Genjitsu de Rabukome Dekinai to Dare ga Kimeta? [LN] - Jilid 2 Bab 1 - Lintas Ninja Translation

Bab 1
Siapa yang Memutuskan Bahwa Aku Tidak Dapat Memvisualisasikan Suasana Hati di Kelas?

Sepulang sekolah. Di Ruang Konferensi M yang biasanya.

Aku memegangi kepalaku dengan kedua tanganku di bangku biasanya di ujung ruangan.

"S*alan! Jauh dari pemungutan suara, agendanya sendiri dalam ketidakpastian! Terkutuklah Si Katsunuma itu. Apa pendapatnya soal kisah komedi romantis?"

"...Begitu ya. Itu yang terjadi, ya."

Uenohara menyilangkan tangannya dan terdiam dengan raut kesulitan di wajahnya.

Untung saja, aku sudah memeriksanya terlebih dahulu. Kalau sebelum tenggatnya, ini akan jadi skakmat.

Duduk di depanku, Uenohara cuma bergumam Hmm, lalu menyesap jus jeruk.

"Tetapi bagian mana yang tidak disetujui oleh Katsunuma-san? Motif apa yang mungkin buat mengganggu ajang itu?"

"Menurut [informasi] ^ [data], itu karena dia 'tidak dapat menerima kalau seorang pecundang yang gagal dalam ujian masuk mereka menjalankan ajang laksana seorang pemimpin. Ketimbang punya masalah dengan ajang tersebut, mungkin lebih karena dia tidak mau aku mengambil alih kendali."

Kayaknya dia selalu bilang begitu pada para anggota kelompoknya, jadi ini merupakan informasi yang sangat dapat diandalkan.

"Begitu ya. Dengan kata lain, motifnya yaitu menentangmu, Kouhei."

Uenohara menepuk-nepuk bibirnya dengan serius, lalu menggelengkan kepalanya.

"Hal lain yang tidak terduga yaitu bagaimana suasana di kelas langsung jadi masam saat Katsunuma dan yang lainnya protes. Padahal sampai saat itu, suasana kelas sedang dalam suasana kisah komedi romantis yang seru..."

"Jadi, dia mencari kesempatan buat mengajak berantem? Kayaknya itu akan merepotkan kalau keadaan jadi buruk dan menarik perhatian Katsunuma-san."

"Mungkin ini berarti semua orang tidak cukup berinvestasi buat repot-repot mengatasi kerumitan...? Kesuksesan sebelumnya dari Ajang Pembuatan Teman Masa Kecil Uenohara Ayano mungkin membuatku melebih-lebihkan seberapa besar kemungkinan mereka akan bergabung..."

"Apapun itu, aku yakin itu memang tidak sesederhana bakat teman sekelasmu atau jumlah Orang yang Tidak Cocok. Suasana kelas secara keseluruhan memang tidak jelas, dan itu bukanlah sesuatu yang dapat kamu lihat, kayak pengaruh seseorang."

"Itu mungkin benar..."

Terlepas dari seberapa tinggi Bakat Kisah Komedi Romantis dari Para Karakter Utama, kalau tempat di mana mereka dapat menunjukkannya tidak stabil, itu tidak ada maknanya, aku rasa.

Kayak yang aku duga, Pemeliharaan Lingkungan akan diperlukan.

"...Mau bagaimana lagi. Mungkin sudah waktunya buat mempertimbangkan kembali dasar dari Rencana di sini."

"Dasar...?"

"Benar."

Sambil mengeluarkan ponsel pintarku, aku mengetik pesan singkat di LINE.

"Berkat seorang pembantu, pengembangan senjata baru semakin cepat. Dengan itu, kita akan dapat beroperasi lebih efisien."

"Hmm... ...tunggu, seorang pembantu? Apa ada orang lain yang tahu soal Rencana itu selain aku?"

Dengan sedotan yang masih ada di mulutnya, mata Uenohara mengerjap-ngerjap seakan-akan terkejut.

Ah, s*alan, dia menanyakan bagian itu.

"Eh, iya, mereka tidak begitu tahu soal Rencana itu, dan mereka sebenarnya lebih kayak penasihat..."

"Seseorang dari sekolah?"

"Iya, sesuatu kayak gitu."

"Mengapa kamu menyembunyikannya?"

Uenohara menyipitkan matanya dengan curiga.

Maksudku, kalau aku memberi tahunya, dia mungkin akan... ...Tidak, dia pasti akan marah.

Setelah membaca balasan LINE yang aku terima, aku terbatuk-batuk dan berdehem sebelum melanjutkan.

"Ah, maaf, kita cukupkan saja sampai di sini. Kita akan ketemuan lagi kalau urusannya sudah selesai."

"Ah, begitukah?"

Uenohara, yang sedang mengutak-atik sedotan sambil melihat ke arah jendela, berbicara dengan suara yang menunjukkan ketidakpedulian.

"Ngomong-ngomong... ...Apa senjata baru itu? Jangan bilang itu rahasia juga?"

"Senjata itu punya banyak fitur, jadi aku cuma akan menjelaskan semuanya secara rinci saat sudah siap. Tetapi, asal kamu tahu saja..."

Aku kira kalau aku paling tidak dapat memberi tahunya namanya.

Aku masih belum memberikan nama resmi buat itu, tetapi kalau aku mendasarkannya pada materi aslinya...

"Senjata berikutnya dalam gudang senjata Kisah Komedi Romantis di Dunia Nyata setelah Catatan Teman-Teman dan Catatan Tempat. Namanya itu... ...Q-U-L*!"

(TL Note: Seharusnya terdengar kayak "cool.")

"Euh, payah."

"Apa kamu bercanda?!"

Aku kira penamaannya sudah benar-benar tepat!

*

Setelah berpisah dengan Uenohara, aku kembali ke sekolah. Semua demi menghadiri ajang Jalan Memutar Nomor 4 bersama Tokiwa.

Tempat parkir sepeda dipenuhi oleh orang-orang yang telah menyelesaikan ekskul mereka. Setelah menitipkan sepeda di sana, aku segera berjalan menuju gedung ekskul.

Sebagai tim kuat yang secara teratur berpartisipasi dalam turnamen antar SMA, Ekskul Bola Basket Kyou-Nishi selalu mengadakan kegiatan ekskulnya sampai menit-menit terakhir di hari sekolah. Karena itulah, sulit buat mencocokkan waktu pulang sekolah dengan waktu pulang sekolah Karakter Utama lainnya kayak Kiyosato-san dan Torisawa, sampai-sampai sudah jadi kebiasaan buat mengatur Ajang Pulang Sekolah secara terpisah.

Iya, biasanya ini berarti bertemu satu sama lain secara kebetulan di stasiun parkir sepeda, tetapi... hari ini, mungkin aku akan mencoba lebih proaktif dan pergi ke ruang ekskul.

Aku sudah menjalin hubungan dengan Tokiwa sampai-sampai dapat menangani apa yang disebut Ajang Sehari-hari secara alami, kayak makan siang bersama atau berolahraga selama waktu istirahat. Pada titik ini, mestinya tidak jadi masalah buat mengajaknya secara normal, tanpa mesti bergantung pada kebetulan.

Berjalan dengan santainya dengan pemikiran kayak gitu, aku melihat sesosok tubuh saat aku mendekati sudut gedung ekskul.

Ah, itu Tokiwa.

"Dan kurang lebih begitulah situasinya. Makanya aku agak khawatir. ...Maafkan aku soal ini. Terima kasih karena selalu menetap sampai larut sore."

Hah? Apa ia sedang berbicara dengan seseorang?

Mereka kayaknya mendiskusikan sesuatu di sebuah ruangan kecil yang kosong di depan gedung ekskul. Aku memang dapat melihat ada Tokiwa, tetapi orang yang ia ajak bicara bersembunyi di balik bayangan gedung, tidak tampak.

Aku berhenti sejenak buat berpikir.

Mestikah aku berbicara dengannya, atau mestikah aku menunggu?

Aku juga tertarik dengan isi obrolan mereka, sih...

"Okelah, kerja bagus di ekskul hari ini! Sampai jumpa besok!"

Namun, saat aku sedang memikirkannya, Tokiwa mengakhiri obrolan dan berlari ke arahku.

Ah, ini bukan waktunya buat berpikir lagi. Mari kita panggil ia kayak biasanya.

"Hei, Tokiwa. Kerja bagus hari ini."

"Wah, di sana. Hah, Ketua Kelas?"

Mungkin karena kecepatannya yang sangat tinggi, Tokiwa tergelincir dan berhenti di atas pasir.

Ia lalu berbalik dan menghembuskan napas sambil meletakkan tangan di dadanya.

"Ah, kamu buat aku kaget saja. Ada apa? Apa kamu sedang dalam perjalanan pulang saat ini?"

"Iya, aku sedang belajar dan lupa waktu. Aku mau makan gula, jadi kalau kamu punya waktu luang, bagaimana kalau kita mampir ke toko dagashiya* bersama?"

(TL Note: Dagashiya merupakan toko tradisional yang menjual dagashi atau permen murah dan makanan ringan.)

"Oke! Kalau begitu, aku mau makan Butamen*!"

(TL Note: Butamen merupakan secangkir kecil ramen instan yang dipasarkan terutama buat anak-anak yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan makanan Jepang, Oyatsu Company.)

Sambil tersenyum, Tokiwa menerima ajakan tersebut.

Ah, kegembiraan mengambil jalan memutar tanpa hambatan. Aku dapat merasakan hubunganku dengan Karakter Sahabat-ku semakin dalam...

Tidak peduli betapa terharunya diriku, Tokiwa berjalan lagi.

Hmm, itu benar. Mungkin aku mesti melakukan investigasi ringan.

"Ah, kalau dipikir-pikir, bukannya kamu barusan berbicara dengan seseorang? Sesama anggota ekskul?"

"Hmm? Ah..."

Di sini, Tokiwa menunjukkan tanda keraguan yang langka sebelum menjawab.

"Bukan apa-apa, kok... ...Aku cuma meminta saran dari seorang teman."

"Begitukah...?"

Seorang teman, ya.

Karena ia enggan menyebutkannya, apa itu berarti akan jadi masalah kalau ia mengungkapkan identitas orang lain? Ataukah, apa ada isi diskusi yang mau ia rahasiakan?

Tunggu, mustahil, apa ia curhat dengan manajer cewek (yang diduga seorang cewek cantik yang menduduki peringkat 23 dalam peringkat cewek cantik dan tipe yang dapat diandalkan dari Kelas X-C) soal jadi korban penguntitan? Mungkin juga kisah komedi romantis di mana dia bilang, "Kalau begitu, bagaimana kalau aku berpura-pura jadi pacarmu,' dan sebelum kamu menyadarinya, mereka akhirnya jadi sepasang kekasih?

Dasar kucing garong. Mustahil aku menyerahkan [Tokiwa]^[Sahabatku] pada karakter yang tidak punya nama! Kembalilah saat kamu sudah menyiapkan paling tidak satu pengaturan masa lalu!

Saat aku berkecamuk dalam pikiranku, Tokiwa menyeringai padaku.

"Sudahlah, tidak usah pedulikan itu! Itu bukanlah sesuatu yang membuatku sangat terganggu atau semacamnya, kok! Terima kasih sudah peduli, bro."

"...Ah, oke."

Ini tidak akan berhasil. Ia malah menunjukkan kepedulian padaku.

Seriusan, Tokiwa memang cowok yang sangat baik hati. Saking baiknya, aku khawatir ia akan terlibat dengan kerumunan orang yang salah.

"Ah, Ketua Kelas, aku jadi ingat."

Seakan-akan tiba-tiba teringat sesuatu, Tokiwa berbicara.

"Maaf soal apa yang Ayumi lakukan tadi. Melakukan itu dan mengganggu suara mayoritas..."

Hmm... ...Jadi itu topik selanjutnya, ya?

Sejenak, aku kehilangan kata-kata, tetapi aku tersenyum dan memberinya ketenangan sejenak.

"Iya aku tidak dapat bilang kalau aku tidak paham bagaimana perasaan Katsunuma. Bagaimanapun, itu bukanlah sesuatu yang mesti kita putuskan hari ini."

"Ah, baguslah kalau begitu."

Tokiwa menepuk dadanya dengan lega.

"Jujur saja, Ayumi memang tipe orang yang pekerja keras. Dia mungkin agak memutar rodanya."

Hmm...?

Apa? Katsunuma, seorang pekerja keras? Kamu tidak akan menemukan [informasi] ^ [data] itu di manapun di Catatan Teman-Teman-ku, loh.

"Dia memang mudah emosian, tetapi dia bukanlah orang yang jahat. Jadi aku mohon tidak usah terlalu keras padanya. Aku sendiri cukup sering bilang begini."

Lalu, Tokiwa tersenyum, menyembunyikan ekspresi khawatir di matanya.

Hadeuh... ...Entah itu Tokiwa ataupun Kiyosato-san, aku penasaran bagaimana orang yang baik hati dapat menutupi kekurangan orang lain secara alami. Sungguh sangat menakjubkan.

Sambil merasakan rasa hormat, aku memberinya jawaban yang jelas buat paling tidak, tidak membuatnya khawatir.

"Tidak apa-apa. Meskipun dia terkadang membuatku agak marah, bukan berarti aku tidak menyukainya."

Kami cuma berselisih karena konflik kepentingan yang sederhana. Aku tidak benar-benar menemukan kesalahan pada dirinya secara pribadi. Meskipun kayak yang sudah aku duga, aku tidak akan dapat melihatnya dalam sudut pandang yang sama dengan seorang heroin kayak Kiyosato-san...

"Tetapi tetap saja..., aku rasa itu sudah dapat diduga dari seseorang yang berteman dengan Katsunuma dari dulu. Kamu pasti mengenalnya dengan baik."

"...Bukan kayak gitu, kok."

Tokiwa tercekat sejenak lalu tersenyum.

Ah? Apa maksudnya...?

"Iya, mungkin kita mesti pergi."

Tetapi saat berikutnya, ia sepenuhnya kembali ke dirinya yang biasanya dan bergerak maju.

Ah, aku rasa aku telah kehilangan suasana buat bertanya lebih banyak. Mau bagaimana lagi.

Sambil mencatat situasi yang ada, aku mengikuti Tokiwa.

Ternyata, dagashiya yang aku rencanakan buat kami singgahi sedang tutup buat sementara waktu.

Begitu aku lengah, aku mendapatkan ini?!

*

Beberapa hari kemudian, sepulang sekolah. Duduk di ruang rapat yang disewa di perpustakaan kota.

Setelah tiba di lokasi lebih dulu, aku diam-diam mempersiapkan diri buat rapat.

"Terima kasih sudah menunggu."

Pintu terbuka dengan bunyi gedebuk, dan Uenohara memasuki ruangan.

"Ah, maaf karena membuatmu datang jauh-jauh. Hanya saja aku mau menggunakan benda ini hari ini."

Aku mengetuk proyektornya, yang sekarang sudah terpasang.

"Jaraknya tidak terlalu jauh dengan sepeda. Karena tidak ada bukit, sebenarnya lebih mudah ketimbang jalan pulang."

Sambil merebahkan diri di bangku pipa saat dia berbicara, Uenohara mengeluarkan handuk dari tas sekolahnya. Lalu, dengan menggunakan satu tangan buat mengangkat rambut di belakang kepalanya, dia menyeka keringat di lehernya.

Hari ini memang sangat lembab. Musim panas kayak gini pasti sangat berat buat cewek-cewek berambut panjang.

"Ini, ini buatmu."

"...Terima kasih."

Aku menyerahkan minuman olahraga beku padanya yang sudah aku beli sebelumnya.

Mengambil botol itu dan menempelkannya ke pipinya, Uenohara menghela napas lega.

"Jadi, senjata rahasia dengan nama payah itu sudah lengkap, katamu?"

"Ini tidak payah, tetapi itu benar."

Aku berdiri dan mematikan lampu di ruangan itu.

"Kalau begitu, tanpa basa-basi lagi, mari kita lanjutkan ke pengungkapan perkembangan ceritanya. Ah, tetapi sebelum itu... ...Ini merupakan kesempatan yang bagus, jadi mungkin aku mesti memulai dengan memberikan pembaruan singkat soal kemajuan Rencana kita."

Bilang begini, aku membuka tabletku dan menampilkan dokumen penjelasan PowerPoint pada layar proyektor.

"Iya, kayak yang sudah aku bilang sebelumnya, tahap pertama dari Rencana Kisah Komedi Romantis di Dunia Nyata kita yaitu Pemilihan Para Karakter. Kita telah membuat kemajuan yang bagus dalam hal ini, dan pemilihan Para Karakter Utama di kelasku saat ini sudah tuntas."

Kelompok para karakter utama —juga dikenal sebagai Kelompok Teman-Teman — telah terbentuk, yang terdiri dari Kiyosato-san, Tokiwa, dan Torisawa, dengan Uenohara sebagai pengamat. Teman-teman sekelas kami pun tampaknya menganggap keempatnya punya hubungan yang baik, jadi mungkin dapat dibilang kalau kehadiran mereka sebagai satu kelompok sudah terjamin aman.

"Tahap pertama akan terus berlanjut sampai seluruh siswa-siswi dari semua angkatan telah dinilai bakat kisah komedi romantis mereka. Saat ini, kita baru saja menyelesaikan siswa-siswi kelas sepuluh dan mulai memperluas cakupan kami ke tingkat para senpai."

Karena mengumpulkan data soal para senpai jauh lebih menantang ketimbang siswa-siswi yang ada di angkatan yang sama, maka diperkirakan akan memakan waktu lebih lama. Aku berharap aku punya data yang nyata sebelum musim gugur saat banyak ajang di seluruh sekolah akan diadakan.

"Dan seiring berjalannya tahap pertama, kita secara bertahap memasuki tahap kedua, yaitu Meningkatkan Daya Pikat pada Para Karakter. Ini melibatkan pendalaman hubungan dengan karakter yang dipilih melalui berbagai ajang."

Tahap kedua dari Rencana ini merupakan yang tersulit.

Saat ini, Ajang Pulang Sekolah Bersama dan Ajang Jalan Memutar merupakan hal yang biasa saja, tetapi aku berencana buat menambahkannya dengan memanfaatkan ajang-ajang di tingkat sekolah kayak Kerja Bakti Komunitas yang akan datang dan festival budaya sebagai Ajang-Ajang Kisah Komedi Romantis.

Dari sana, kami akan memperdalam ikatan dengan para karakter, dan secara bertahap membangun Kisah.

"Kita masih jauh dari tahap ketiga, jadi, tinggalkan saja dulu, begitulah situasinya saat ini. Apa ada pertanyaan sejauh ini?"

"Apa perlu memperlakukannya secara serius kayak gini setiap saat? Apa kamu tidak merasa malu?"

"Oke, karena tidak ada pertanyaan, mari kita lanjutkan."

Dengan elegan mengabaikan sanggahan Uenohara yang diutarakan kayak sebuah pertanyaan, aku melanjutkan ke salindia berikutnya.

"Sekarang, aku berencana buat menggunakan Kerja Bakti Komunitas sebagai Ajang sebagai bagian dari tahap kedua... ...Tetapi karena lingkungan sekitar kita, yaitu lingkungan kelas, ada kemungkinan itu tidak akan berhasil."


Saat aku bilang begini, aku menampilkan salindia berikutnya. Salindia itu berisi diagram berbentuk piramida.


"Di sini, kamu dapat melihat diagram skematis dari lingkungan sekitar yang membentuk dasar kisah komedi romantis apa saja. Aku menyebutnya Model Tiga Lapis Lingkungan Kisah Komedi Romantis. Prasyarat buat melaksanakan rencana tersebut yaitu bahwa piramida ini tidak tergoyahkan."

Dalam piramida ini, lapisan terbawah yaitu lingkungan sekolah, lapisan tengah yaitu lingkungan kelas, dan lapisan paling atas yaitu lingkungan kelompok. Semakin rendah lapisan dalam piramida, semakin besar skalanya dan karena itulah semakin besar ukurannya.

"Kalau kamu menganggap lapisan paling bawah sebagai Kyou-Nishi, itu merupakan batuan dasar. Ini merupakan lingkungan yang ideal dengan banyak ajang dan OSIS yang aktif, dan para guru serta PWMG* sangat mendukung. Lapisan atas berhubungan dengan Kelompok Teman-Teman, jadi itu juga tidak masalah."

(TL Note: Singkatan dari Persatuan Wali Murid dan Guru.)

Saya menggunakan pointer laser pada lapisan tengah, menggerakkannya dalam lingkaran.

"Jadi, saat ini, bagian yang tidak stabil yaitu lapisan tengah, yaitu lingkungan kelas. Kalau kita tidak menertibkan hal ini, kemungkinan besar akan timbul masalah dalam ajang kayak sekarang ini, di mana kita mesti bekerja berdasarkan kelas per kelas."

"Belum lagi, sangat penting kalau ajang-ajang yang amat penting dan kayak di kisah komedi romantis, kayak Festival Olahraga dan Festival Budaya, dilakukan secara berkelompok. Kalau sesuatu yang serupa dengan apa yang terjadi saat ini terjadi, itu tidak akan jadi pemandangan yang indah."

Ada pengumpulan bahan buat seni mural yang terkenal, pertunjukan panggung, pasar loak, kedai makanan, dan sebagainya. Berbagai macam rapat sosial, yang semuanya berbasis di kelas.

Kerja bakti membersihkan lingkungan cuma sebuah pendahuluan dari perjuangan, dan bahkan dalam skenario terburuk sekalipun, hal ini masih ada dalam wilayah yang dapat membuat kalian menangis. Namun, dapat dibilang kalau kisah komedi romantis di mana Festival Budaya ataupun Festival Olahraga yang tidak menarik bukanlah kisah komedi romantis.

"Dan itulah makanya..."

Aku segera mengaktifkan animasi salindia.

"Saat ini, inilah yang mesti jadi prioritas utama kita. Penyesuaian kembali lingkungan kelas. Dengan kata lain, membangun kelas yang cocok buat kisah komedi romantis!"

Ta-da, kata-kata Membangun Kelas yang Dioptimalkan buat Kisah Komedi Romantis muncul di tengah layar.

"Watak Kelas X-D tidak sesuai buat perwujudan kisah komedi romantis. Kita akan menggunakan kesempatan ini buat melakukan beberapa revisi serius."

Ini satu lagi tangan yang terangkat dari Uenohara. Aku harap ini bukan perbedaan pendapat yang lain.

"Iya, Uenohara-san."

"Hal-hal soal pengoptimalan kelas dan watak kelas yang bukan kayak kisah komedi romantis agak abstrak dan sulit dimengerti. Jadi singkatnya, ini soal apa yang dapat membuat segalanya jadi lebih baik?"

Ah, kayak yang kalian harapkan dari seorang pemikir logis. Aku sudah menduga hal itu akan terjadi.

"Kamu benar. Watak kelas — yang disebut suasana atau suasana hati, pengaruh orang lain, dan kekuatan bicara tidak tampak oleh mata. Kamu bahkan tidak dapat mengetahui apa intervensimu punya efek yang diinginkan. Jadi, apa solusinya?"

"...Tunggu sebentar. Mustahil."

Uenohara tampak seakan-akan dia baru saja menyadari sesuatu.

"Sederhana saja. Buat melihat apa yang tidak dapat dilihat, gunakan saja angka."

Sambil menyeringai, aku beralih ke pembukaan senjata baru.

"Ini dia. Senjata baru buat mengukur watak kelas dan mengetahui bakat kisah komedi romantis sebuah kelompok. Tes Pengukuran Bakat Kisah Komedi Romantis Kelompok yang juga dikenal sebagai Q-U-L!"

Bersamaan dengan efek suara "teret" di otakku, aku meneruskan salindianya.

Baca-Rabudame-LN-Jilid-2-Bab-1-Bahasa-Indonesia-di-Lintas-Ninja-Translation

Uenohara menatap layar dengan ekspresi tercengang.

Heh, aku dapat melihat kalau pendekatan jahatku telah membuatnya kehilangan kata-kata.

"Nama resminya yaitu Questionnaire-Utilities of Love (Comedy) atau Kuesioner-Utilitas Romantis (Komedi). Kalau kamu mengambil huruf pertama dari setiap kata, maka akan jadi Q-U-L. Ini merupakan tes psikologi, tetapi dengan memasukkan data perilaku dari Catatan Teman-Teman dan data yang diperoleh dari survei ke dalam alat ini untuk dianalisis, kamu dapat langsung menilai apa sebuah kelas ada dalam kondisi yang tepat buat sebuah kisah komedi romantis*."

(TL Note: Referensi buat tes psikologi nyata yang digunakan di Jepang dan diterapkan pada kehidupan sekolah, "Q-U.")

Bukan kayak tes bakat kisah komedi romantis tingkat pribadi yang aku buat sebelumnya, tes ini didasarkan pada tes psikologi yang tepat yang telah dimodifikasi secara ekstensif. Jadi, tes ini jauh lebih khusus ketimbang tes sebelumnya.

"Rumus dan mekanisme grafik yang mendetail sudah ada di dalam lembar kalkulasi khusus, sehingga analisis dapat dilakukan dengan sekali klik. Tetapi bukan itu saja. Ini merupakan produk luar biasa yang bahkan dapat kamu gunakan buat penghitungan uji coba, dan mengetahui dengan pasti bagian mana yang perlu diubah buat meningkatkan angkanya!"

Satu-satunya kekhawatiranku yaitu bahwa ini merupakan versi beta yang masih baru, jadi aku masih belum selesai memverifikasi kelayakannya. Meskipun begitu, aku sudah mendapatkan penguatan teoretis dari asistenku, jadi hasilnya mestinya kurang-lebih benar.

"Meskipun ini jelas merupakan alat pengukuran yang paling ampuh di luar sana, aku belum menemukan hasil kayak apa yang sebenarnya... ...Ah."

Aku sedang antusias mempresentasikan sesuatu saat tiba-tiba aku melihat ke arahku dan melihat Uenohara menatapku dengan ekspresi ketidakpuasan yang tidak biasanya.

Hmm, mengapa aku punya firasat buruk soal ini?

"...Eh, memangnya ada sesuatu yang terjadi?"

"Begini, bisa tidak kamu berhenti berbicara dengan ibu seseorang di belakang mereka?"

"Apa— Kok kamu bisa tahu?!"

Tetapi aku sudah menyembunyikannya dengan sangat benar!

Uenohara menghela napas panjang, lalu memalingkan wajahnya, meletakkan dagunya di tangannya.

"Astaga. Wanita itu benar-benar... ...Aku kira beliau sedang bersemangat luar biasa akhir-akhir ini, sih..."

"Mak-Maksudku, beliau benar-benar ahli! Aku cuma menyebutkannya sambil lalu, dan lalu semuanya jadi sangat menarik..."

Aku sudah berkenalan dengan Ibu Profesor Uenohara sejak saat ajang "Ajang Pembuatan Teman Masa Kecil Uenohara". Saat aku mampir ke kantor beliau dengan membawa sekotak permen buat mengucapkan terima kasih buat yang terakhir kalinya, kami tiba-tiba berbicara soal kelas.

Aku bertanya pada beliau apa mungkin buat mengukur sifat-sifat sekelompok orang, dan beliau menjawab iya, dan lalu membagikan tes aslinya padaku. Aku sangat bersemangat sampai-sampai aku terpancing ke dalam perdebatan sengit, dan sebelum aku menyadarinya, kami sudah cukup dekat buat mengobrol sesekali, tanpa menghiraukan putrinya...

"Jangan khawatir! Ini tidak ada hubungannya dengan menyukai ibunya dan bukan putrinya, aku janji!*"

(TL: Kemungkinan merujuk pada serial novel ringan Jepang Musume ja Nakute Watashi (Mama) ga Suki nano?! (You Like Me, Not My Daughter?!).)

"Itu menjijikkan, bahkan sebagai lelucon. Seberapa menjijikkan yang dapat kamu dapatkan?"

"A-Apa itu, Dasar kamu memang anak nakal yang tidak sopan?! S*alan kamu, apa kamu mengejek kisah komedi romantis tipe Ibu?!"

"Kouhei, kamulah yang selalu mengejekku."

"Kamu bilang akulah selalu mengejekmu?!"

*

Kami berdua mengoceh sebentar, dan setelah kami berdua merasa lelah, kami memulai kembali obrolan.

"Pokoknya, dengan begini, kita dapat memahami situasi di kelas dengan menggunakan angka. Paham?"

"Tentu, terserah. Jadi, bagaimana hasil dari Kelas X-D?"

Setelah meneguk beberapa teguk dari minuman olahraganya yang kayaknya mulai mencair, Uenohara membuka mulutnya.

"Hmm. Itu sama dengan Bakat Kisah Komedi Romantis biasanya, di mana peringkatnya mulai dari nilai A sampai nilai E, dan nilai kelulusannya yaitu nilai B ke atas. Sedangkan buat Bakat Kisah Komedi Romantis Kelompok di kelas..."

Duk, sebuah tabel yang merangkum hasil analisis muncul di layar.

"Nilai C minus. Minus berarti nilai C yang mendekati nilai D."

Dengan menggunakan pointer buat melingkari setiap nilai bakat yang ditampilkan di layar, aku mempresentasikan hasil analisis secara rinci.

"Kayak yang dapat kamu lihat pada Gambar 1, nilai bakat dihitung sebagai evaluasi keseluruhan dari lima item. Sebagai contoh, kelasku mendapatkan nilai yang buruk buat Keterbukaan, Ketegasan, dan Kesatuan, dan relatif baik buat Keakraban dan Kerja Sama."

Sebagai rangkuman —tanpa membahas secara spesifik— kelasku tidak punya hubungan yang buruk dan cukup kooperatif pada tingkat tertentu. Tetapi mereka sebagian tertutup, kurang punya sikap positif, dan mudah terpengaruh oleh suasana yang ada.

"Hei, apa itu makna keterbukaan? Selebihnya, aku cukup paham."

"Itu merupakan item yang mengindikasikan hubungan di antara teman ataupun kelompok. Itu menunjukkan apa hubungan itu terbuka, di mana kamu dapat berkomunikasi dengan siapa saja tanpa perbedaan, atau tertutup, di mana kamu cuma dapat berkomunikasi dengan orang-orang tertentu."

Pada Kelas X-D, hubungan di dalam setiap kelompok cukup baik dan disertai dengan komunikasi yang aktif, tetapi hampir tidak ada interaksi antar kelompok. Dengan kata lain, mereka selalu bergaul dengan sekelompok orang tertentu.

Hingga awal Bulan Mei, semua orang berinteraksi satu sama lain tanpa diskriminasi, tetapi saat ini setelah kelompok-kelompok itu dibagi secara ketat, interaksi kayak gitu telah menghilang. Satu-satunya pengecualian buat ini yaitu anggota Kelompok Teman-Teman.

"Selain itu, karena nilai angka yang buruk buat Ketegasan dan Persatuan, semua gerakan cenderung spesifik pada situasi yang dihadapi, dan ini tidak bagus. Inilah makanya data yang menilai kesan mereka padaku tidak dapat diandalkan."

Alasanku dapat menuntaskannya dengan Katsunuma terakhir kali, kemungkinan besar karena watak ini.

Dia tidak bereaksi terhadap Ajang Pembuatan Teman Masa Kecil Uenohara sebelumnya, dan aku rasa itu adil buat bilang kalau itu berjalan dengan lancar karena yang mengendalikan suasana di sana yakni aku.

"Melihat hasilnya secara keseluruhan, penilaiannya yaitu bahwa kelas tersebut tidak cocok buat kisah komedi romantis."

"...Begitu ya. Tetapi tetap saja, itu jauh lebih mudah buat dipahami ketika dijelaskan secara rinci kayak gini."

Uenohara menganggukkan kepalanya menyetujui.

Ah, sebuah pengakuan tanpa sarkasme yang langka!

"Heh-heh, bukankah menurutmu begitu? Jujur saja, aku mengalami kesulitan. Kertas-kertas rujukan sangat membingungkan, rasanya kayak bukan dalam bahasa Jepang."

"Konyol sekali bahwa setelah melakukan semua itu, tujuan akhirmu yaitu kisah komedi romantis."

Kamu benar-benar mesti mengakhirinya dengan sebuah cacian, ya?

Pura-pura tidak tahu, dia menyesap minumannya sebelum melanjutkan.

"Ngomong-ngomong, apa makna nilai E di sini?"

"Semuanya acuh tidak acuh terhadap apapun yang terjadi di kelas. Semuanya tidak punya motivasi dan membolos dari ajang sekolah, semuanya membuat semua keputusan di tempat saat itu juga, dan gerakan semuanya tersebar di semua tempat."

"..."

"Selain itu, ada pengucilan dan penindasan pada orang-orang tertentu, dan teman sekelas yang saling berdebat dan menyerang satu sama lain..."

"...Kekacauan di kelas, ya."

Tepat sekali. Iya, aku memang tidak yakin ada kasus di Kyou-Nishi yang sampai ke tingkat itu.

"Pokoknya, persyaratan minimumnya yaitu entah bagaimana menaikkan nilai C minus saat ini jadi B."

"Begitu ya. Jadi, apa sebenarnya maksudnya itu?"

"Aku senang kamu bertanya. Mari kita bahas rencana intervensinya."

Dengan menavigasi presentasi PowerPoint sekali lagi, aku melanjutkan ke salindia berikutnya.

"Gambar 2 menunjukkan siapa yang mempengaruhi setiap item dan bagaimana caranya."

"Ah?"

Dengan ekspresi penasaran di wajahnya, dia bergumam pada dirinya sendiri.

"Anayama Shun, Koizumi Ao, Ide Masanari... Kamu bilang kalau orang-orang ini merupakan penyebab utama nilai C minus?"

"Sebenarnya, setiap kelompok cenderung punya kekuatan vokalnya masing-masing, tetapi kamu dapat menganggap orang-orang ini hampir setara."

"Terus..."

Aku melanjutkan.

"Aku akan mengakui orang-orang yang sangat berpengaruh ini sebagai sosok-sosok kunci dalam kisah komedi romantis — yang disebut Para  Karakter Sampingan — dan bekerja dengan mereka sebagai titik awal buat intervensi apapun."

"...Para Karakter Sampingan?"

Dia memiringkan kepalanya.

Ah, kalau dipikir-pikir, itulah pertama kali istilah itu muncul.

"Maknanya, karakter yang tidak ada kaitannya dengan kisah utama, tetapi berperan aktif dalam situasi tertentu, atau menambah keseruan pada suatu ajang."

"Saat kamu bilang sampingan, kedengarannya kayak merujuk pada siapa saja, sih."

"Tidak, kamu mesti memperlakukan mereka sebagai orang yang benar-benar terpisah dari massa. Apa kamu tahu kalau karakter pendukung yang bagus yang kamu lihat di film? Anggap saja sebagai peran semacam itu."

Dari sudut pandang kisah komedi romantis, aku kira nama-nama yang disebutkan dalam Toradora! itu klasik. Berbicara soal karya-karya dari pengarang yang sama, cowok yang dijuluki 2D-kun* juga menonjol. Ia merupakan seorang mahasiswa.

(TL Note: Sebuah referensi buat karakter Satou Takaya, yang lebih dikenal sebagai 2D-kun (Nijigen-kun), dari seri novel ringan Jepang populer Golden Time. Toradora! dan Golden Time keduanya dikarang oleh pengarang wanita Jepang, Yuyuko Takemiya.)

"Ah... ...Jadi maksudmu yaitu karakter-karakter kayak gitu, bukan cuma figuran saja. Begitu ya."

Dia menganggukkan kepalanya.

Karena dia kayaknya sudah paham, aku kembali ke topik obrolan.

Baca-Rabudame-LN-Jilid-2-Bab-1-Bahasa-Indonesia-di-Lintas-Ninja-Translation

"Pokoknya, kayak yang dapat kamu lihat dalam diagram, Kelompok Otaku yang dipimpin oleh Anayama berdampak negatif pada Keterbukaan. Mereka termasuk dalam kategori individu yang tertutup dan berorientasi pada diri sendiri, serta dicirikan oleh keengganan mereka buat bergaul dengan siapapun di luar kelompok mereka."

Karena mereka sebenarnya bergaul dengan baik di dalam kelompok, secara watak mereka berbeda dengan yang disebut sebagai penyendiri atau tipe pemurung.

"Lalu ada Kelompok Ekskul Olahraga yang dipimpin oleh Koizumi, yang punya dampak negatif yang besar pada Ketegasan. Kelompok ini acuh tak acuh dan berorientasi netral, yang berarti bahwa mereka tidak tertarik pada kelas."

Kelompok ini tidak seerat Kelompok Otaku, tetapi lebih besar. Akibatnya, mereka juga punya pengaruh yang kuat pada pengambilan keputusan di kelas.

"Tujuan langsung kita yaitu mengurangi efek negatif, jadi kita akan mulai dengan menangani kedua kelompok ini terlebih dulu."

"Hmm..."

Aku meletakkan penunjuk laser di atas mejaku dan melanjutkan.

"Ngomong-ngomong, aku kepikiran buat meminta bantuan Kelompok Teman-Teman dalam intervensi ini. Mereka terhubung dengan baik, dan ajang-ajang akan berlangsung dengan mudah kalau ada mereka."

Aku punya kedekatan yang kuat dengan para otaku, dan Tokiwa dapat menangani para anggota ekskul olahraga. Melalui posisinya yang semi-mandiri, Torisawa menawarkan kekuatan buat berbicara dari sudut pandang yang berbeda. Itu mungkin merupakan penghubung yang sempurna buat menghubungkan berbagai kelompok yang berbeda.

"Jujur saja, struktur bintang dengan Kiyosato-san di tengah-tengah akan jadi yang paling efisien, sih."

"Ah."

Uenohara, yang barusan meneguk minumannya, tiba-tiba terdiam di tempat.

Dengan Kiyosato-san, dia merupakan orang yang sangat mudah bergaul dengan siapa saja dan di mana saja, jadi menjadikannya sebagai simbol dari sang idola di tengah-tengah kelas merupakan cara yang paling mudah dan efektif.

"Namun kalau kita melakukan itu, rasanya kita akan bersaing dengan kelompok lain buat mendapatkannya. Sekarang saja sudah cukup sulit buat mendapatkan tempat di jadwalnya, dan kita juga tidak dapat memberikan tekanan lebih pada dirinya."

"...Iya, itu benar. Aku rasa itulah yang terbaik."

Bilang begini, Uenohara memulai kembali dari keadaan diamnya.

Gerakan yang tidak biasa yang dia lakukan di sana... ...Bagaikan robot yang terdiam.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan cowok ini? Mengapa ada garis putus-putus?"

Dia menunjuk ke bagian diagram.

"Itu Ide. Ia itu tipe cowok genit yang penjilat dan suka menghasut. Begini, tipe orang yang suka memanfaatkan suasana hati dan mencoba menyebarkannya. Sederhananya, ia merupakan pembuat suasana hati."

Orang-orang ini dapat membantu menghidupkan tempat saat mereka bekerja ke arah yang benar, tetapi saat ini mereka cuma menimbulkan kebisingan buat apa saja yang tampaknya jadi opini terkuat di ruangan itu.

"Hanya saja, tidak kayak kelompok lainnya, orang-orang kayak ia tidak benar-benar terisolasi. Jadi, aku menambahkan garis putus-putus buat mengindikasikan pengaruh tidak langsung."

"Aku jadi ingat... ...yang satu inilah orangnya, bukan? Orang yang ada di Kelompok Katsunuma yang melakukan debutnya di SMA, yang—"

Lalu, seakan-akan sesuatu telah terjadi padanya, dia terdiam sejenak.

"Sebenarnya, mengapa aku tidak dapat mendapati adanya Katsunuma-san di manapun dalam diagram ini?"

"Iya, inilah alasannya."

Aku melanjutkan ke salindia berikutnya — salindia dengan Kelompok Katsunuma yang ditambahkan ke dalam diagram.

"...Wah."

Melihat hal itu, dia agak mengernyit dan bergumam.

"Minus buat semua item?"

"Itu benar..."

Aku menghela napas.

"Katsunuma itu orangnya agresif dan berorientasi pada pengucilan, yang berarti wataknya yaitu menolak siapa saja yang tidak dia sukai. Ada kekuatan dan kelemahan buat setiap item, tetapi pada dasarnya dampak keseluruhannya yaitu negatif. Belum lagi, sangat sulit buat menaikkan angkanya."

"Apa maksudmu dengan itu?"

"Pengaruh Katsunuma sendiri terlalu besar. Ini lebih merupakan pertunjukan satu orang ketimbang kelompok lainnya, jadi keberadaannya dapat menghambat kita sepenuhnya."

Menghela napas, aku bersandar pada sandaran bangkuku.

"Dia punya bakat rendah bersertifikat, bernilai E dalam segala hal, mulai dari ucapan sampai perilaku. Mencoba memperbaikinya yaitu tugas yang hampir mustahil. Intervensi yang setengah-setengah akan jadi kontraproduktif."

Bukan cuma karena kami tidak akan punya kesempatan. Dia mungkin akan membalikkan keadaan kami kalau kami melakukan penyampaian yang setengah-setengah. Kalau aku terjebak di bidangnya, semuanya dapat berakhir dengan skenario makan atau dimakan.

"Makanya aku meninggalkannya buat nanti. Pada saat yang sama saat kita mengintervensi kelompok lain, kita akan mencoba menemukan cara buat mereformasinya, atau paling tidak mencari kompromi yang dapat menyelesaikan permusuhannya."

"Tetapi mustahil kita dapat membiarkannya pergi begitu saja, bukan? Lagipula, ada kemungkinan besar dia juga akan mencoba ikut campur di masa mendatang."

Sambil menggumamkan ini, Uenohara menutup mulutnya dengan tangan kanannya, dalam pose berpikir yang biasanya dia lakukan.

"Buat saat ini, sebagai aturan umum, kita akan bekerja di luar pandangannya. Selama dia tidak ada di sana, tidak ada cara buatnya untuk mengganggu ajang apapun yang akan berlangsung."

"Tidak ada pilihan lain selain mengadopsi solusi, ya? Meskipun risikonya tetap ada, apapun yang terjadi..."

Dia mengerang dengan raut wajah yang kesulitan.

"Sebenarnya... ...kalau kamu bilang dia satu-satunya masalah, tidak bisakah kamu menemukan cara buat melepaskannya atau semacamnya?"

Seakan-akan dia tiba-tiba mendapat ide, dia mendongak.

"Misalnya, membuat jebakan agar dia menggali kuburannya sendiri, ataupun menyebarkan publisitas buruk buat mengurangi pengaruhnya..."

"Tidak, cara kayak gitu tidak dapat diterima."

Aku dengan jelas menyatakan posisiku.

Dia berhenti sejenak, mungkin terkejut dengan penolakan kuatku yang tiba-tiba.

"...Mengapa? Kedengarannya masuk akal buatku."

"Dari sudut pandang teoretis, memang iya. Tetapi pendekatan itu bertentangan dengan prinsip-prinsip Rencana. Kamu tidak bisa cuma memilih buat menyerang dan melenyapkan seorang antagonis, tidak peduli seberapa besar rintangan yang mereka timbulkan."

Aku menatap matanya, yang tampak tidak yakin, dan bilang padanya hal berikut.

"Memang benar kalau perjuangan buat meraih supremasi dan pengaturan berdasarkan kasta dengan pemenang dan pecundang merupakan salah satu andalan kisah komedi romantis muda-mudi. Namun, yang aku tuju yaitu romansa & komedi yang cerah, seru, dan agak pahit, dan bukan kisah yang realistis."

Mungkin tidak masalah dalam novel ringan, tetapi dalam dunia nyata, menyerang dan mengucilkan orang yang tidak kalian sukai tidaklah seru. Itu cuma akan berakhir dengan sangat menjijikkan.

Aku secara pribadi pernah mengalaminya sampai pada tingkat yang menyakitkan dalam babku sendiri di masa lalu, loh.


"Dalam Rencana-ku, tidak ada yang namanya musuh yang mesti dilenyapkan. Pertama-tama, fakta bahwa tidak ada perbedaan antara teman dan musuh merupakan salah satu kekuatan kisah komedi romantis."

Dengan kata lain...

"Izinkan aku memberi tahumu soal Kelas Optimal buat Kisah Komedi Romantis yang ada dalam benakku. Ada teman sekelas dengan kepribadian yang berbeda, setiap orang punya hubungan yang santai dan dapat saling bercanda, mereka bersatu dan sangat bersemangat dalam berbagai kegiatan, mereka senang saat menang dan frustrasi saat kalah, dan terkadang mereka bertengkar dan terkadang mereka menangis, tetapi pada akhirnya, mereka pasti akan tertawa bersama. Ini merupakan kelas semacam itu di mana semua orang dapat berbagi pengalaman yang sama."

Karena aku telah bilang semua ini sekaligus, aku menarik napas.

"Jadi, eliminasi tidak dapat diterima. Kita akan mencari cara lain."

Uenohara menatapku dalam diam. Mengingat ekspresinya yang tidak kayak biasanya, mustahil buat membaca apa yang dia pikirkan.

Mungkin aku datang dengan agak terlalu kuat.

"Meskipun begitu... ...Uenohara, wajar kalau kamu khawatir. Aku tahu ini bukanlah masalah yang dapat diselesaikan dengan membiarkannya. Aku akan memikirkan solusi terobosan pada saat yang sama saat aku merencanakan ajang, tetapi sampai aku menemukannya, aku akan melakukan yang terbaik buat menghindar."

"...Kalau cara itu akan berhasil, kalau begitu okelah."

Uenohara menatap mataku sejenak sebelum menarik napas pendek, seakan-akan dia sudah menyerah.

"...Lagipula, ini juga bukan keputusanku. Kalau itu yang mau kamu lakukan, maka tidak ada pilihan lain selain mengikutinya."

"Maaf soal itu. Kamu sudah memberikan pendapatmu, dan aku menyangkalnya."

"Bukan apa-apa. Aku tahu kalau Kouhei itu si bodoh penyuka kisah komedi romantis. Selain itu..."

Uenohara bergumam, mengalihkan pandangannya sedikit ke samping.

"Inilah peranku — peran Kaki Tangan buat mendukung pelaku utama, loh."

Dengan ekspresi seakan-akan bilang Astaga, dia tersenyum tipis, lalu meneguk sisa minumannya yang sekarang sudah meleleh.

Kamu benar-benar rekan yang dapat diandalkan.

Aku benar-benar senang karena aku mempercayakan posisi Kaki Tangan pada Uenohara.

Dengan semangat yang tinggi dari perasaan itu, aku tiba-tiba memikirkan ide yang bagus dan menepukkan kedua tanganku.

"Itu benar! Apa kamu mau jalan-jalan buat makan kue lain kali? Ini tidak ada hubungannya dengan Rencana. Agak jauh, tetapi aku menemukan tempat yang bagus saat melakukan riset buat Catatan Tempat."

"...Eh?"

Dengan ekspresi bingung di wajahnya, mata Uenohara membelalak.

"Hah, kamu tidak mau?"

"Ah, eum... ...begini, kalau kamu menawarkan buat mentraktirku, aku tidak tahu mengapa aku mesti menolak."

Uenohara dengan gelisah mengacak-acak bagian belakang rambutnya.

Hmm? Aku cuma mau mengucapkan terima kasih, tetapi mengapa... ...Ah.

"Aku paham! Itu dia, bukan? Kamu menguatkan diri karena ini merupakan ajakan kayak di kisah komedi romantis, bukan?! Tidak usah khawatir, ini bukan Ajang, jadi tidak apa-apa kalau kamu tidak meningkatkan daya pikatmu!"

"Dasar Cowok yang Bodoh ini."

"Mengapa?!"

Dan di sinilah aku, bahkan berusaha buat bersikap perhatian karena aku rasa dia tidak menyukai kisah komedi romantis kayak gitu... ...Itu tidak masuk akal.

TL Note: Jangan lupa berkomentar di kolom Disqus yang sudah disediakan ya sobat LNT. 🙏

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama