Bab 172
Apa yang Aku Lihat Di Sana
Sasaki tidak mengeluh soal apapun, ia mengenakan kostum yang barusan terbungkus dalam kehangatanku dan berubah jadi seekor anjing. Berbicara sendiri, aku merasakan ada sekelompok ulat yang merayap di tulang punggungku. Krep yang aku makan bersama Ichinose-san dan yang lainnya menyebabkan reaksi yang luar biasa di perutku. Aku merasa kayak aku dapat mengeluarkan krim kocok segar dari mulutku saat ini.
Ngomong-ngomong soal Sasaki, ia benar-benar ikut serta dalam kompetisi teka-teki dengan senyuman di wajahnya yang membuatku bertanya-tanya apa maksud dari raut wajah muram yang ada di wajahnya tadi. Meskipun ia ada di sini sebagai bagian dari Panitia Pelaksana Festival Budaya, tetapi ia yang paling populer, bukan? Mengapa ia tampak sangat cocok padahal ia mengenakan kostum yang sama persis denganku beberapa waktu yang lalu? Berhentilah jadi lebih mirip seekor Anjing Gembala dariku.
Tidak ada gunanya buatku mengeluh, Sasaki juga tidak dapat melepaskan tangannya saat ia hendak bertanya-tanya soal Yuki-chan. Sudah aku duga, Yuki-chan tidak akan menerobos masuk dalam situasi kayak gini, jadi aku penasaran apa aku mesti beristirahat dulu sejenak. Kalau dia menerobos masuk, aku tidak akan punya pilihan selain memanipulasi cewek itu.
Saat aku sudah berganti kostum dan kembali ke seragam sekolahku, aku keluar menuju lorong, lalu ponsel pintarku di sakuku bergetar.
[Kami telah menemukan Yuki-chan.]
♦
Di sisi belakang gedung sekolah bagian timur. Saat aku melewati gapura taman yang tidak terawat dan ditumbuhi bunga, aku mendapati ada sebuah punjung yang sudah lama tidak aku kunjungi. Tunggu sebentar, Bunda... ...Tempat ini terlarang untuk dimasuki karena beberapa alasan, apa Anda tidak tahu?
Saat aku mendorong maju dengan masih merasa getir di dalam hatiku, aku mendapati ada tiga orang cewek sedang duduk di bangku melingkar. Yuki-chan, Ichinose-san dan Sasaki-san, 3 paket lengkap cewek-cewek — Cewek SMP, Cewek SMA dan Cewek Kuliahan — semuanya duduk di dalam satu tempat. Semuanya lengkap — Kayaknya aku salah ngomong.
Terlepas dari apa Sasaki-san cocok dimasukkan ke dalam kategori Cewek Kuliahan atau tidak... ...Ada tiga orang cewek cantik di tempat yang sepi di belakang gedung sekolah kayak gini... ...Aku suka itu. Aku rasa ini merupakan penyegar buat mataku. Aku rasa aku cuma akan bersembunyi di sini dan menyaksikan saja....
"Ah! Sajou-senpai!"
"Ah!"
Itu tidak berhasil.
Mustahil aku dapat bersembunyi dari mereka kalau aku sedekat ini dari mereka. Sasaki-san langsung menemukanku tepat saat aku dapat mendengar langkah kakiku sampai di depannya. Ada gejolak di dalam perasaanku antara mau mengawasi mereka saja dan bahagia karena mereka menemukanku dengan segera... ...Berhentilah bergejolak, perasaanku.
"Kamu sudah kembali dengan mengenakan seragam sekolahmu..."
Sedangkan Ichinose-san, dia meletakkan tangannya pada tangan Yuki-chan, yang duduk di antara dia dan Sasaki-san, dan dia menghela napas lega saat dia melihatku sambil. Sampai beberapa saat yang lalu, dia agak pendiam pada Yuki-chan, tetapi apa ada yang terjadi saat kami terpisah...?
"Yuki-chan, apa kamu sudah bertemu dengan Sasaki?"
"...Sajou-kun."
Saat aku hendak bicara padanya, Yuki-chan tidak meresponsku sama sekali. Malahan, Ichinose-san yang merespons dengan memanggil namaku dengan ekspresi cemberut di wajahnya. Tidak apa-apa, Yuki-chan itu selalu peka pada Sasaki. Tidak peduli beberapa kali aku mengungkitnya, itu cuma akan jadi pemicu agar dia meresponsku. Selain itu, obrolanku tidak akan berlanjut kecuali kalau aku bertanya pada Yuki-chan.
"...Aku belum bertemu dengan Abang."
Yuki-chan tidak menundukkan kepalanya dengan putus asa, melainkan dia menatap ke lantai agak lebih jauh di depannya, seakan-akan dia agak menoleh ke atas.
Iya, ini memang tidak biasanya. Standar Yuki-chan yang biasanya aku kenal selalu dalam suasana hati yang buruk saat Sasaki tidak ada di sana, dan aku sudah terbiasa dengan itu. Dia biasanya akan menepis tangan Ichinose-san tanpa ampun. Ini rasanya agak aneh melihat dia ada di sini tanpa dia bilang "Abang, Abang, Abang!" kayak umpatan di tempat ini saat abangnya tidak ada.
"Eum... ...Saat kami menemukannya, dia sedang berjalan sendirian."
Saat aku bertanya pada Sasaki-san, dia bilang kalau Yuki-chan sedang berjalan sendirian secara biasa saja saat mereka menemukan Yuki-chan. Namun, Sasaki-san kayaknya segera menyadari kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan Yuki-chan. Apa ini cuma imajinasiku saja atau selama ini aku cuma melihat Yuki-chan bertingkah aneh sejak kami bertemu? Apa aku belum pernah melihat Yuki-chan yang biasa saja?
"Kalau begitu — Hmm?"
Saat aku hendak melanjutkan terus bicara, Sasaki-san pindah. Dia menjauhkan pinggulnya dari Yuki-chan. Itu menyisakan jarak satu orang di antara Yuki-chan dan Sasaki-san. Sasaki-san menatapku seakan-akan dia memintaku untuk duduk di situ.
...Eh, duduk di situ? Kamu mau aku duduk di situ? Dari kiri ke kanan, lalu kita akan duduk dengan pola Cewek, Cewek, Cowok, Cewek dari kiri kayak gitu?
Aneh sekali... ...Aku berencana untuk melanjutkan obrolan dengan segera, tetapi lalu situasinya membuatku berhenti. Memang ada satu tempat duduk untuk satu orang. Namun, kalau aku duduk di sana, aku akan berdekatan dengan dua orang cewek di sebelahku. Eum, bagaimana kalau aku dapat duduk lebih nyaman dengan jarak yang lebih jauh di antara kita....
Mendapati ada tiga orang cewek yang duduk berdekatan denganku, itu memang sangat, sangat menyenangkan buatku, namun agak sulit buatku yang berhati polos untuk punya keberanian untuk melompat-lompat kegirangan. Tidak, aku mulai tergoda untuk melompat masuk, sih...
Aku pernah punya keinginan buat terapit di antara Natsukawa dan Ashida, namun aku tidak menyangka kalau kesempatan yang sama akan muncul secara tidak terduga di sini, bukan?
Kalau aku boleh mengutip salah satu kata-kata dari seorang senpai dalam hidupku, Sasaki-san mesti mempertimbangkan perasaan pihak Yuki-chan terlebih dahulu untuk saat ini.
"...Apa kamu cuma akan berdiri di sana?"
"Ah, iya."
Bagaimana ini? Aku tidak tahu mesti berbuat apa, namun aku mendapat izin dari kedua belah pihak. Aku rasa tahun-tahun yang telah aku habiskan untuk hidup lebih cepat dari waktuku tidak berarti apa-apa, bukan? Malahan, akulah yang payah karena terlalu memikirkan jarak di antara aku dan lawan jenis...
Mestinya aku tidak menggunakan masa puberku buat bilang, "Aku merasa malu duduk di antara cewek-cewek!". Dari sudut pandang Yuki-chan, meskipun ada jarak di antara kami berdua, kayaknya dia merasa enggan untuk dilihat dari depan olehku sepanjang waktu. Ketakutanku melebihi rasa maluku.
Aku melakukan kontak mata dengan Sasaki-san sambil duduk di tempat yang kosong itu. Wa-Wah... ...Aku dapat merasakan keberuntunganku untuk tahun ini mulai terkikis habis...!
"..."
"..."
"..."
"..."
Ada keheningan sejenak, cuma ada kontak yang dekat. Aku pasti tidak menikmati momen ini. Tidak apa-apa, aku tahu. Kalau ada yang akan jadi penengah di antara kami berempat, tentu saja, pastinya itu aku. Aku tidak bisa diam begitu saja saat ini.
"Jadi? Apa yang terjadi?"
"..."
Aku bertanya sambil menghadap lurus ke arah depan. Yuki-chan tidak mau berbalik. Aku merasa ada sesuatu yang tajam yang akan menembus pahaku kalau aku berbalik pada jarak ini. Aku tidak dapat melakukan hal buruk pada Yuki-chan, yang menggunakan senjata gelap.
Tidak ada jawaban kembali darinya. Aku rasa dia tidak akan memberiku jawaban yang jujur, jadi tidak apa-apa. Kalau begitu aku cuma akan menebak-nebak dengan benar saja.
"Aku sudah berusaha untuk mencari Sasaki, tetapi aku masih belum bertemu dengannya."
"..."
"—Tetapi, aku sudah menemukannya."
"..."
Aku merasa yakin setelah melihat reaksi Yuki-chan.
Satu-satunya orang yang menjadi alasan yang memungkinkan mengubah perilaku Yuki-chan jadi aneh dalam waktu singkat yaitu Sasaki. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi kalau dia telah menemukan Sasaki. Hal yang aneh yaitu alasan mengapa dia tidak menetap di samping Sasaki padahal dia telah menemukannya. Kalau itu Yuki-chan, biasanya dia akan langsung menyerangnya tanpa perlu khawatir....
"...Aku belum pernah melihatnya kayak gitu sebelumnya."
"...Eh?"
"Wajah Abang... ...Wajah Abang yang kayak gitu."
"..."
Ti-Tidak... ...Aku masih belum bisa memahami ceritanya. Paling tidak, aku paham kalau Sasaki memasang wajah aneh. Yuki-chan tidak dapat mendekatinya karena melihat wajah itu. Apa jenis wajah Sasaki itu terjadi saat ia bersama seorang cewek untuk pertama kalinya, dan belum pernah ia perlihatkan sebelumnya...? ...Misalnya, ia sangat bahagia? Aku akan meledakkan si b*jingan ini!
"Kayak apa tampangnya?"
"Sajou-kun...!"
Ichinose-san mungkin juga merasa kalau dia punya masalah yang sama karena perasaan kagumnya dengan abangnya. Aku merasa, mungkin karena keadaan mereka yang serupa, Ichinose-san tampaknya sepenuhnya ada di pihak Yuki-chan.
Namun, entah mengapa menurutnya kasus Yuki-chan itu lain dengan Ichinose-san... ...Aku tidak bermaksud tidak sopan, tetapi tidak kayak Beruang-san-senpai, Sasaki itu sangat populer. Dari apa yang aku dengar, kayaknya hal yang sama sudah terjadi sejak SMP, dan aku yakin Yuki-chan tahu kalau abangnya sudah ditaksir oleh banyak cewek. Kalau ia sampai memalingkan wajahnya dari hal lain, itu berarti bukan hal yang bagus.
"Wajah Abang memerah saat si rubah betina itu mengakui perasaannya pada Abang."
"Tunggu sebentar."
Apa aku salah dengar? Aku yakin aku tidak salah dengar.
Aku cuma mesti menghentikan diriku sendiri untuk mengakui fakta yang sulit untuk diakui. Aku tidak terlalu ingin mendengarkan dengan serius cerita manis dan masam dari seseorang yang aku kenal yang banyak bicara, meskipun itu cuma sedikit, kecuali kalau itu merupakan obrolan batin.
"Hah... ...Begitu ya."
"Iya..."
"Me-Mengapa kamu juga merasa depresi, Sajou-senpai?"
"Tidak usah dipikirkan."
Akhirnya, ada juga cewek yang mengakui perasaannya pada si b*jingan itu. Terus, mengapa wajahnya sampai memerah? Padahal aku yakin ia punya seorang cewek lain yang ia sukai, tetapi ia sangat bodoh. Ia merupakan anggota kelas sepuluh yang menjanjikan buat Ekskul Sepak Bola, ia tampan dan juga populer, tetapi tidak usah sampai bereaksi kayak orang bodoh begitu...! Tidak ada tempat untuk orang yang tidak termotivasi untuk bangkit...! Yang benar saja, Tōjinbō.
"Pertama-tama, apa kamu menyaksikan momen itu secara langsung saat itu?"
"..."
"Itu... ...Iya, kami bertiga menyaksikannya."
"Eh, Sasaki-san dan Ichinose-san juga menyaksikannya?"
"Kami mendapati Yuki-chan sedang pergi ke belakang gedung sekolah di sana dan menyusulnya..."
"Eh...?"
Apa mereka berdua mengintip? Terlebih lagi, itu gawat, ada di belakang sekolah dan cuma ada mereka, cewek-cewek saja. Mungkin aku ceroboh karena telah meninggalkan Ichinose-san dan Sasaki-san berdua begitu saja. Mulai saat ini, saat aku jalan-jalan bersama mereka berdua, aku akan usahakan untuk tidak jauh-jauh dari mereka berdua.... Hmm, aku tidak menyangka hari-hari kayak gitu akan datang lagi dan lagi — Tidak, ayolah.
Author's Note:
—Ayolah!!!!!