Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 179 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-179-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 179
Alasan Buat Tidak Menolaknya

'Pokoknya buat saat ini, aku sudah paham kalau kamu telah berubah pikiran dalam perasaanmu. Aku yakin pasti hal itu juga ada hubungannya dengan mengapa kamu meminta waktu untuk menjawab pernyataan cinta Saitou-san. Sudah pasti begitu. Aku memang pintar, jadi aku paham.'

'Apaan sih yang kamu banggakan...? ...Namun kamu memang tidak salah juga dengan hal itu, sih.'

Obrolan yang tadinya agak serius tiba-tiba berubah, Wataru mencoba melanjutkan obrolan itu dengan nada bercanda. Kalau aku perhatikan dengan seksama, tangan kanannya dipindahkan ke bagian belakang kepalanya. Begitulah gestur Wataru saat ia mencoba menutupi atau mengalihkan sesuatu. Aku yakin pasti ada sesuatu yang memalukan dalam obrolan tadi — sama kayak yang dilakukan saat mengobrol bersamaku.

Sasaki-kun menghela napas, lalu berbalik menghadap ke depan seakan-akan menghindari sinar mentari sore yang menerpa wajahnya. Aku dapat merasakan kalau Wataru merilekskan tubuhnya seakan-akan ia merasa lega. Entah mengapa, aku sangat paham akan perasaannya itu.

'Aku tidak tahu soal Sajou, sih — tetapi meskipun kamu menyerah itu bukan berarti perasaanmu akan langsung hilang, bukan?'

'Ah...?'

'Alasanku menyerah bukan karena perasaanku sudah hilang. Ada alasan lain. Makanya, aku rasa butuh waktu lama buatku sebelum aku dapat menyukai cewek lain. Tidak, bahkan sampai saat ini pun aku masih berpikir begitu.'

'...Dasar kamu ini.'

Wataru melirik sekilas ke arah Sasaki-kun, lalu menundukkan kepalanya dengan wajahnya yang kayak barusan menggigit serangga yang pahit. Wataru tampak kayak ia sedang tidak tahan mendengarnya. Ekspresi wajah Wataru yang seakan-akan mengingat rasa sakitnya membuatku ragu bahkan untuk mencoba memahami perasaannya. Aku penasaran, apa Wataru juga punya perasaan yang serupa dengan Sasaki-kun? Memikirkan hal itu membuatku merasa bahagia sekaligus terasa kayak ada sesuatu yang mencengkeram dadaku.

'Hal yang sama juga terjadi saat aku dipanggil oleh Saitou-san. Dalam ajang Festival Budaya ini, aku dapat sedikit membayangkan apa yang mau dilakukan oleh Saitou-san saat dia memanggilku. Sambil berpikir mungkin aku terlalu percaya diri, aku merasa senang kayak orang yang bodoh, menantikannya, dan memikirkan bagaimana cara untuk menolaknya kalau dia menyatakan perasaan cintanya padaku.'

'...'

'Apa-apaan? Mengapa kamu diam begitu? Menurutmu, aku ini benar-benar cowok yang terburuk, ya?"

'...Meskipun kamu tidak punya niat untuk pacaran dengannya, kalau kamu itu memang seorang cowok sudah pasti kamu akan merasa bahagia dan menantikan hal itu, bukan?'

'Kamu benar-benar cowok terburuk, ya?'

'Akan aku bunuh kamu!'

Mereka berdua bertukar kata-kata kasar. Namun, tidak ada suasana tegang di antara mereka berdua, malahan, Sasaki-kun tertawa seakan-akan mengejek dirinya sendiri sambil memaki-maki Wataru. Kata-kata Sasaki-kun yang terdengar kayak mengundang seakan-akan ia bilang 'Aku mohon tegur saja aku!'.

Dua sisi diriku yang saling bertentangan terlahir saat ada benturan antara akal dan emosi. Rasanya sesak sekali seakan-akan itu mencekik leherku sendiri. Diriku merupakan orang yang tenang yang berpikir betapa bagusnya kalau aku dapat mengikuti perasaanku begitu saja. Aku merasa familiar dengan perasaan yang sulit aku jelaskan itu. Meskipun, saat Wataru bilang begitu, rasanya tidak tepat buat menandai semua ini sebagai 'yang terburuk' cuma karena ia seorang cowok. Meskipun situasinya mungkin lain, aku yang bukan cowok pun pernah merasakan hal itu dan mengingatnya dengan baik.

'—Namun, pemikiranku itu berubah saat aku melihat tatapan mata Saitou-san yang lurus dan saat aku mendengar kata-katanya yang serius.'

'Hah?'

'Tangannya, kakinya, matanya, semuanya gemetaran. Meskipun begitu, Saitou-san mengumpulkan keberaniannya dan mengatakannya dengan lancar. Alasan mengapa dia bisa jatuh cinta padaku. Apa yang mau dia lakukan denganku seandainya hal itu terjadi di antara kami.'

'...'

'Dia bilang dia tidak percaya diri dengan hal semacam ini, dia tidak jago dalam hal-hal semacam ini. Namun, perasaan cintanya padaku tidak akan kalah dari siapapun...'

'Tung-Tunggu sebentar... ...Tunggu, tunggu, tunggu, tunggu.'

'Ada apa, sih?'

'"Ada apa, sih?', kepalamu!'

Wataru menghentikan Sasaki-kun dengan mulutnya yang gemetaran. Jujur saja, aku juga merasa bersyukur. Aku mau menenangkan diriku sejenak. Jantungku berdebar kencang dan aku tidak sanggup menahannya lagi. Saat aku menatap ke arah bawah, wajah Kei juga tampak jelas memerah.

Penjelasan adegan dari Sasaki-kun memang sangat rinci membuat ketulusan Saitou-san itu mudah untuk aku bayangkan. Meskipun kami berdua memang tidak sedekat aku dan Kei, saat ini aku merasa dapat memeluk Saitou-san dengan sepenuh hati. Kalau boleh, aku mau mendengarnya sambil menyiapkan teh dan camilan, berteriak-teriak kegirangan bersama dengan Kei sambil mendengarkan obrolan mereka. Sebenarnya, apa ini cerita yang bahkan Wataru boleh mendengarnya?

(TL Note: Lo sendiri juga gak boleh dengerin, Mbak.)

'Padahal kamu masih belum menerimanya, tetapi kamu sudah mengingatnya secara rinci, ya...? ...Apa-apaan maksudmu ini? Apa kamu mau pamer padaku? Buatku ini termasuk kekerasan level tertinggi.'

'Bukan begitu maksudku, tolong dengarkan dulu ceritaku sampai akhir.'

'Apa-apaan, sih...? ...Apa ini merupakan bentuk penyiksaan yang baru, ya...? ...Apa lagi yang kamu mau dariku, sih...?'

Saat aku melihat Wataru yang hampir menangis dengan urat yang menonjol, detak jantungku yang terlalu kencang agak mereda. Kisah cinta Sasaki-kun yang ingin kami dengar dengan seksama kalau bukan dalam situasi semacam ini, tampaknya terasa menyakitkan buat Wataru. Apa ini karena perbedaan jenis kelamin? Kalau saja aku bisa berada di tempat itu dengan bebasnya, mungkin aku sudah menanyakan beberapa pertanyaan pada Sasaki-kun tanpa ragu.

'Meskipun aku agak patah hati dan hampir kendor, tetapi tidak dapat diragukan lagi kalau hatiku tersentuh oleh perasaan jujur Saitou-san.'

'Begitu ya.'

'Aku merasa senang. Aku tidak percaya ternyata ada cewek yang sangat memikirkanku sampai kayak gini.'

'Hmm.'

'Namun — Itu bukan berarti Saitou-san sudah jadi sosok yang istimewa buatku.'

'Apa-apaan maksudmu ini?'

'Kamu sudah paham maksudku, bukan?'

'Mana aku paham?! Sayangnya, soalnya aku belum pernah mendapat pengakuan cinta kayak gitu sebelumnya!'

"Sa-Sajocchi..."

Kei bersuara kayak dia sedang menangis, 'Hiks, hiks, hiks,' seakan-akan mencoba memperbaiki situasinya. Tangisan Wataru memang terlalu menyedihkan isinya, dari yang aku dengar. Di saat yang sama, aku merasa tidak nyaman berada di sini. Jujur saja, buatku yang bahkan belum pernah memandang sosok Wataru, ini terlalu menyakitkan buat aku dengar dan aku rasakan. Entah karena pantulan dari jendela atau semacamnya, Sasaki-kun tampak kayak disinari oleh lingkaran cahaya di mataku.

'Tetapi tetap saja... ...aku tidak mau menyakiti cewek kayak dia, dan kalau bisa, aku mau membalas perasaannya...'

'Kalau begitu, mengapa kamu tidak terima pengakuan cintanya saja?'

'Tidak sesederhana itu, bukan? Setelah dia menyatakan perasaan cintanya dengan sangat serius, bukannya tidak sopan kalau aku mulai berpacaran dengannya meskipun aku belum mencintainya?'

'...Jadi karena itulah, kamu meminta waktu padanya untuk memikirkan hal itu?'

'...'

Sasaki-kun cuma menganggukkan kepalanya dengan diam menanggapi kata-kata Wataru yang terdengar terkejut. Wataru yang menurunkan alis matanya kayaknya tidak dapat berkata apa-apa lagi. Lain dengan perubahan sikapnya yang mendengarkan barusan, saat ini Wataru memelintirkan mulutnya seakan-akan ia merasa sangat terganggu. Padahal tidak perlu sampai bersikap sekasar itu, loh...

'...Mengapa kamu mesti berkonsultasi denganku soal itu? Ada batas kesalahan dalam memilih seseorang, loh...'

'Di sekitarku, cuma Sajou saja yang sudah punya pengalaman romantis.'

'Pengalaman romantis apanya, yang aku punya cuma pengalaman patah hati, loh? Lagipula, mestinya kamu jangan pilih seseorang yang selalu kalah dalam setiap pertempuran...!'

'Tetapi tetap saja, kamu dulu serius, bukan...? ...Ayolah, aku mohon padamu!'

'Dasar kamu ini...'

Euh... ...dan napasku pun terhenti sejenak selama beberapa saat. Meskipun tidak ada yang salah dan kedustaan dari alasanku menolak pernyataan cinta Wataru saat itu, namun setelah aku mendengar Wataru merendahkan dirinya kayak gini membuatku merasa bersalah di dalam hatiku.

Saat aku mendengarkan sambil sedikit menggertakkan gigiku, Kei mendongak ke arahku sambil masih dalam posisi merangkak.

"Aichi... ...Bagaimana menurutmu?"

"...Hmm, kalau bisa... ...aku mau Sasaki-kun dan Saitou-san bisa berakhir bersama."

"Betul juga, ya...!?!"

Mungkin itu cuma sifat alamiku saja sebagai seorang cewek, tetapi aku selalu mau mendukung cewek-cewek yang setia dan aku berharap mereka dapat berakhir bahagia. Namun, Sasaki-kun saat ini tidak punya perasaan romantis pada Saitou-san... ...Kalau mereka berdua tetap berpacaran, aku yakin ada kemungkinan besar kalau Sasaki-kun akan terus menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Dalam kondisi semacam ini, Saitou-san tidak akan benar-benar dapat bahagia. Pertama-tama, aku pun tidak tahu siapa itu cinta pertamanya Sasaki-kun.

Namun, dari apa yang aku dengar, kayaknya Sasaki-kun sedang berkonsultasi dengan Wataru untuk mengatasi masalah ini. Mungkin lebih dari yang Wataru bayangkan, Sasaki-kun menundukkan kepalanya dalam keputusasaan, berharap mendapatkan bantuan.

Sasaki-kun punya cinta pertamanya, dan di saat ia hampir menyerah, Saitou-san menyatakan perasaan cintanya padanya. Saat Sasaki-kun hendak menolak pernyataan cinta tersebut, ia merasa hatinya tergerak dan mau membalas perasaan itu. Namun, terlalu mendadak buat Sasaki-kun untuk memperlakukan Saitou-san sebagai sosok yang istimewa, dan mungkin saja waktunya juga kurang tepat. Dalam kondisi semacam ini, aku rasa kalau Sasaki-kun menerima pernyataan cinta Saitou-san mungkin merupakan hal yang tidak adil buat seseorang yang serius.

Ini merupakan masalah yang rumit. Baik buat Sasaki-kun maupun Saitou-san, cuma mendukung mereka berdua saja tidak akan menyelesaikan masalah apa-apa. Aku penasaran apa yang akan dilakukan Wataru... ...Kalau bisa, aku harap ia dapat membantu mereka menemukan solusinya.

'...'

Hah, Wataru menghela napas pelan sambil menatap ke atas, tampak sedang mulai memikirkan sesuatu. Sementara Sasaki-kun dan kami memikirkan masalah ini serius, ekspresi Wataru tampaknya tidak terlalu tegang. Wajahnya seakan-akan ia cuma sedang mengingat-ingat apa yang ia makan buat makan malam kemarin, dengan begitu santainya. Sudah aku duga, aku penasaran apa Wataru tidak memikirkannya dengan terlalu serius.

Bagaimana kalau bukan cuma suatu hubungan, tetapi juga minat Wataru pada konsep "romantis" itu sendiri sudah menghilang? Aku penasaran siapa saja yang telah merenggut hal itu darinya. Sebenarnya, aku tidak perlu berpikir terlalu dalam soal itu. Saat ini setelah aku melihat Sasaki-kun secara objektif dari sudut pandang ini, aku menyadari betapa pedihnya rasa kesepian akibat perasaan tidak dipahami saat seseorang tidak merespons perasaan cintamu dengan sungguh-sungguh. Apa jangan-jangan Wataru sekarang sudah ada dalam keadaan yang sama kayak diriku yang dulu?

Meskipun duri itu mestinya sudah dicabut, rasa sakitnya tidak kunjung berhenti juga.

'─Tidak apa-apa, kalian sebaiknya mencoba untuk berpacaran saja.'

Segera setelah aku diam-diam mengalihkan pandanganku dari Wataru, aku tidak merasakan ada keraguan ataupun keseriusan apapun dari suaranya yang aku dengar masuk ke telingaku.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama