Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 174 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-174-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 174
Perbedaan dalam Nilai

"E-Eh...!? Memangnya kakak beradik boleh jadi pasangan?"

"Iya, boleh saja, kok."

"Ngawur, tentu saja tidak boleh."

"Cukuplah, sampai di situ..."

Jujur saja, aku rasa akan sulit buatku untuk membuat Yuki-chan jadi seseorang yang mandiri kayak Ichinose-san. Ichinose-san sendiri pernah bilang, "Aku mau dimanjakan oleh Abang, karena kami bersaudara", tetapi dalam kasus Yuki-chan, dia bilang "Meskipun kami bersaudara, tidak masalah kalau aku berpasangan dengan Abang!" Begitulah alasannya. Meskipun begitu, itu bukan berarti bahwa aku terlalu kasar untuk memberi tahu seorang cewek yang bahkan belum jadi siswi SMA buat jadi seseorang yang mandiri.

"...Terserahlah apa katamu, Yuki-chan, kamu bebas melakukan apa saja yang kamu mau, asal jangan menyakiti siapapun cewek-cewek yang ada di dekat Sasaki, oke?"

"Tentu saja, aku tidak akan melakukan apapun pada manusia."

"Oleh karena itu, ada juga makhluk lain yang digolongkan sebagai betina dalam primata famili hominidae selain manusia, bukan?"

"Hah?"

" "Hah?", kepalamu."

"Hmm..."

Dia bilang sesuatu soal rubah betina sebelumnya, jadi saat ini dia sedang tidak dapat menganggap cewek lain yang bersama Sasaki sebagai makhluk yang dinamakan manusia, bukan?

Masih tidak apa-apa kalau Sasaki jadi sangat populer sampai-sampai Yuki-chan berubah jadi seorang yandere dan Sasaki tiba-tiba berhenti datang ke sekolah. Aku tidak bisa mengabaikan kemungkinan kalau dia akan menyakiti orang yang ditaksir oleh Sasaki yaitu — Natsukawa. Hmm, aku rasa dia memang tidak terlalu serius saat dia mengungkapkan pada kami kalau sifat aslinya itu kayak gini.

"...Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu yang mungkin akan membuatmu terganggu?"

"Begitu saja sudah membuatku sangat terganggu."

"Memangnya tidak ada cowok tampan di SMP-mu yang kamu taksir?"

"Tidak ada, lagipula, aku bersekolah di SMP khusus putri."

"Ah."

Benar juga... ...Dia masih bersekolah di SMP Mishirohama, sama kayak Sasaki-san. Tentu saja, dari awal, dia tidak pernah ketemu siapapun cowok di SMPnya. Kalau saja, dia bersekolah di SMP umum, mungkin ada kemungkinan kalau dia akan ketemu dengan seorang cowok yang lebih baik dari abangnya. Seandainya saja, aku disekolahkan di SMA khusus putra, aku mungkin tidak akan bertemu dengan Natsukawa dan yang lainnya, dan aku yakin segalanya mungkin akan berbeda dari yang sekarang.

"Ada apa dengan tatapan matamu itu...? ...Tidak akan ada bedanya kalau aku disekolahkan di SMP khusus putri ataupun di SMP umum. Cowok-cowok itu sama saja, mereka itu cuma bocah-bocah nakal yang selalu bersemangat sambil mengatakan dua kata, yaitu: 'feses' dan 'zakar', bukan?"

"Ada batasan buatmu untuk berprasangka buruk, dan kamu sudah melebihinya...! Yuki-chan, bayanganmu soal cowok itu cuma sampai pada cowok SD saja."

"Ko-Kou-kun bahkan jauh lebih sopan dari yang kamu bayangkan!"

"Oh..."

Mengesampingkan kata "feses", tentu saja aku akan terkejut kalau kata "zakar" tiba-tiba terucap dari mulut seorang cewek. Aku rasa adiknya Sasaki-san, Kouta-kun, dididik yang baik. Dengan seorang kakak kayak Sasaki-san, aku yakin Kouta-kun tidak akan dapat sembarangan bicara soal zakar... ...Hiduplah dengan kuat!...

Selain itu, dari mereka semua, Ichinose-san kayaknya merupakan orang yang paling jarang menyangkalnya  — Begitulah menurutku.

"Bahkan cowok-cowok yang dianggap tampan di televisi itu cuma karena gaya rambut mereka saja, dan Abang jauh lebih tampan ketimbang mereka."

"Euh...!"

Saat aku mulai bersekolah, aku melakukan kesalahan dengan menata rambutku dengan waxing agar tampak tampan dan berkata dalam hati, "Eh? Bukannya aku cukup tampan? Bukannya gaya rambutku itu cukup keren?" Aku punya kesan yang salah kalau aku ini cukup keren, dan ini benar-benar melekat...  Sekarang, ada suara asli pendapat seorang cewek — Hal ini juga cukup menyinggung buatku saat aku mendengar seorang cewek yang lebih muda bilang begitu padaku.

"Pertama-tama! Tidak ada cowok yang lebih tampan ketimbang Abang! Oleh karena itu, wajar saja kalau aku jatuh cinta pada Abang!"

"...Hmm."

...Eh? Begini, dari apa yang aku dengar, dia masih belum terlambat, bukan?

Yuki-chan belum pernah berhubungan dengan cowok yang ada di dunia luar, meskipun dia sedang di usia yang wajar untuk jatuh cinta pada seorang cowok. Nantinya, dia mungkin akan masuk SMA umum dan bertemu dengan seorang cowok yang telah berubah dari seorang siswa SD saat ia masuk SMA. Dia mungkin akan bertemu dengan seorang cowok dari SD yang sama untuk pertama kalinya dalam tiga tahun dan bilang, "Ah, kamu yang waktu itu...!". Mereka mungkin mengalami pertemuan kembali yang menentukan.

Cuma cewek yang punya persaudaraan kayak gini yang akan bilang, "Bu-Bukan...! Aku cuma menyayangi abangku saja...!" Mereka menghabiskan masa remaja mereka yang manis dan masam dengan jatuh cinta tanpa menyadari perasaan mereka yang tidak terkendali. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak meregenerasi otakku dari Natsukawa karena kegembiraan ini.

Mengingat masa muda Yuki-chan baru saja dimulai, mungkin masih terlalu dini untuk membuatnya berpikir soal menjauhkan diri dari Sasaki saat ini... Lagipula, hasil dari membuatnya berpikir soal itu merupakan hal yang tidak bagus... ...Aku rasa ada baiknya kalau kita menunggu Yuki-chan untuk menemukan seorang cowok kayak gitu tanpa mesti memprovokasinya...?

"Ngomong-ngomong, Sajou-san, itu mustahil."

"Kamu tidak perlu terlalu khawatir soal itu. Tidak perlu repot-repot memperbarui rekor kekalahanku."

"Re-Rekor kekalahan...?"

Aku sudah sering mengalami kekalahan pada setiap pertarungan. Sudah saatnya buatku untuk meminta maaf pada orang tuaku yang telah melahirkanku. Bahkan ada baiknya, aku mau berganti wajahku secara teratur, meskipun itu cuma sebuah roti manis rasa kacang merah. Aku akan menggunakan strategi untuk memisahkan sebagian wajahku dari bagian perutku. Aku merekomendasikan hal ini karena aku tidak perlu melakukan perawatan kulit apapun. Satu-satunya hal yang hendak aku bilang sesuatu, yaitu kalau aku mesti melepaskan kulitku saat aku mandi.

"...Hmm, terserahlah, aku senang karena kamu sudah merasa mendingan."

"Be-Begitu ya."

"..."

Sasaki-san menganggukkan kepalanya seakan-akan tidak ada yang terjadi. Di balik kata-katanya, ada petunjuk bahwa "Aku tidak mendengar apa-apa!". Kalau saja aku juga dapat pura-pura tidak dengar apa-apa, aku juga akan melakukan itu. Ichinose-san terdiam dengan mulut ternganga, seakan-akan dia linglung.

Yuki-chan kembali ke jalurnya. Aku penasaran apa yang sedang terjadi saat aku dengar bahwa mereka ada di sini, di punjung di belakang gedung sekolah, tetapi nyatanya, belum ada hal yang menentukan yang sudah pasti terjadi pada Sasaki, dan aku senang Yuki-chan tampaknya lebih merasa tidak peduli ketimbang yang aku duga. Hasilnya baik-baik saja, oke, mari kita keluar dari sini sebelum aku kelelahan secara mental karena mengetahui lebih banyak kegelapan. Kalau aku melihat ke dalam jurang, jurang tersebut akan menghantamku tanpa ampun.

"—Hah? Itu masih tidak bagus. Aku masih punya masalah dengan rubah betina yang mendekati Abang."

"Biarkan saja Sasaki sendiri yang mesti melakukan sesuatu soal itu, kamu tidak perlu melakukan apa-apa, Yuki-chan."

Terlepas dari apa Sasaki yang berwajah memerah itu seorang pemula yang pemalu atau tidak, memang ada baiknya kalau ia mengalami hubungan dengan lawan jenis, terlepas dari apa itu sukses ataupun itu gagal. Aku tidak pernah mengalami apapun selain kegagalan, tetapi kalau kalian bertanya padaku apa aku mau kembali ke masa SMP-ku dan memulai kembali, jawabannya tidak kayak gitu. Meskipun aku mesti kembali, aku tidak berpikir aku akan dapat kembali terlibat dengan Natsukawa lagi, yang ada di kelas yang berbeda denganku. Meskipun aku ceroboh pada saat itu, tetapi aku punya beberapa hal yang patut aku puji.

"Tidak masalah kalau itu cuma Sasaki, kalau kamu mengganggu kenalannya, cowok itu pasti akan membencimu."

"Hngh..."

Bahkan buatku, ini merepotkan. Aku yakin Sasaki pasti akan semakin muak dengan Yuki-chan. Namun, mau tidak mau Sasaki memaafkannya karena Yuki-chan itu adiknya dan itu cuma akan menimbulkan masalah buatnya. Meskipun perilaku Yuki-chan itu ditujukan pada orang lain, terutama cewek yang menyukai Sasaki, kemungkinan besar Sasaki akan tetap marah juga pada Yuki-chan, meskipun dia itu adiknya.

"...Tetapi bagaimana menurutmu, Sajou-san?"

"Hah...?"

"Waktu itu, kamu pernah bilang padaku kalau kamu punya seorang kakak."

Pada awalnya, Yuki-chan terhubung denganku melalui komunikasi ponsel pintar kami dengan tujuan cuma untuk melaporkan soal Sasaki. Tetapi, itu terlalu menyakitkan buatku kalau dia terlalu bersemangat saat membicarakan soal cowok itu. Saat aku bilang padanya kalau aku mau berkomunikasi padanya sesekali, dia pernah bertanya padaku apa aku punya adik atau kakak, dan aku menjawabnya bahwa aku punya seorang kakak. Aku cuma bisa mengingatnya dengan jelas, karena jumlah berapa kali aku sudah berbasa-basi padanya dapat dihitung dengan satu jari tangan.

"Eh...!? Sajou-senpai, memangnya kamu punya seorang kakak!?"

"Iya, itu benar, aku punya seorang Kakak, itu..."

"...Mengapa kamu tampak kecewa...?"

Jarang sekali aku mendapatkan tsukkomi dari Ichinose-san saat ini. Mau bagaimana lagi, karena lebih banyak orang yang dibuat menangis ketimbang yang diperlakukan dengan baik olehnya. Aku harap Ichinose-san dapat berubah dengan adanya Sasaki-san di sini. Dalam hal ini, tidak masalah kalau dia seorang adik cewek. Aku mungkin akan melampaui batas.

"Misalkan saja, ada seorang cowok dari antah berantah mendekati kakakmu, Sajou-san."

"Dari antah berantah, ya?"

Itu merupakan kata-kata yang jarang keluar dari mulut para cewek SMP masa kini. Mungkin itulah yang Yuki-chan rasakan soal cewek-cewek yang mendekati Sasaki secara teratur. Mungkin di dalam benaknya, Yuki-chan punya cara yang lebih modern untuk mengucapkannya. "Dari antah berantah", misalnya.

Tetapi tetap saja, seorang cowok untuk buat Kakak... ...Entahlah, gambaran soal anggota K4 dari OSIS begitu kuat dalam benakku. Tetapi meskipun begitu, gambaran mereka itu terlalu jelas untuk cowok-cowok yang masuk kategori "dari antah berantah". Jadi, apa aku mesti membayangkan kalau cowok yang dimaksud ini merupakan seorang cowok kampus...?

"Meskipun kamu sendiri tidak tahu orang kayak apa cowok itu, dan saat ini kakakmu bilang padamu kalau kakakmu tetap akan pacaran dengan cowok itu? Sebagai seorang adik, apa kamu tidak khawatir soal itu?"

"Tidak?"

"...Kamu bercanda, ya!"

"Tidak, aku tidak bercanda atau semacamnya."

"Dia itu kakakmu, loh?"

"Oke."

"Menurutku kamu tidak merasa begitu... ...Makanya aku tidak percaya."

"Iya, aku memang merasa begitu."

"Apa maksudmu? Apa kamu tidak punya perasaan apa-apa?"

"Tidak juga."

"Paling tidak sedikit saja?"

"Aku rasa tidak begitu."

"...Benarkah?"

"Aku mohon, seseorang silakan ambil saja Kakak dariku."

"Kamu berbohong pada kami!!"

Tidak, aku serius, aku serius.
Author's Note:

Aku tidak berbohong.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama