Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 173 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-173-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 173
Bagaimana Cara Menerima Cinta

"Itu benar-benar bukanlah sesuatu yang patut dipuji..."

"Euh... ...Maafkan aku. Aku paham mestinya aku tidak melakukan itu, tetapi aku tidak dapat mengalihkan pandanganku dari mereka..."

"...Aku juga tidak dapat menghentikan mereka."

Sasaki-san tidak dapat menahan rasa penasarannya saat pertama kali melihat ini dalam hidupnya, dan Ichinose-san memang punya akal sehat tetapi tidak cukup kuat buat menghentikan mereka.

Tidak banyak yang dapat kami lakukan di sini untuk menindaklanjuti situasi ini, karena sebagian dari kami sudah mengintip adegan pengakuan cinta seseorang. Kalau mereka berdua tidak mencarinya sejak awal, mungkin dia tidak akan terlalu tertekan, bukan? Apa berpemikiran kejam kayak gitu itu berarti aku tidak dapat membaca hati seorang cewek? Bagaimana cara untuk memasang Kamus Hati Seorang Cewek dalam kamus elektronikku?

"Jadi, Yuki-chan, apa ini pertama kalinya kamu menyaksikan adegan pengakuan cinta pada Sasaki dari jauh? Apa kamu belum pernah menyaksikan adegan serupa dari jauh sebelumnya?"

"Mengapa kamu berasumsi kalau aku menyaksikannya dari jauh? Satu-satunya apa yang dapat aku tangkap cuma suaranya."

Bukannya itu yang biasa kita sebut sebagai menguping...?

Kalau dipikir-pikir lagi, itu benar juga. Sarana untuk memata-matai Sasaki dalam bentuk bentuk video itu cukup terbatas. Cuma ada tiga pilihan saja, yaitu: mengoperasikan sebuah dron kecil, atau menaruh kamera pada pulpen atau semacamnya di saku kemejanya, atau meletakkan kamera terlebih dulu di tempat yang kemungkinan besar Sasaki akan berpindah. Ini memang sangat sulit. Apa yang sebenarnya barusan aku pikirkan? Bukankah ini keren?

"...Sudah banyak cewek yang pernah mengakui perasaannya pada Abang sebelumnya. Terakhir kali itu saat ia masih SMP."

"Rasanya itu agak lain dari menyaksikannya dengan mata kepalamu sendiri, begitukah maksudmu?"

"Tidak, bukan begitu maksudku."

"Eh...?"

"Sebelumnya, Abang biasanya langsung menolaknya. "Karena aku mau berkonsentrasi pada sepak bola," atau semacamnya. Aku rasa alasan Abang benar-benar mau melakukan itu karena sedang ada aku di sana."

Aku yakin ia memang ingin berkonsentrasi pada sepak bola.

Semakin banyak aku mendengar soal ini, semakin aku menyadari kalau situasi ini memang lain dari apa yang terjadi pada Ichinose-san. Ditinjau dari berat kesalahannya, maksudku. Apa ada cara untuk menindaklanjuti hal ini? Kalau aku mesti berkata-kata, aku akan bilang kalau reaksi Sasaki memang agak kacau. Yuki-chan mungkin tidak mengetahui hal ini, tetapi aku tidak paham mengapa wajah Sasaki memerah padahal ia memendam perasaan pada Natsukawa.

Mustahil, apa jangan-jangan Natsukawa merupakan cewek yang menyatakan perasaan padanya...?

Tidak, tunggu dulu, tenanglah, aku tidak akan mati. Tidak mungkin begitu. Lagipula, aku barusan bertemu dengan Natsukawa di Gedung Selatan saat aku sedang mencari Sasaki. Jadi itu mustahil secara kronologis, dan menurutku Natsukawa tidak akan melalaikan tugasnya sendiri demi melakukan hal semacam itu. Aku memang berniat buat menuntun Sasaki untuk jadi cowok yang sangat baik dan berhubungan dengan Natsukawa atas kemauanku sendiri demi mengurangi kerusakan pada hatiku, tetapi aku sama sekali belum siap secara mental buat itu. Rasanya aku mau mual.

"...Bleh."

"Eum... ...Sajou-kun?"

"Kulitmu tampak jauh lebih pucat dari Yuki-chan, loh..."

"Bukan apa-apa, kok..."

Tidak, aku mungkin merasa terluka pada waktu yang salah. Ada apa dengan penghancuran diriku ini? Suaraku rada serak. Kerusakan hatiku terlalu besar, haha. Apa yang aku lakukan dalam situasi mewah di mana aku dapat duduk di antara dua orang cewek ini?

"Hmm..."

Saat aku memikirkannya tanpa memasukkan Natsukawa dalam pikiranku, dan membandingkannya dengan apa yang aku dengar dari Yuki-chan, Sasaki yang itu kayaknya tampak agak lain dari Sasaki yang aku kenal. Paling tidak, saat ini ia bukan cowok berdarah panas yang mencurahkan seluruh tenaganya demi sepak bola. Buatku, Sasaki merupakan penyeimbang yang menyebalkan. Bukan cuma dalam hal kemampuan olahraga dan belajarnya, tetapi juga dalam hal posisinya di kelas, dan seberapa besar prestasinya.

"...Mungkin itulah perbedaan kesadaran antara cowok itu dulu waktu ia masih SMP dan cowok itu saat ini."

"...Eh?"

"Sebagai contohnya... ...Benar juga. Apa yang akan Sasaki-san dan Yuki-chan lakukan kalau ada seorang cowok entah dari mana mengakui perasaannya pada kalian di saat-saat kayak gini?"

"E-Eh!?"

Sebagai cewek-cewek, aku yakin mereka berdua pasti suka ngobrol soal cinta-cintaan. Tetapi itu bukan berarti mereka berdua mesti menempatkan diri mereka di posisi itu. Hmm... ...Oke, kalau mereka tersipu malu saat ini, itu berarti ada cowok-cowok yang mereka sukai saat ini. Mengapa mereka tidak memberi tahu kami saja soal itu, selagi kami masih ada di sini?

"Abang..."

Tidak, bukan begitu maksudku.

"Ti-Tidak... ...Aku mau fokus pada pelajaranku dulu buat saat ini, jadi aku mesti menolak pengakuan cintanya, deh..."

"Begitulah, ini memang musim ujian buat kalian berdua. Aku rasa kalian berdua mesti fokus pada pelajaran kalian berdua, dan meskipun kalian berdua memutuskan untuk mencintai seorang cowok, kalian berdua mungkin cuma memberikan sedikit harapan yang samar-samar, kayak "Nanti saja deh, sampai aku benar-benar masuk SMA...", sih!"

"Ko-Kok kamu bisa tahu soal itu!?"

"Aku juga pernah begitu. Mungkin saja semua orang juga begitu."

"Ah..."

Hmm, dalam kasusku, aku memang punya hubungan cinta bertepuk sebelah tangan saat aku masih di SMP. Tetapi tetap saja, aku sangat menantikan masa mudaku yang penuh warna dengan statusku sebagai "siswa SMA". Kenyataannya aku memang sudah mundur dua atau tiga langkah dari masa-masa itu... ...Aku pun tidak memanggil cewek yang dulu aku cintai dengan nama panggilannya lagi. Kok bisa sampai kayak gini jadinya?

Sasaki itu mempermalukan dirinya sendiri karena ia sudah meninggalkan Panitia Pelaksana Festival Budaya di tengah jalan. Rasanya tidak 
tepat buat dibilang kalau ia melakukan itu atas perintah dari Ketua Panitia Pelaksana Festival Budaya, tetapi menurutku itu masuk akal kalau ia cuma ingin segera kembali bermain sepak bola. Makanya, aku merasa konyol karena aku sudah mengendurkan semangatku begitu saja.

"Ini soal Sasaki, kayaknya ia sangat menyukai  sepak bola bahkan sampai saat ini. Kalau dilihat dari kepribadiannya, ia mungkin menghindar dari cinta saat ia masih SMP, ia mungkin akan bilang "Masih terlalu dini buatku untuk berpacaran!". Tetapi keadaannya sudah lain saat ini. Ini berbeda dari saat ia masih SMP. Aku rasa ia sudah mulai lebih tertarik pada cinta dengan caranya sendiri saat ini. Ia mungkin penasaran, bagaimana cara agar ia tampak menarik di musim panas nanti? — Bagaimana agar ia dapat membuat cewek-cewek mulai tertarik padanya?"

"Hal semacam itu — Memangnya siapa yang bilang begitu?"

"Aku barusan salah bicara."

Mata gelap Yuki-chan mulai menatapku dari ujung wajah cemberutnya. Aku jadi takut... ...Aku hampir tidak dapat memalingkan wajahku. Tidak lama kemudian, aku takut kalau matanya akan berubah jadi kawat piano dan mengarah ke arteri karotisku. Aku merasa kayak aku akan mati karena serangan jantung, dor.

"Seorang cowok tampan yang mulai tertarik pada cinta... ...Tidak ada yang lebih menakutkan ketimbang seorang cowok tampan yang mulai tertarik pada cinta..."

"Kalau begitu mengapa? Apa kamu juga akan menyuruhku untuk menjauh dari Abang, Sajou-san?"

"..."

"Tidak, bukan begitu. Kalian berdua itu abang dan adik cewek, jadi kalau kamu mau dimanja oleh abangmu, tidak apa-apa kalau kamu bertingkah manja di depannya."

Jangan bilang "meninggalkan Abang" di depanku begitu saja dengan entengnya... ...Ichinose-san barusan jadi kaget. Itu kata yang tabu.

Begitulah kataku, Sajou-san, atau apa ada orang lain yang bilang begitu juga padamu? Sasaki-san kayaknya tidak tahu apa-apa soal mode penyayang abang dari Yuki-chan, jadi ada kemungkinan kecil buatnya karena mereka berdua bersekolah di SMP yang sama. Apa mungkin saja itu dari orang tuanya, atau mungkin dari Sasaki sendiri?

Kalau aku dapat menemukan kesamaan di antara peristiwa yang dialami oleh Yuki-chan dan Ichinose-san dari cara bicara yaitu "Aku mau Abang cuma melihatku saja!". Di sisi lain, ada perbedaan di antara mereka berdua yaitu bahwa Ichinose-san berusaha untuk mandiri demi menutupi perasaannya yang sebenarnya, atau Yuki-chan bermasalah karena dia tidak tahu bagaimana cara memilah-milah perasaannya. Kalau kita bandingkan mereka berdua dengan cara ini, ini menunjukkan bahwa Ichinose-san jauh lebih dewasa ketimbang Yuki-chan.

"Namun, mesti aku akui kalau seorang abang itu tidak selamanya mesti ada "di samping adik ceweknya", sih."

"..."

"Aku yakin kalau ia telah jadi abang yang baik buatmu sampai saat ini. Ia peduli padamu, Yuki-chan, meskipun kamu tidak bilang apa-apa padanya, dan ia memanjakanmu sebanyak yang kamu mau. Makanya kamu jadi sangat ngotot pada hubunganmu dengan abangmu, bukan?"

"A-Aku tidak ngotot, kok! Hanya saja Abang sangat baik padaku, jadi kelihatannya kayak gitu!"

"Kebaikan itu mungkin akan diarahkan pada pujaan hatinya Sasaki mulai saat ini. Ia cuma punya satu raga, dan mungkin akan sulit buatnya untuk bersikap baik pada dua orang di saat yang bersamaan."

Jadi begitulah yang mau ia lakukan, sama kayak yang dilakukan Beruang-san-senpai, meskipun itu berarti ia mesti mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menjaga pacarnya dan Ichinose-san — adik ceweknya, maka itu lain lagi ceritanya. Dalam hal ini, Senpai memang jauh lebih berbaik hati. Makanya ia bisa mendapatkan pacar yang imut meskipun ia tidak terlalu tampan. Guru, aku bertanggung jawab atas keselamatan adikmu saat di sekolah.

(TL Note: Bagus itu, kalau bisa pepet terus adiknya dan kalian berjodoh, hehe.)

"Pujaan hatinya... ...Abang..."

"Begitulah. Itu merupakan rasa sayang yang berbeda dari rasa sayang pada adik ceweknya."

Aku tidak bilang kalau kamu tidak boleh bergantung pada abangmu. Namun, ketimbang menunggu abangmu memanjakanmu kayak sebelumnya, kamu mungkin tidak akan dapat menerima kebaikan dari abangmu kecuali kalau kamu secara aktif menunjukkan pada abangmu kalau kamu mau dimanjakan olehnya. Meskipun sesuatu yang menyakitkan sedang terjadi pada Yuki-chan, namun tidak ada jaminan kalau Sasaki tidak akan menyadarinya.

"—Kalau begitu, kalau aku yang jadi pujaan hati Abang, maka segalanya akan tuntas!"

Cewek ini memang sudah gila, sih!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama