Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 180 - Lintas Ninja Translation

Bab 180
Pihak Orang yang Menyatakan Perasaan

'Tidak apa-apa, kalian sebaiknya mencoba untuk berpacaran saja.'

Kalau bisa, aku mau Sasaki-kun dapat menerima pernyataan cinta Saitou-san — Itulah yang aku pikirkan, tetapi aku juga dapat memahami perasaan Sasaki-kun yang bilang kalau mereka mestinya tidak pacaran kalau Sasaki-kun belum punya perasaan khusus pada Saitou-san. Ini jelas merupakan masalah yang rumit —Walaupun seharusnya begitu, namun, Wataru malah bilang begitu dengan nada yang sangat biasa.

"..."

"..."

Tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku. Perkataan Wataru pun membuat kami, yang tidak bicara pun, ikut terdiam. Aku tidak tahu pasti mengapa hal itu bisa terjadi. Apa itu karena kekecewaan pada sikap Sasaki-kun yang tidak menganggap serius sarannya, atau itu karena responsnya pada Sasaki-kun yang tidak punya perasaan romantis pada Saitou-san? Meskipun aku dan Kei mestinya menginginkan kalau mereka berdua dapat bersatu, entah mengapa ada perasaan tidak puas yang tersisa di hatiku kayak noda yang samar.

'Apa...!? Dasar kamu ini...!? Apa kamu mendengarkanku!? Aku sama sekali tidak melihat Saitou-san sebagai minat cinta, loh?!'

'Itu hal yang wajar, bukan?'

'...Eh?'

"Eh...?"

Wataru menjawab dengan segera. Perasaan Sasaki-kun yang aku anggap sebagai masalah yang rumit, ternyata buat Wataru merupakan hal yang wajar.

Saat aku mendengar pernyataan tegas dari Wataru, aku langsung paham. Aku yakin Wataru pasti punya pandangan yang kuat soal cinta di dalam dirinya. Kegelisahan Sasaki-kun, kalau dibandingkan dengan pandangan cinta Wataru, punya jawaban yang sederhana. Makanya, menurutku Wataru tidak perlu memikirkan hal itu dengan terlalu serius.

Sebagai imbas dari menghilangkan perasaan tidak puasku, aku jadi tertarik pada pemikiran Wataru pun mulai tumbuh. Sebuah ranah yang tidak aku ketahui. Ranah yang mestinya dapat aku pahami, namun terlewatkan begitu saja tanpa aku sadari. Aku merasa kalau aku melewatkan kesempatan ini, aku mungkin tidak akan dapat memahaminya lagi.

'Mari kita bicara soal akal sehat. Menurutmu, berapa banyak pasangan di dunia ini yang dimulai dari perasaan saling mencintai?'

'Perasaan saling mencintai...?'

'Itu benar, perasaan saling mencintai.'

Perasaan saling mencintai. Bentuk sempurna dari cinta. Mungkin itulah tujuan akhir dalam perjalanan mencintai seseorang. Aku cuma mengagumi keadaan itu tanpa pernah memikirkan hal itu secara mendalam.

'Kalau dipikir-pikir lagi, kalaupun ada... ...menurutku tidak banyak?'

'Benar begitu, bukan?'

Aku merasa kayak dapat sebuah pencerahan. Kalau dipikir-pikir lagi, mungkin dalam benakku telah tertanam pemikiran kalau "pasangan itu mesti punya perasaan saling mencintai" sebagai hal yang wajar. Kalau pemikiran itu memang benar, aku baru menyadari kalau standar untuk menjalin hubungan cinta itu terlalu tinggi.

'Pernyataan cinta itu merupakan sebuah "permohonan". Kita menundukkan kepala kita untuk meminta seseorang berpacaran dengan kita. Kita memohon agar pihak lain itu mau jadi pasangan kita. Bukannya itu kita lakukan karena kita sadar kalau kita sedang punya "rasa cinta bertepuk sebelah tangan"?'

'Te-Tetapi... ...mungkin saja ada yang melakukan itu meskipun sudah punya perasaan saling mencintai, bukan?'

'Satu-satunya hal yang ada di situ cuma harapan "Semoga kita berdua bisa saling mencintai". Seandainya kita tahu kalau kita sudah punya perasaan saling mencintai, kita tidak perlu keberanian untuk menyatakan cinta dan cukup dengan usulan kayak "Bagaimana kalau kita mulai pacaran?". Itu cuma kayak prosedur untuk membentuk hubungan sebagai pasangan. Itu hal yang wajar, sama kayak kamu yang cuma menganggap Saitou-san sebagai cewek biasa.'

'...Euh...'

Sasaki-kun kayaknya mau bilang sesuatu, tetapi ia cuma bisa membuka mulutnya dan menutupnya kembali. Kayaknya ia hendak membantah pernyataan Wataru, tetapi ia tidak tahu mesti bilang apa.

Meskipun Wataru sudah memberikan jawabannya, kayaknya Sasaki-kun masih belum puas. Setelah matanya digerak-gerakkan sejenak, dan akhirnya Sasaki-kun membalas perkataan Wataru.

'Karena itu merupakan hal yang wajar... ...makanya, kamu menganjurkanku untuk pacaran dengan Saitou-san? Apa kamu menganjurkanku untuk mengabaikan pernyataan cinta Saitou-san yang dia lakukan dengan penuh keberanian dan gemetaran, cuma karena itu hal yang wajar...?'

'Aku tidak bilang sampai sejauh itu.'

'Kamu bilang begitu barusan, kok!'

'Dasar kamu ini... ...bukannya kamu berkonsultasi padaku cuma karena kamu mau belajar dariku, yang lebih berpengalaman dalam hal romansa?'

Suara Sasaki-kun penuh dengan amarah. Wataru menurunkan ujung alis matanya dengan kesal, lalu memegang bahu Sasaki-kun yang napasnya terengah-engah dan menghentikannya sambil bilang "Dengarkan dulu penjelasanku!".

Buat Sasaki-kun, yang hatinya tergerak oleh ketulusan Saitou-san, mendengar hal itu dibicarakan sebagai hal yang wajar tanpa emosi mungkin tidak dapat ditolerir. Faktanya, aku juga merasakan ada kesedihan saat mendengarkan obrolan ini. Aku tidak menyangka kalau pandangan cinta di dalam diri Wataru didasarkan pada akumulasi logika kayak gitu.

'Begini, mungkin kamu salah paham, tetapi aku ada di "Pihak Saitou-san". Aku tidak bicara dari sudut pandangmu yang mewah sebagai "Pihak yang menerima pernyataan cinta", dan sejak awal aku memang tidak dapat bicara dari sudut pandang itu.'

'"Pihak Saitou-san", kamu bilang...? Apa kamu maksud bicara dengan menempatkan posisimu di posisi yang sama dengan Saitou-san barusan?'

'Itu benar. Paling tidak buat "Pihak yang menyatakan cinta", ada konsep kemenangan dan kekalahan. Kalau kita berhasil pacaran dengan pihak yang kita sukai, itulah kemenangan. Kalau kita tidak bisa melakukan itu, itulah kekalahan. Meskipun kita menyatakan cinta cuma berdasarkan perasaan yang enaknya saja, itu cuma akan menyakitkan buat kita. Ini berlaku juga buat Saitou-san. Tidak ada bedanya mau itu cowok ataupun cewek. Pertama-tama, saat kita jatuh cinta, kita ada di posisi yang sangat lemah.'

'...'

'Pihak yang jatuh cinta itu tidak punya hak. Meskipun kita sudah ditolak karena suatu alasan, kita tidak dapat menuntut dengan alasan yang jelas. Meskipun kita ditolak dengan kejam, kita tidak dapat protes. Itu memang wajar, karena kita ada di posisi di mana kita memaksakan kenyamanan kita sendiri dan bahkan memanggil seseorang itu untuk menyatakan cinta secara sepihak.'

Wataru bicara dengan cepat tanpa menunjukkan amarahnya, dan Sasaki-kun kayaknya tidak kesal dan cuma dapat mendengarkannya. Hal yang sama juga berlaku buatku. Kita tidak akan tahu bagaimana perasaan orang yang menyatakan cinta saat berhadapan dengan orang yang mereka sukai kecuali kita benar-benar menempatkan diri kita pada posisi tersebut.

Kata-kata kayak hal yang wajar, prosedur, kemenangan dan kekalahan — yang tampaknya tidak ada hubungannya dengan perasaan cinta dimunculkan di sini — mungkin merupakan nilai-nilai yang Wataru dapatkan dari pengalamannya sebagai 'Pihak yang menyatakan cinta'. Dengan kata lain, Saitou-san yang saat ini ada di posisi yang sama dan mungkin juga beranggapan sama, atau mungkin dia akan menyadarinya di kemudian hari.

'Aku menggunakan kata-kata yang ceroboh kayak "Kalian mestinya mencoba untuk berpacaran saja" karena Saitou-san ada di posisi yang memang selemah itu. Saat ini, kamu ada di posisi di mana kamu dapat melakukan apa saja pada Saitou-san.'

'Aku tidak akan melakukan hal semacam itu!'

'Tetapi, aku yakin Saitou-san pasti sudah siap menghadapi hal itu.'

'...Euh...!'

Dari nada bicara Wataru, kayaknya Saitou-san tidak beranggapan kalau dia memahami Sasaki-kun sepenuhnya saat menyatakan cinta padanya. Mungkin dia juga mempertimbangkan kemungkinan dia bisa melihat sisi tersembunyi Sasaki-kun yang sebenarnya tidak ada saat menyatakan cinta padanya. Apa dia menyatakan cinta pada Sasaki-kun setelah memahami hal itu...?

Awalnya, Wataru bicara soal cinta sebagai hal yang wajar tanpa emosi. Lalu sebagai tanggapan, ia bicara dari sudut pandang Saitou-san, menunjukkan tekad yang kuat untuk menentang keegoisan yang didasarkan pada perasaan cinta. Kalau kedua sisi ini, suka maupun duka — baik yang datar maupun yang penuh emosi — dipadukan di dalam konsep cinta, maka akan terlalu kejam kalau tidak ada pasangan yang didasari oleh cinta bertepuk sebelah tangan.

'—Di tengah situasi kayak gitu, Saitou-san mungkin membuat Sasaki kesulitan dan berhasil menerima kata "ditunda".'

'...'

'Terlebih lagi, orang yang mengucapkan kata itu saat ini sedang memikirkan hal itu dengan serius dan berkonsultasi dengan orang lain sebelum mengambil keputusan.'

Apa yang Sasaki-kun lakukan saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat aku lakukan dulu. Memang benar, orang yang menyatakan cinta itu ada di posisi yang lemah. Wataru terus mengulang-ulang kata-kata ini seakan-akan mau menghilangkannya, tetapi meskipun begitu, mungkin saja pada awalnya ia juga merasakan perasaan yang sama kayak Saitou-san. Aku dulu menepisnya cuma dengan satu kalimat: "Aku tidak tertarik". Aku yang ada di dalam posisi yang kuat mungkin memang menolaknya dengan cara yang benar. Tetapi—

'—Apa ada hal yang lebih membahagiakan dari ini? Aku sangat iri.'

Bayangan Wataru dari masa lalu itu seakan-akan kayak senjata yang ditodongkan ke arahku tanpa ampun.

Ini merupakan rasa sakit yang terus-menerus aku rasakan. Aku punya ilusi seakan-akan darahku akan mengalir keluar kalau aku melepaskan tangan kananku ini dari dadaku.

"Eum, Aichi..."

"Iya... ...maafkan aku."

Saat aku hendak duduk di lantai, kakiku tanpa sengaja menyentuh ujung kaki Kei yang sedang mengintip dengan posisi merangkak. Aku menyandarkan punggungku ke dinding dan memeluk lututku di depan dadaku. Aku merasa tidak akan dapat menahan rasa pedihku kalau tidak menutupi dadaku kayak gitu.

'Sajou, itu—'

'Tidak apa-apa, kok. Ini cuma rasa iriku saja. Pada Saitou-san, maksudku.'

'...'

Tentu saja, Wataru tidak mungkin iri pada Saitou-san karena dia disukai oleh Sasaki-kun. Kalau memang benar begitu, alasan sebenarnya yaitu karena Saitou-san telah mendekati bentuk ideal dari pernyataan cinta. Meskipun ada di posisi yang lemah, dia mampu mengguncang hati pihak lain dan membuat pihak lain tersebut memikirkannya dengan serius. Mungkin Wataru tidak dapat menahan rasa iri pada hal itu. Meskipun aku punya hak untuk menegurnya, aku mungkin tidak akan dapat bilang begitu meskipun mulutku robek.

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-180-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

'Kalau kamu dapat memikirkannya sampai sejauh ini cuma karena pernyataan cintanya, kamu mungkin bisa saja jatuh cinta pada Saitou-san dengan makna yang sesungguhnya. Dan belum terlambat untuk melakukan itu meskipun itu setelah kalian mulai pacaran. Lagipula, kalian tidak sedang bersumpah untuk selamanya.'

'Sajou...'

'Tidak apa-apa, terima saja pernyataan cintanya.'

Aku tidak dapat melihat ekspresi Wataru saat aku menatap lantai. Namun, dari suaranya yang terdengar sama saat ia mengulang kata-katanya, aku menduga kalau ekspresinya pun sama kayak sebelumnya. Karena ia mengakui masa lalu sebagai masa lalu dan menjadikan hal itu sebagai pengalaman, aku rasa tidak ada yang dapat berubah saat ini.

Satu-satunya hal yang tidak berubah memang cuma hal itu saja.

TL Note: Setelah ini ada bab yang khusus kami terjemahkan ke Bahasa Indonesia, jadi jangan sampai terlewat, ya!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama