Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 166 - Lintas Ninja Translation

Bab 166
Perpaduan Kepribadian

Dia mungkin tampak kayak seorang cewek pada umumnya. Namun, kalau kalian melihatnya lebih dekat ke dalam matanya yang menatapku, warna matanya itu sangat gelap sampai-sampai kalian tidak dapat melihat bagian bawahnya. Kalau kalian menatapnya secara langsung ke dalam mata itu, itu seakan-akan kayak kalian akan tersedot ke dalam jurang. Pengunjung hari ini, yang telah mengubah mata jahat yang diam-diam ke arahku, merupakan seorang penyayang abang yang berpura-pura jadi seorang cewek yang murni dan polos — Dialah Yuki-chan-san. Salam kenal.

"Eum, apa kamu dapat mendengarku? Abang ada di mana?"

"Yuki-chan, sudah lama sekali sejak terakhir kali saat aku bermain gim di rumah Sasaki sebelumnya. Sudah lama sekali kita tidak berjumpa."

"Abang ada di mana?"

Aku mencoba menyapanya dengan santai, tetapi Yuki-chan tetaplah Yuki-chan. Kayaknya, dia sedang tidak mau menyapaku saat ini. Rambut coklat mudanya, yang tumbuh bagaikan telinga anjing pemburu (beagle), berkibar dan berkedap-kedip seakan-akan dia sedang menyerbuku, didorong oleh angin yang datang entah dari mana. Aku penasaran, taktik macam apa yang dia gunakan untuk menjaga agar poni yang dia jepit di atas matanya tidak berayun sama sekali. Aku jadi tertarik dengan kecanggihan teknologi Jepang.

Hah....

"...Sasaki sedang berkumpul dan pergi berkeliling-keliling dengan teman-temannya dari Ekskul Sepak Bola."

"Eh, mengapa kamu menghela napas barusan?Aku tidak paham maksudmu."

"Paling tidak marilah kita saling menyapa satu sama lain saja..."

Yuki-chan melontarkan kata-kata tajam yang jelas-jelas menunjukkan ketidakpuasannya. Sejauh ini, 80% dari topik obrolan kami yaitu soal "Abang", yang jujur saja itu lumayan aneh. Kemampuan komunikasi Ichinose-san mungkin jauh lebih baik di masa-masa awal saat dia bekerja paruh waktu, karena dia masih menyapa orang-orang dengan baik. Oleh karena itu, tema obrolan kami hari ini tidak jauh-jauh dari sini, yaitu "Insaf dari jadi seorang penyayang abang". Aku tidak dapat menjamin kehidupan kalian.

"Eum..."

"Ah, Ichinose-san. Cewek ini namanya Yuki-chan. Kamu kenal Sasaki di kelas kita, bukan? Dia itu adik dari cowok itu dan terlahir sebagai seorang penyayang abang."

"...Penyayang abang...?"

"Ah..."

Ichinose-san membuang wajahnya dengan canggung. Saat aku mendapati reaksinya kayak gini, aku pun menyadari bahwa, kalau dipikir-pikir lagi, cewek ini juga seorang mantan penyayang abang... ...Aku sudah lupa kalau dia seorang mantan penyayang abang. Iya, tetapi kalau dibandingkan dengan Yuki-chan, Ichinose-san tampaknya tidak akan ada di luar ranah peran sebagai adik kakak. Aku mau dia merasa nyaman saat bersamaku dan insaf dari jadi seorang penyayang abang.

"Memangnya kamu pikir kamu siapa, sih, sampai kamu memanggil-manggil Abang dengan sebutan "cowok itu"?"

"Ia itu teman sekelasku. Aku rasa kami mungkin jauh lebih banyak menghabiskan waktu bersama di siang hari ketimbang denganmu, Yuki-chan."

"Hah? Apa kamu mau mengajakku berkelahi?"

"Kamu mau aku meladenimu? Kamu akan menimbulkan masalah buat Sasaki, loh."

"Grr..."

"Kok, "grr", sih..."

Yuki-chan tampak sangat frustrasi. Mungkin ini tidak masalah karena ini aku, tetapi kalau itu Ichinose-san, itu pasti akan sangat parah. Tampaknya, dia tidak masalah kalau dia melakukan itu dengan teman cowoknya. Apa dia benar-benar tidak masalah...? ...Hmm...?

Aku tidak tahu pasti apa dia merasa frustasi atau tidak, tetapi aku mendapati Yuki-chan menghentakkan kakinya saat itu juga. Aku mohon berhentilah merusak gedung sekolah kami.

Yuki-chan menatapku dengan penuh dendam, lalu dia bertanya padaku dengan enggan, sambil menatap Ichinose-san di sampingku dengan sebelah mata.

"Apa orang itu musuhku?"

Merupakan bagian yang menakutkan darinya saat mencari tahu apa yang membuat seseorang jadi dianggap sebagai "musuh" oleh orang lain. Aku penasaran apa yang akan terjadi kalau aku bilang Ichinose-san itu "musuh"-nya padanya di sini... ...Aku memang agak penasaran soal itu, tetapi aku merasa khawatir kalau keributan itu akan menghasilkan lebih dari sekedar tangisan dari Ichinose-san, jadi aku memutuskan untuk tidak melakukan hal itu.

"Dia itu bukan musuhmu, loh... ...hah!"

"Ini sudah dua kali saja. Kamu sudah menghela napas sebanyak dua kali, bukan? Apa kamu punya dendam padaku, Sajou-san? Aku tidak akan pernah bicara padamu lagi, oke? Apa kamu mau aku memblokir pesanmu juga?"

"Eh, apa itu berarti aku sudah tidak berguna lagi buatmu? Apa itu berarti Yuki-chan sudah tidak perlu lagi aku memberi tahumu soal 'Sasaki di sekolah', yang sering kamu tanyakan padaku? Yei!"

"Ah, tunggu. Itu cuma bohongan. Mengapa kamu malah merasa sangat bahagia? Bukannya itu bagian di mana Sajou-san biasanya akan panik dan menangis memohon-mohon padaku sambil bilang "Berhenti!"? Bukannya kamu terlalu kurang ajar?"

"Dasar kamu ini, kamulah yang kurang ajar, loh."

"Hngh!? Rambutku jadi berantakan!"

Meskipun aku belum sampai pada titik di mana aku sudah kehilangan kesabaranku padanya, perilakunya sudah sangat kasar pada orang-orang yang lebih tua darinya, sampai-sampai aku tidak mau lagi bersikap manis padanya. Aku tidak peduli meskipun dia ini seorang penyayang abang dan yandere, aku sudah tidak dapat mentolerirnya, aku mesti memberinya pelajaran dan hukuman yang berat.

"Astaga... ...Apa yang akan aku lakukan saat Abang melihat rambutku yang berantakan ini!?"

"Suruh saja abangmu yang merapikannya."

"...! Itu ulah tanganmu...!"

Mengapa cewek ini secara bawaan dia punya mata yang gelap, tetapi dia punya banyak sekali emosi? Wajahnya sangat tidak sesuai dengan tingkah lakunya. Apa dia ini kayak Conan yang menari-nari kayak sebuah para-para*? Aku takut kalau dia akan benar-benar mulai menari-nari kalau Sasaki memerintahkannya.

(TL Note: Para-para merupakan sebuah tarian sinkronisasi Jepang.)

"Eum, Sajou-kun... ...sudah waktunya."

"Benar juga. Kita mesti segera menjemput Sasaki-san kemari. Ini bukan waktunya buat kita untuk nongkrong dengan Sasaki-san dari alam semesta lain."

"Hah? Apa kamu barusan bilang kalau kamu akan memanggil Abang dan agar aku bisa nongkrong bersamanya?"

"Aku tidak bilang begitu!?"

"Hah... ...Begitu ya, bukannya Abang tidak ada di kelas? Aku mungkin juga tidak dapat mengandalkanmu, Sajou-san, kalau begitu aku akan meneleponnya juga nantinya."

"Ya ampun... ...Cowok itu juga dalam bahaya."

Aku jadi mulai lebih merasa kasihan pada si abang Sasaki ketimbang terlibat dengan Yuki-chan. Aku menatap ke layar ponselku sambil menggumamkan kata-kata kasihan. Aku belum menerima pesan baru dari Sasaki-san. Dadaku jadi terasa sesak saat aku membayangkannya sedang mencari-cari kami ke kiri dan ke kanan saat dia memasuki sekolah kami ini. Aku tidak punya waktu untuk meladeni seorang penyayang abang yandere yang kasar ini.

Saat Yuki-chan sedang menatap layar ponsel pintarnya sambil memasang penyuara telinga (earphone) nirkabel di telinganya, aku bilang sesuatu padanya.

"Kalau begitu, Yuki-chan, kami ada janjian ketemuan dengan seseorang, jadi kami pergi dulu. Sasaki ada di kelompok yang besar, jadi menurutku ia ada di tempat yang luas, jadi kamu dapat mencarinya di sana, oke."

"Aku mohon tunggu dulu."

"Oke!"

Saat aku bilang begini sambil membalikkan punggungku, aku dicekik oleh sebuah tangan yang terulur dari celah di samping ketiakku dan memegang ulu hatiku, membuat napasku sesak. Ada apa dengan genggaman semacam itu... ...Aku merasa nyawaku ada di genggamannya. Apa ini semacam seni bela diri? Kalau saja gender kami di balik, itu pasti sudah jadi sebuah sentuhan pada putingku. Apa itu termasuk pelecehan seksual?

"Apa? Yuki-chan, kalau saja kamu berusaha keras, kamu pasti dapat mengendus aroma Sasaki, bukan? Apa ia ada di sini?"

"Memangnya menurutmu aku ini apaan? Mana mungkin aku dapat melakukan hal itu di tempat yang ramai kayak gini."

Bahkan Yuki-chan pun, seperti yang diharapkan, kayaknya merasa kesulitan dalam melacak aroma Sasaki. Iya, soalnya ada banyak sekali orang di sini — Hmm? Hei, bukannya ada yang agak aneh dari pernyataannya barusan? Seakan-akan dia dapat melakukan itu kalau tidak ada banyak orang di situasi ini. Aku penasaran apa aku dapat mengikuti aroma Natsukawa kalau jaraknya sekitar 50 meter, jadi aku hampir menganggukkan kepalaku.

"Oke, oke. Ada apa?"

"Abang tidak menjawab telepon dariku. Apa maksudnya itu?"

"Mengapa kamu malah bertanya padaku dengan tanda tanya begitu? Mengapa aku merasa kayak sedang diinterogasi? Aku rasa mungkin saja ia sudah pergi berkeliling-keliling dengan teman-temannya di Ekskul Sepak Bola dan kamu tidak menyadarinya."

"Tidak, aku yakin Abang sedang bersama seorang cewek. Tidak kayak Sajou-san, Abang itu tampan. Kalau Sajou-san saja sedang pergi berkeliling-keliling seorang bersama seorang cewek, mana mungkin Abang cuma menghabiskan waktu bersama cowok-cowok saja. Itu masuk akal, bukan?"

"Kok kamu malah membanding-bandingkan, sih? Aku tidak bisa tidak merasa kalau ada kebencian di dalam pernyataanmu. Mengapa aku tidak boleh menghabiskan waktu dengan cewek-cewek sementara Sasaki boleh menghabiskan waktu bukan cuma dengan cowok-cowok saja? Maksudku, kalau kamu memang sangat menyayangi abangmu, maka kamu setidaknya mesti percayalah padanya."

"Aku mohon jangan anggap rasa sayangku pada Abang cuma sebatas kata-kata dalam kamus. Bahkan Tuhan saja pun tidak dapat mendefinisikan perasaanku ini."

"Maafkan aku, tetapi aku tidak berniat untuk menerima ajakan untuk ikut dalam ritual keagamaan yang sesat atau semacamnya. Mari kita pergi, Ichinose-san."

"I-Iya... ...Ah."

"Eh?"

Kalau memang itu yang terjadi, aku tidak punya pilihan selain memutuskannya secara paksa. Saat aku sedang berpikir begitu dan mencoba melepaskan diri dari hal ini, Ichinose-san menengok ke arah depan dan mengeluarkan suara kecil. Saat aku menengok ke arah depan juga, aku mendapati ada seorang mahasiswi berjalan ke arah kami dari depan, sambil melihat-lihat ke sekelilingnya. Ah—... ...Apa dia datang dari arah sana?

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-166-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

"Eum... ...—Ah! Sajou-senpai, Mina-senpai!"

"Sasaki-san—Eh, Senpai?"

Mata Sasaki-san bertemu dengan mataku dan dia tersenyum. Saat aku hendak memanggilnya kembali, aku menyadari bahwa cara dia memanggilku agak lain dari biasanya dan itu membuatku terkejut. Aku rasa dia memang pernah memanggilku "Senpai" beberapa kali sebelumnya... ...meskipun aku merasa terkadang dia memanggilku "Sajou-senpai" seakan-akan dengan nada yang menggoda.

"Saat dia mengobrol denganku saat aku bekerja paruh waktu, dia selalu memanggilmu "Senpai", loh...?"

"Eh, begitukah...?"

Aku rasa Ichinose-san sudah menebak apa yang aku pikirkan, karena dia langsung memberi tahuku. Kami memang sudah saling bertukar pesan melalui pesan, tetapi kami belum punya kesempatan untuk saling memanggil nama kami sesering itu... ...Kami sudah lama sekali tidak berjumpa secara langsung, jadi mungkin dia mengganti cara kami saling memanggil nama kami dengan sendirinya tanpa adanya aku. Ichinose-san juga dipanggil dengan nama panggilannya ditambah panggilan "-Senpai".

...Tunggu sebentar, apa maksudmu saat kamu sedang bekerja paruh waktu? Ichinose-san, apa kamu membicarakan soal aku dengan Sasaki-san saat sif perkejaan paruh waktumu? Soal apa itu? Itu benar-benar membuatku jadi penasaran.

"Sudah lama sekali kita tidak berjumpa! Sajou-senpai!"

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-166-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

"Sudah lama sekali kita tidak berjumpa, Sasaki-san. Memang sudah lama sejak terakhir kali kita saling berjumpa, tetapi kamu telah tumbuh jadi semakin dewasa, bukan?"

"Ehehe, aku meminjam pakaian ini dari Ibu hari ini!"

"Benar, itu mestinya akan membuatmu tampak kayak orang dewasa."

Sasaki-san tidak mengenakan seragam SMP Mishirohama-nya, tetapi dia mengenakan gaun berlengan lonceng dengan warna yang bernuansa musim gugur. Menurutku itu bukanlah sesuatu yang akan dikenakan oleh seorang cewek SMP, tetapi kalau dia meminjamnya dari ibunya, masuk akal kalau dia tampak lebih dewasa.

"Sikap tenang Mina-senpai juga menyegarkan."

"Si-Sikap tenang...?"

"Ponimu! Kamu biasanya menata ponimu dengan sangat rapi!"

"! Ah..."

"Kyah, kamu sangat imut, Mina-senpai, saat kamu merasa malu...!"

Ichinose-san pasti merasa malu karena dia memperlihatkan poninya yang tergerai padaku untuk pertama kalinya, jadi dia bersembunyi di belakangku dengan kedua tangannya menutupi poninya. Mungkin Sasaki-san menganggap hal ini imut, makanya dia melompat-lompat dengan penuh semangat.

Tidak, aku tidak dapat mengatasinya... ...Pertama-tama, Ichinose-san! Aku sangat setuju dengan Sasaki-san kalau kamu itu imut, apalagi saat kamu bersembunyi di belakangku kayak gini! Dan kemudian Sasaki-san! Berhentilah melompat-lompat kayak cewek SMP setiap kali kamu bersemangat! Ada banyak anak-anak kecil di sini!

Kalau dipikir-pikir, Sasaki-san itu memang masihlah seorang siswi SMP, sih... ...Namun, gerakan naik-turunnya itu terlalu merangsang. Gerakan naik-turunnya yang itu.

Sasaki-san dan Ichinose-san mulai saling bermain-main dengan adanya aku di antara mereka berdua. Setiap kali mereka berputar-putar di sekelilingku, mereka menyentuh sekujur tubuhku di bagian mana saja, itu membuatku sangat bahagia. Aku tidak akan menyembunyikan perasaan ini... ...Sebagai seorang remaja cowok yang normal, tidak sopan kalau aku tidak merasa bahagia. Jangan-jangan aku sudah dewasa dan itu merupakan hal yang paling sopan untuk dilakukan.

"Astaga, ayolah, jangan melarikan diri kayak gitu. —Eh?"

"...Eh?"

Saat aku melihat kepolosan Sasaki-san, akhirnya aku mengenalinya sebagai seorang cewek SMP, mulai merasa seakan-akan jadi seorang ayah, Sasaki-san mengejar-ngejar Ichinose-san, lalu dia secara tidak sengaja memeluk erat lengan kiriku, dan di saat itulah dia berhenti. Apa dia akan berhenti di sana...? ...Jangan bergerak, diriku... ...Kalau aku bergerak sedikit saja, di sini akulah yang akan dianggap salah.

"Apa jangan-jangan kamu itu... ...Yuki-chan, bukan?"

"Eh, apa jangan-jangan kamu itu Fūka-chan?"

Eh, apa mereka berdua saling mengenal?

Author's Note:

[Ringkasan Situasi]

Sasaki-san (Yuki) dan Ichinose-san* merupakan para penyayang abang. (TL Note: Bedanya Ichinose-san sudah insaf.)

Sasaki-san (Fūka) dan Ichinose-san merupakan teman dan punya hubungan senpai-kouhai.

Sasaki-san (Yuki) dan Sasaki-san (Fūka) merupakan seorang siswi SMP dan Mahasiswi* dari sekolah yang sama. (TL Note: Yang ini tidak perlu kami jelaskan, kalian pasti sudah tahu.)

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi  Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Baca juga:

 [Manga Short Story Special Extra] - Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha - Okemaru-sensei Cerita Pendek Manga Jilid 5 Edisi Spesial

←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama