terlibat dalam kegiatan berbahaya.
Orang tua Sachi mendisiplinkannya dengan ketat dan memarahinya dengan keras setiap kali dia melakukan sesuatu yang berbahaya atau salah. Sachi sering merajuk dan menolak buat pulang ke rumah kakek-neneknya.
Menurut orang-orang yang mengenalnya pada saat itu, Sachi juga merasa kesepian dan mau orang tuanya yang sibuk memperhatikannya.
"Lagi-lagi dengan informasi pribadi yang tiba-tiba... ...Dari mana kamu menggali hal ini?"
"Pertama-tama, aku menemukan nama Hinoharu, seorang anggota DPRD Kota, di internet, dan lalu aku memeriksa notulen rapat DPRD Kota. Aku mengetahui kalau dukungan itu berasal dari kamar dagang, jadi aku bertanya ke kios-kios di dekat kediaman utama di distrik perbelanjaan. Saat aku bilang kalau aku itu temannya, mereka memberi tahuku banyak hal."
"...Cuma orang kayak Kouhei yang memeriksa notulen rapat DPRD Kota sebagai siswa-siswi SMA."
Ngomong-ngomong, distrik perbelanjaan yang disebutkan di sini mengacu pada 'Distrik Perbelanjaan Chuo', sebuah arkade yang terletak di sebelah tenggara Stasiun Kyougoku. Ini merupakan tempat dengan suasana nostalgia, dipenuhi dengan banyak kios-kios milik pribadi yang sudah lama berdiri.
Mungkin karena itu, para pemilik kios sebagian besar merupakan pasangan manula yang mengenang masa lalu dan berbagi berbagai kisah. Iya, 80% dari kisah itu tidak ada hubungannya dengan Senpai.
[Masa-Masa SD]
Seiring berjalannya waktu, Sachi secara bertahap menyesuaikan diri dengan filosofi pendidikan orang tuanya, dan pada saat dia berada di kelas bawah SD, dia tidak lagi terlibat dalam kegiatan berbahaya.
Sebaliknya, Sachi mulai melakukan hal-hal yang keterlaluan dalam aturan dan peraturan. Menurut seorang teman sekelasnya di SD, dia memunculkan ide-ide kayak lelang lauk makan siang dan membuat peringkat nilai lompat tali dari semua kelas di papan pengumuman, memprakarsai kompetisi kelas dadakan. Dia menunjukkan keterampilan kepemimpinan yang melampaui usianya.
Hal ini mungkin merupakan hasil dari usahanya buat memuaskan keinginannya sambil mematuhi instruksi orang tuanya, yang mengarah pada pola pikir yang mencari hasil maksimal tanpa melanggar aturan.
"Siswi SD macam apa dia ini? Senpai, apa dia itu orang yang aneh...?"
"Iya, itu mengejutkan, bukan? Dia melakukan beberapa hal yang keterlaluan."
Bagaimanapun juga, inilah ide dan eksekusi yang melampaui apa yang bisa dilakukan oleh seorang siswi SD. Aku cuma fokus pada hal-hal kayak proyek penelitian independenku.
"Kalau ini terjadi di SD, aku penasaran kayak apa Masa SMP dan seterusnya..."
"Tentu saja, aku juga sudah mencari tahu."
[Masa-Masa SMP]
Di SMP, Sachi fokus pada kegiatan OSIS sejak awal.
Dengan keterampilan kepemimpinan yang lebih besar ketimbang di SD dan kemampuan buat mengumpulkan orang lain, Sachi menciptakan apa yang kemudian dikenal sebagai 'Dua Festival Besar SMP Higashi': Festival Budaya Sekolah dan Festival Musik. Karismanya dan perkembangannya sejak dini, yang membuatnya menonjol, kemungkinan besar berperan dalam pencapaian ini.
Sebuah grup RINE yang disebut 'Hinoharu-senpai ♡ Panitia Promosi' dibentuk, menunjukkan popularitasnya. Ngomong-ngomong, tampaknya sebagian besar anggotanya merupakan para kouhai ceweknya.
Bahkan sekarang, Sachi diperlakukan sebagai sosok legendaris, dihormati sebagai Ketua OSIS yang mengubah sekolah seorang diri.
"Ah, kayaknya aku mencampurkan beberapa hal yang aku dengar dari Torisawa di sini. Kayaknya Torisawa tidak mengenal Senpai secara pribadi, tetapi Senpai itu seorang selebriti yang dikenal oleh semua orang di Higashi."
"Itu mungkin yang terjadi kalau Senpai membuat keributan kayak gitu."
"Ngomong-ngomong, aku dengar kalau Senpai mengubah Festival Budaya dari ajang kecil buat orang-orang yang berhubungan dengan sekolah jadi ajang yang terbuka buat umum, dan mengubah Festival Musik, yang dulunya cuma pertunjukan paduan suara, jadi ajang besar yang mencakup band, kelompok akapela, dan bahkan Kyogen. Rupanya, mereka menyiapkan panggung khusus di gimnasium buat itu, kayak Festival Budaya Sekolah kita."
[TL Note: 狂言 = Kyogen. Berarti "kata-kata gila" atau "ucapan liar", Kyogen merupakan drama tradisional yang diturunkan dari zaman kuno di Jepang. Ini adalah drama "manga" di mana karakter-karakter yang ceria dan lucu naik ke atas panggung dan membuat penonton tertawa dengan ucapan konyol dan gerakan-gerakan aneh mereka.]
"Itu merupakan prestasi yang cukup besar buat SMP umum biasa... ...Bukannya Senpai menghadapi tentangan dari berbagai pihak?"
"Menurut informasi yang aku dapat, ada banyak penolakan dari para guru dan pihak sekolah. Tetapi Senpai tampaknya menolaknya dengan argumen yang logis."
"...Senpai lebih buruk ketimbang anak bandel."
"Senpai bahkan melawan guru-guru menakutkan yang dibenci semua orang, jadi dia diperlakukan kayak pahlawan oleh siswa-siswi. Torisawa bilang kalau Senpai 'menantikan apa yang akan dia lakukan di masa depan', jadi kayaknya bahkan para senpai pun mengawasinya."
"Itulah tipe orang bodoh yang mencintai kebebasan yang Torisawa mau, ya?"
"Hei, kamu pasti baru saja menggunakan kata-kata yang salah di sana, bukan?"
[Masa-Masa Kelas Sepuluh SMA - Sekarang]
Setelah kehidupan SMP yang riang, Sachi masuk ke SMA Kyougoku Nishi, sekolah pesta nomor satu di prefektur.
Segera setelah masuk ke Kyou-Nishi, Sachi bergabung dengan OSIS dan, meskipun masih siswi kelas sepuluh, dia mengajukan berbagai rencana dan gagasan reformasi.
Salah satu contohnya yaitu 'Laporan Kantin Musiman yang Direkomendasikan' yang dimuat di koran OSIS, yang merupakan idenya. Sachi juga membuka dan mengoperasikan akun hubungan masyarakat OSIS di Tbitter.
Sachi aktif secara energik dalam berbagai peran. Mungkin karena kerja kerasnya, dia diangkat ke posisi administrasi yang biasanya diperuntukkan buat siswa-siswi kelas sebelas di masa kelas sepuluhnya dan mengambil peran sebagai auditor keuangan pada akhir tahun fiskal terakhir.
"Hmm, begitu ya. Memegang beberapa posisi berarti ada yang keluar di tengah jalan, bukan?"
"Iya, dari apa yang aku kumpulkan, kayaknya Senpai mengambil alih tugas dari seseorang yang berhenti karena mereka mau mulai mempersiapkan ujian masuk universitas lebih awal. Biasanya, seseorang yang tidak punya posisi apapun akan mengambil alih, tetapi kayaknya Senpai menawarkan diri, bilang, 'Ini tidak terlalu sulit, aku akan melakukannya."
"Hah... ...jadi itu tidak dipaksakan pada Senpai?"
"Kayaknya tidak. Iya, tugas itu cuma melibatkan pemeriksaan rencana anggaran di awal tahun fiskal, dan itu juga merupakan waktu saat OSIS baru akan diluncurkan, jadi mungkin akan lebih efisien kalau petugas yang berpengalaman yang menanganinya."
[Evaluasi Keseluruhan]
Seseorang dengan ide-ide unik dan kemampuan demi mewujudkannya, mampu memimpin orang lain dengan kuat. Teman-teman SMPnya menggambarkan Sachi sebagai "terlahir buat jadi Ketua OSIS", "selalu dalam suasana hati yang meriah", dan "akan mati kalau dia berhenti", yang mengindikasikan keterlibatannya yang proaktif dalam kegiatan OSIS. Pencalonan Sachi sebagai Ketua OSIS sudah tidak diragukan lagi.
Terlepas dari popularitasnya, cuma sedikit yang menyatakan perasaan mereka pada Sachi, dan dia tidak punya pengalaman berpacaran. Mungkin karena tindakannya yang terlalu proaktif, banyak yang cuma mengamatinya dari kejauhan. Dia sendiri bilang, "Aku merasa kegiatan OSIS lebih memuaskan ketimbang percintaan," dan tidak terlalu proaktif soal cinta, membuat beberapa orang menyebutnya "menyia-nyiakan kecantikan."
Terlepas dari itu, orientasinya positif, dan kecocokannya dengan "Rencana" sangat tinggi, membuatnya jadi tokoh kunci yang punya bakat luar biasa sebagai seorang "heroin" dan seorang "karakter kisah komedi romantis."
"─Dan begitulah, itulah situasinya."
Aku meletakkan ponsel pintarku di atas meja dan menarik napas.
"Aku telah menyederhanakannya sedikit, tetapi informasi ini terintegrasi dari berbagai sumber dan dapat diandalkan. Kalau kamu khawatir, aku juga dapat memberikan data mentahnya."
"Tidak, aku percaya padamu. Tidak ada yang lebih menakutkan ketimbang kamu, Nagasaka Kouhei, saat kamu serius menyelidiki sesuatu."
"Apa aku barusan mendengar suara lagi?"
Pada titik ini, Uenohara Ayano meletakkan ponsel pintarnya di atas meja dan menutup mulutnya dengan tangannya, dengan pose berpikir kayak biasanya.
"Hmm, apa ada sesuatu yang ada di pikiranmu?"
"Iya, aku baik-baik saja dengan kepribadian Senpai, tetapi... ...bagaimana dengan orang-orang di sekitarnya sekarang? Ada informasi soal itu?"
"Hah? Maksudmu soal teman-temannya?"
"Iya. Dan juga hubungannya dengan anggota OSIS."
Aku membuka bagian yang relevan dari Catatan Teman-Teman dan mulai menjelaskan.
"Mari kita lihat, dia punya beberapa teman di kelasnya. Ada juga teman-teman dari SMP yang sama di kelas lain. Dia tampaknya tidak jadi sosok sentral di kelasnya, tetapi bukan berarti dia dikucilkan atau tidak disukai."
Paling tidak, itu tidak kayak situasi Katsunuma di mana dia tidak punya tempat di sekolah. Kalau ada kisah negatif kayak gitu, pasti akan muncul dari suatu tempat.
"Sedangkan buat OSIS, kayaknya semua orang bergantung padanya. Kayaknya dia tidak punya teman dekat di sana, tetapi ada komentar kayak 'Dia melakukan banyak hal buat kami, dan itu sangat membantu. Kedengarannya kayak hubungan yang baik, bukan?"
"Apa pernah ada konflik atau masalah dengan siapapun sampai saat ini?"
"Hmm, mari kita lihat. Mengenai masalah yang menonjol... ...ada suatu waktu di masa kelas sepuluhnya saat dia buat sementara waktu mengalami konflik dengan teman sekelasnya. Ingat, itu soal Kegiatan Kerja Bakti Komunitas?"
"Ah... ...benar, apa itu soal memutuskan sebuah kebijakan?"
"Iya, tepatnya. Senpai yang bilang sendiri, tetapi tampaknya ada perpecahan antara fraksi 'Mari Kita Lakukan Ini dengan Serius' dan fraksi 'Mari Kita Lakukan Ini dengan Santai'. Tetapi pada akhirnya, tampaknya hal ini bisa diselesaikan dengan baik, dan kayaknya tidak ada masalah yang tersisa dari waktu itu."
Aku mengecek ulang hal ini dengan mantan teman sekelas sewaktu melakukan investigasi lanjutan, dan ternyata memang akurat. Reaksinya lebih bersifat ringan, "Ah, apa ada sesuatu kayak gitu?"
Uenohara melanjutkan pose berpikirnya selama beberapa saat, lalu mengangguk.
"Oke, itu tidak apa-apa buat saat ini. Jadi, apa yang kamu rencanakan mulai sekarang?"
"Iya, pertama-tama, aku akan menghubungi Senpai besok dan mencoba mencari tahu rencana spesifiknya buat masa depan. Dan kalau bisa, aku akan bertanya apa aku dapat memberikan pidato dukungan buat Senpai."
Bahkan dalam kasus mosi tidak percaya, rapat umum akan diadakan.
Dalam kampanye Pemilihan Umum, cuma sedikit orang yang bersedia memberikan pidato dukungan buat mosi percaya yang pemenangnya sudah hampir pasti. Kalau aku dapat menarik perhatian, ada kemungkinan aku dapat mendapatkan posisi itu.
Kalau itu terjadi, aku akan dapat bertindak bersama Senpai tanpa hukuman selama periode Pemilihan Umum, membuatnya lebih mudah buat memicu berbagai "sub-ajang".
Tujuan besar kali ini yaitu agar tiba-tiba mendekatkan jarak yang telah dipertahankan selama ini dan secara agresif meningkatkan "daya pikat" Senpai padaku. Tentu saja, aku juga akan menikmati ajang ini sepenuhnya.
"Jadi aku cuma akan menunggu buat saat ini. Kayaknya tidak ada yang dapat aku lakukan."
"Iya, kita tidak membutuhkan tenaga tambahan saat ini. Aku akan memberi tahumu kalau ada sesuatu yang muncul."
"Dimengerti. Oke, aku rasa aku akan segera mendengar kabar darimu."
"Hei, sudah berapa kali aku mesti memberi tahumu buat berhenti memasang bendera-bendera itu — apa kamu mau isi ulang?"
Tiba-tiba aku menyadari kalau cangkir kopi Uenohara sudah kosong dan bertanya padanya.
"Tidak, aku sudah memesan yang lain, jadi aku baik-baik saja."
"Hah? Kapan kamu melakukannya?"
"Barusan, di RINE. Aku bertukar ID dengan Paman Pemilik."
"Kapan kamu punya waktu buat itu!?"
"Saat Kouhei berada di kamar mandi. Aku bertanya pada beliau saat itu."
Paman Pemilik... ...Anda terlalu cepat mendekatkan jarak...
*
Setelah itu, kami berbagi beberapa informasi rutin lainnya, dan lalu bubar. Aku mengendarai sepeda motorku di atas bukit saat sang surya tenggelam.
Jalan utama di atas bukit dipenuhi dengan mobil-mobil yang menuju ke kota. Kayaknya sebagian besar itu mobil keluarga, jadi aku rasa mereka semua pergi makan malam.
Daerah ini merupakan kawasan perumahan yang baru saja dikembangkan, dibangun di atas lahan yang dulunya itu ladang. Makanya tidak ada restoran di sekitar sini, dan kalau kamu mau makan di luar, kamu mesti menuruni bukit, sampai ke dasar cekungan.
Mungkin ada banyak keluarga dengan anak kecil, jadi aku rasa ini merupakan rutinitas akhir pekan mereka.
...Saat lampu lalu lintas di depanku menyala merah, aku menghentikan sepeda motorku dan menurunkan kakiku. Aku menatap arus mobil yang menuju ke kota, pikiranku mengembara.
—Pada akhirnya, hari ini sama kayak rapat kami yang biasa.
Begitu rapat dimulai, Uenohara langsung menjawab dengan tepat, dan aku dapat berbicara tanpa merasa tertekan. Paling tidak, tidak ada rasa ketidakcocokan yang aneh kayak pertama kali.
Uenohara juga tidak tampak bosan, jadi aku rasa hubungan kayak gini cocok buat kami.
Itu benar — Itu karena "Proyek" yang membuatku dapat menghabiskan begitu banyak waktu dengan Uenohara.
Tanpa "Proyek", aku cuma seorang cowok biasa-biasa saja, bahkan mungkin di bawah rata-rata. Tidak ada yang menarik dari diriku, tidak ada yang membuatku menonjol. Aku cuma karakter latar belakang tanpa nama yang menyukai kisah komedi romantis.
Mustahil seseorang yang berspesifikasi tinggi kayak Uenohara akan senang bergaul dengan cowok normal kayak gitu.
Uenohara punya banyak teman, dan kalau dia mau, dia dapat dengan mudah menemukan seseorang yang lebih cocok dengannya dalam kehidupan SMA yang normal.
Satu-satunya hal yang dapat aku tawarkan pada Uenohara yaitu "Proyek". Aku tidak punya yang lainnya.
Makanya, kalau aku mau membalasnya — aku tidak punya pilihan lain selain terus berlari menuju keberhasilan "Proyek".
Aku menegaskan hal ini pada diriku sendiri sambil mencengkeram pedal gas motor.
Tetapi apa aku terlalu banyak minum kopi...? Perutku terasa agak berat.
*
Keesokan paginya.
Aku menahan menguap sambil berjalan menuju Ruang OSIS.
Tadi malam, aku habis membaca novel ringan dengan adegan Pemilihan Umum Ketua OSIS. Makanya aku kurang tidur sekarang.
Maksudku, ayolah, ada mereka berdua bekerja sama buat menyusun strategi dalam Pemilihan Umum Ketua OSIS, mengejutkan lawan mereka dengan langkah tidak terduga selama pidato, dan lalu di akhir kisah, ada situasi enak-enak yang beruntung kayak "Terima kasih telah membantuku sejauh ini, Bre○n"... dan seterusnya? Bagaimana mungkin aku tidak merasa senang memikirkan hal itu? Wajar kalau jantungku berdegup kencang dan aku gelisah. Aku tiba di depan Ruang OSIS, pikiranku melayang pada skenario "Prolog" yang sudah aku siapkan.
Oke, kalau begitu! Mari kita mulai "Ajang Pemilihan Umum Ketua OSIS"!
Saat aku hendak mengetuk pintu kayak biasanya, aku melirik ke papan pengumuman di sebelah pintu masuk.
Ada selembaran kertas baru yang ditempelkan di sana, dengan tulisan 'Pemberitahuan Pemilihan Umum Ketua OSIS'.
Nama calonnya yaitu...
"...Hah!?"
Terkejut, aku lupa mengetuk pintu dan langsung membuka pintu Ruang OSIS.
"Sen-Senpai!"
"Wah, kamu mengagetkanku!"
Hinoharu-senpai, yang sedang duduk di depan laptopnya kayak biasanya, melompat sedikit.
"Nagasaka, kamu mesti mengetuk pintu dengan benar, loh. Kita mungkin akan mengadakan rapat, jadi ingatlah kalau di antara teman pun, sopan santun itu penting."
"Ah, tetapi Pemilihan Umum Ketua OSIS!"
"...Pemilihan Umum Ketua OSIS?"
"Mengapa namamu tidak ada dalam daftar!?"
Hinoharu-senpai terdiam sejenak, lalu diam-diam memakai kacamata biru penahan cahayanya.
Hinoharu-senpai mengalihkan pandangannya kembali ke laptopnya dan mulai mengetik.
"Karena aku tidak mencalonkan diri."
"Eh...?"
"Itulah yang aku bilang padamu, aku tidak akan mencalonkan diri buat jadi Ketua OSIS."
Kata Hinoharu-senpai dengan datar tanpa menatapku.
"Aku tidak berencana mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS. Aku berniat buat melanjutkan posisiku saat ini."
—Ah, mengapa kisah komedi romantisku tidak pernah berjalan sesuai rencana...? Mengapa selalu berbelok arah...?
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga:
• ImoUza Light Novel Jilid 1 Bahasa Indonesia
Baca juga dalam bahasa lain: