Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 164.1 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-164.1-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 164.1
Perubahan Haluan

"Kamu tadi bilang kamu tidak punya rencana apa-apa di hari kedua, bukan? Jadi, apa kamu sudah punya rencana dengan seseorang untuk hari pertama?"

"...Hah?"

Karena pertanyaan yang tidak terduga yang dia lontarkan padaku itu, aku butuh waktu beberapa saat untuk mengendalikan pikiranku. Meskipun aku benar-benar tidak bersalah, aku secara tidak sadar mencoba untuk mengabaikan pertanyaan Natsukawa barusan. Untuk berpikir kalau aku akan mencoba dan membungkam suara indah Natsukawa dengan sengaja...

"Siapa yang akan kamu temui di hari pertama?"

Dia mungkin mengira kalau aku tidak paham maksud dari pertanyaannya, karena dia mengulangnya dengan istilah yang lebih sederhana. Anehnya, intonasinya sama kayak biasanya, tetapi aku merasakan perubahan tekanan yang aneh di dalam suaranya. Baiklah, mari kita pikirkan dengan tenang. Aku cuma bisa menjawab jujur padanya. Lagipula, aku tidak melakukan sesuatu yang tidak senonoh.

"Ah, iya, di hari pertama, aku—"

Tidak, tunggu sebentar. Haruskah aku benar-benar memberi tahunya? Aku tidak punya hubungan khusus dengan Ashida ataupun Natsukawa, tetapi apa mereka akan senang mengetahui kalau aku menghabiskan waktu sehari sebelum janji kami dengan dua orang cewek lainnya? Tidak, tentu saja tidak. Hal itu akan membuat ini jadi tampak kayak aku tidak terlalu peduli dengan mereka, dan aku cuma memilih siapa saja yang bersedia. Dan kalau saja aku ada di posisi mereka, aku juga tidak akan menyukai hal itu. Kalau saja aku tahu soal Natsukawa sedang jalan-jalan dengan cowok lain, aku mungkin akan menangis sampai tertidur selama tiga pekan ke depan. Iya, aku tidak perlu menjawabnya dengan jujur juga. Aku bisa saja membuat-buat alasan yang tidak masuk akal.

"Aku mesti membantu-bantu di kelas pada hari pertama. Itu yang aku maksudkan."

"Dan bagaimana dengan siang harinya?"

"Hah?"

"Sifmu untuk mengisi bangku cuma di pagi hari, bukan?"

"Ah, iya."

Dan mengapa Nona Muda tahu persis secara spesifik tentang sifku? Aku bingung dengan jumlah informasi Natsukawa yang mengejutkan. Karena dia merupakan bagian dari Panitia Pelaksana Festival Budaya, dia dibebaskan untuk tidak membantu-bantu di kelasnya, namun dia pun tahu soal sif orang lain. Sungguh luar biasa, bukan? Aku bahkan tidak ingat sif semua orang. Namun sekali lagi aku sadar bahwa mataku tidak mengkhianatiku. Tergantung pada lingkungan tempat orang itu dibesarkan, mereka mengembangkan kasus kesombongan dan rasa superioritas yang parah. Meskipun begitu, Natsukawa unggul dalam penampilan, nilai batin, dan kepribadian. Aku merasa sangat bangga memoles kembang ini sedemikian rupa. Pada akhirnya, itu tidak banyak membantuku, tetapi ini merupakan satu bintang di papan penilaian.

"Itu luar biasa. Kamu tahu sif semua orang?"

"Hah?"

"Maksudku, karena kamu tahu kapan aku mesti bertugas..."

"Ah! I-Itu..."

"Mengapa kamu juga tidak ikut membantu-bantu di ajang ini? Sasaki bilang ia mau ikut serta dan mendapatkan sifnya."

"Karena ia ikut serta juga, aku mesti berkeliling-keliling Festival Budaya sebagai petugas keamanan...!"

"Seriusan? Ia benar-benar memaksakan hal itu padamu, si b*jingan itu...!"

"Tetapi hari keduaku jadi bebas berkat hal itu, jadi tidak usah salahkan ia!"

"A-Ah, baiklah..."

Melihat Natsukawa melangkah masuk untuk melindungi Sasaki, membuat dadaku terasa sakit. Aku rasa ada dalam satu panitia yang sama memberi mereka hubungan khusus yang tidak dapat aku bagi, tidak peduli seberapa banyak aku membantu-bantu mereka. Namun, ia berbagi rahasia dengan Natsukawa... ...Ia punya nyali juga, ya, aku bersumpah.

"Ja-Jadi, rencana apa yang kamu punya di siang hari?"

Natsukawa memang keras kepala karena suatu alasan. Kayaknya rencanaku untuk mengelabuinya tidak berhasil... ...Aku cuma mencoba mengangkat topik yang lain. Aku mesti mencari-cari alasan yang lebih bagus kalau tidak, aku pasti akan makan debu di sini. Lagipula, bilang yang sejujurnya cuma akan menyakitinya.

"Aku punya rencana untuk jalan-jalan bersama Yamazaki dan Sasaki."

"Hah? Tetapi, Sasaki-kun bilang ia akan menghabiskan waktu dengan orang-orang dari Klub Sepak Bola di siang hari."

"A-Ah, benar... ...Iya. Itu juga yang ia bilang padaku. Sebenarnya cuma aku dan Yama—"

"Aku bertanya pada Yamazaki-kun dan ia bilang ia akan jalan-jalan dengan orang-orang dari SMP-nya..."

"Apa... ...Kamu juga bertanya padanya?"

"Ah... ...A-Apa masalahnya...?!"

Itu sangat masalah, loh?! Natsukawa bertanya pada Yamazaki soal rencananya...? Jadi Natsukawa mungkin ingin mengajak Yamazaki...? Ka-Kamu bercanda, bukan? Aku tidak menduga Natsukawa akan suka tipe cowok kayak Yamazaki...!

"Karena kalau aku tidak melakukannya, aku tidak akan dapat..."

"Hah?"

"Bu-Bukan apa-apa!" Natsukawa dengan paksa memotong bicaranya dengan nada sengit.

Aku masih penasaran, tetapi kalau aku mengaitkannya dengan hal itu saat ini, aku cuma akan keluar dari sini dengan luka bakar tingkat tiga. Aku akan menanyakan hal ini pada Yamazaki.

"Dalam kasusku, ini bukan cuma soal Sasaki dan Yamazaki. Kami memang tidak terlalu dekat, tetapi aku mungkin akan jalan-jalan dengan Nakazato cuma untuk memastikan kalau aku bukan penyendiri yang jalan-jalan sendirian."

"..."

"...Natsukawa?"

Dia tiba-tiba terdiam. Aku penasaran dan menatap wajahnya saat dia memberiku tatapan meragukan.

"Emm... ...Ada apa?"

"Itu bohong, bukan?"

"Hah?"

"Kamu menggaruk-garuk bagian belakang kepalamu dari tadi."

Natsukawa menunjuk ke arah tangan kiriku, yang memang sedang menggaruk-garuk bagian belakang kepalaku. Anehnya, aku tidak melakukan ini dengan maksud tertentu...

"Dan... ...terus mengapa?"

"Kamu selalu melakukannya saat kamu mencoba menyembunyikan sesuatu."

"Apa...?"

Se-Seriusan? Mengapa aku baru mendengar soal ini sekarang? Aku tidak tahu kalau aku punya kebiasaan kayak gini. Apa jangan-jangan aku ini memang pembohong yang seburuk itu? Aku menurunkan pandanganku seakan-akan seorang satpam barusan memegang bahuku, lalu aku mendapati kaki Natsukawa yang bergerak mendekat. Saat aku mengangkat kepalaku lagi, aku mendapati wajahnya ada tepat di depan saya. Sebenarnya, dia itu terlalu dekat!

"...Apa kamu punya janji dengan seorang cewek?"

"Hah?! Emm, hmm... ...Ah!"

Aku menyadari bahwa tanganku mulai bergerak ke bagian belakang kepala. Aku hendak mengulangi gerakan yang sama kayak sebelumnya. Dan Natsukawa pun menyadari hal ini, tatapannya semakin tajam.

"Jadi, kamu punya janji dengan seorang cewek, ya..."

"E-Eum..."

"..."

"...Iya, itu benar."

Aku tidak bisa bohong, bagaimanapun juga... Aku tidak menyangka Natsukawa akan begitu gigih mengenai hal ini... ...Mungkin aku sudah menggaruk-garuk bagian belakang kepalaku sejak awal. Mungkin itu alasannya dia terus-terusan bertanya padaku, aku yakin.

"...Sama siapa?"

"Eum... ...Ichinose-san."

"...Cuma kalian berduaan saja?"

"...Sama Sasaki-san juga."

"Sasaki-san? Adiknya Sasaki-kun?"

"Ah, bukan, dia yang datang dari Uji Coba Kunjungan Sekolah untuk siswa-siswi SMP..."

"Ah, yang dulu itu... ...Tunggu, jadi dia memang masih SMP?!" Natsukawa mengeluh dengan sedikit bumbu dalam suaranya.

Maksudku, aku memang tidak menyalahkannya. Aku tidak akan tahu bagaimana perasaannya kalau aku melihat ini dari sudut pandang orang luar. Namun, dia mau sekolah di SMA Kōetsu... ...jadi sudah jadi tugasku bersama dengan Ichinose-san untuk mengantarnya berkeliling-keliling. Agar Natsukawa tidak salah paham soal ini, aku segera menyampaikan penjelasan ini.

"Itu masuk akal, sih, tetapi...!"

"Hmm, eum..."

"Kamu... ...punya banyak teman cewek..."

Nada bicaranya jelas sekali mengandung banyak nuansa, saat Natsukawa memalingkan wajahnya dengan cemberut. Kayak yang aku duga, suasana hatinya sedang tidak enak. Aku mesti melakukan sesuatu, atau aku akan mengalami neraka yang sesungguhnya selama Festival Budaya ini...

"..."

"..."

Dengan itu, obrolan kami pun berakhir secara mendadak. Itu mesti terjadi saat ini karena pikiranku jadi kosong. Sajou Wataru, ke mana perginya dirimu yang sebelumnya yang tidak sadar itu? Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk bilang "Aku memandang dirimu seorang", jadi mengapa kamu tidak dapat melakukannya?

"..."

Bahkan, saat aku mencoba memikirkan apa saja untuk meredakan bom ini, yang keluar dari mulutku cuma napas yang terengah-engah dan panik. Kayaknya aku tidak punya keahlian apa saja dalam hal membuat seorang cewek lajang bahagia. Kemudian lagi, kalau saja aku punya teknik kayak gitu, aku mungkin tidak akan membuatnya marah padaku sekitar tiga kali sehari... ...Tunggu, aku mulai kehilangan kepercayaan diriku saat ini... ...Mungkin aku mesti membatalkan janjiku dengan Ichinose-san dan Sasaki-san...

(TL Note: Janganlah!)

Setelah itu, kami menghabiskan beberapa menit dalam keheningan. Wah, tingkat kegembiraan dan kepuasanku sangat maksimal dan meluap-luap, karena aku dapat kembali bersama Natsukawa, tetapi saat ini, aku merasa ingin kabur dan meninggalkannya... ...Tidak, aku tidak bisa menyebut diriku sebagai pengagum Natsukawa, kalau aku melakukan hal itu! Aku akan mengantarnya pulang dengan senyuman, apapun yang terjadi!

"Natsuka—"

"Ah..."

"Ah...?"

Tepat saat aku hendak berusaha menghilangkan kecanggungan ini, Natsukawa angkat bicara. Dia cuma menatap lurus ke depan, fokus pada satu titik. Aku jadi penasaran dengan apa yang menarik perhatiannya dan menelusuri tatapannya.

"...Ah."

Itu merupakan pertigaan yang sangat familier. Kalau saja aku berjalan lurus, aku akan sampai di rumahku, dan berbelok ke kiri akan membawaku ke rumah Natsukawa. Itu merupakan jalan yang sama yang aku lalui setiap hari, tetapi berjalan bersama dengan Natsukawa benar-benar mengubah kesan yang ditimbulkan oleh jalan itu.

"..."

"..."

Setelah apa yang terjadi pada hari itu, setelah kecelakaan sederhana, kami telah kehilangan konsep jarak yang sebelumnya ada di antara kami. Buatku, ini merupakan suatu keberkahan yang tersembunyi, tetapi aku masih belum tahu, bagaimana perasaan Natsukawa.

Pada akhirnya, aku sudah pernah ditolak olehnya... ...jadi aku tidak perlu memikirkannya terlalu dalam.

"Natsukawa."

"Ah... ...eum, Wataru..."

Waktu buatku untuk peduli telah berlalu. Yang mesti aku lakukan saat ini yaitu menawarkan Natsukawa tempat yang aman yang dapat membuatnya merasa damai. Yang aku tahu yaitu bahwa aku masih mesti tumbuh sebagai seorang cowok yang dapat membuatnya tersenyum. Kalau saja aku sudah merasa kayak gitu, aku akan mengusahakannya.

"Pastikan agar tidak tersandung lagi, ya?"

"...Ah..."

Aku bilang begitu dengan senyuman yang tipis, yang mungkin akan membuat Natsukawa bingung karena dia mengingat kejadian itu karena pipinya berubah jadi merah merona. Aku rasa dia hendak melupakan hal itu, ya? Itu memang agak menyakitkan, tetapi apa yang dapat aku lakukan? Aku mulai meratap dalam kesedihanku sendiri. Kesedihan saat Natsukawa tiba-tiba cemberut dan membuka mulutnya.

"Itu... ...Kamu tidak akan pernah tahu!"

"Hah?"

Dia menggunakan nada sengit yang aneh untuk menyatakan hal itu. Melihat ekspresi provokatif kayak gitu dari Natsukawa membuatku bingung dan aku terdiam.

"Saat aku menyadarinya... ...aku tidak dapat menahan diri lagi."

"..."

Dia nyengir padaku. Senyuman iblis itu menusukku tepat di dadaku. Dia sontak langsung membuatku tutup mulut dengan semua kekhawatiran dan keluhanku. Namun, meskipun begitu, aku tidak dapat menutup mulutku. Aku cuma menatapnya sambil tidak percaya kayak orang bodoh.

"Sampai jumpa besok."

"I-Iya..." Gumamku.

Natsukawa membalikkan tubuhnya ke arahku dan berjalan ke arah kiri. Dia memberiku senyuman lembut saat dia melewatiku dan terus berlari ke depan kayak yang dia lakukan pada hari itu. Dan kayak sebelumnya, aku ditinggalkan sambil berdiri di tempat itu dalam keadaan linglung.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi  Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga:

 [Manga Short Story Special Extra] - Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha - Okemaru-sensei Cerita Pendek Manga Jilid 5 Edisi Spesial

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama