Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 164 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-kugenjitsushugisha-wn-seri-7-bab-164-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 164
Sama Siapa?

Setelah aku meninggalkan gerbang sekolah, aku mencoba berjalan sejajar dengan Natsukawa, lalu aku menyadari bahwa ada yang lain dari sebelumnya. Aku kesulitan dalam mengimbangi langkah kaki Natsukawa. Aku jadi penasaran dan saat aku periksa, aku mendapati bahwa Natsukawa melihat ke arah kakiku, dia melihat langkah kakiku dengan ragu-ragu. Ini... ...Apa dia sedang mencoba menyamai kecepatan berjalanku?

Aku mengamati Natsukawa tanpa mengucapkan sepatah katapun, saat kami berjalan keluar ke trotoar yang sempit. Cuma ada garis putih kecil di jalanan yang dilalui oleh mobil, jadi aku tidak punya pilihan lain, selain berjalan di sepanjang pinggirnya. Kayak sebelumnya, saat aku mencoba mengambil posisi di pinggir jalan, Natsukawa menunjukkan suatu gerakan yang tidak terduga padaku, dan aku pun jadi semakin yakin kalau ada sesuatu yang aneh.

"Eum... ...Natsukawa."

"A-Ada apa...?"

"Aku ini bukan Airi-chan, loh."

"Hah?! Kamu ini bicara apa...?"

"Kok kamu malah balik bertanya...? ...Kamu mencoba berjalan dengan kecepatan yang sama denganku, dan bahkan kamu mendorongku keluar dari jalanan, kamu juga usahakan untuk berjalan di pinggir jalanan..."

"E-Eh...?"

"Lihat?"

Aku meraih kedua bahu Natsukawa yang sedang kebingungan dan perlahan mengarahkanya ke pinggir jalanan yang lain. Aku barusan menyentuhnya dengan sekuat tenaga di tengah-tengah panasnya suasana ini, tetapi dia tidak bilang apa-apa, bukan...? Kalau saja dia sampai menepisku dengan pundak atau tangannya, aku pasti akan langsung menangis. Yang dapat aku bilang di sini, cuma dia itu agak ramping....

Saat aku melihat kondisi Natsukawa dengan perasaan gugup di dalam hatiku, dia tampak seakan-akan sedang linglung dan kehilangan akal sehatnya, bukan kayak reaksi yang aku kira. Entahlah apa dia masih belum menyadarinya juga, ataukah sudut pandangku yang telah meleset? Dan dia sudah bertindak tanpa menghiraukan Airi-chan...? Kalau yang terakhir benar, lalu mengapa dia memperlakukanku kayak seorang anak kecil yang manja?

"Te-Terima kasih..."

"Sungguh menakjubkan karena kamu dapat melakukan itu secara tidak sadar."

Aku kira itu merupakan sesuatu yang disebut sebagai "aura dan kekuatannya sebagai seorang kakak", tetapi kalau dilihat-lihat dia tampak jauh lebih kayak seorang cowok ketimbang aku. Kalaupun ada perbedaan, aku rasa seorang kakak yang menjauh kayak yang Natsukawa barusan lakukan, sambil bilang, "Di sana berbahaya, jadi lewat sini saja, oke!" dan si cowok akan dengan santainya mengambil pinggir jalanan yang lain.

"Coba saja aku punya adik, mungkin saja aku juga dapat melakukan gerakan cowok tampan kayak kamu lakukan itu..."

"...Aku rasa aku tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya kalau Wataru bersikap sebagai seorang abang."

"Tidak, ayolah, itu kurang lebih kayak aku saat aku sedang bermain dengan Airi-chan waktu itu."

"Bukannya itu malah membuatmu kamu kayak tipe seorang abang yang biasa saja... ...Bukannya itu malah agak jadi sebuah kemunduran kalau kamu bersikap kayak dia gitu?"

"Bukannya itu tidak berlebihan kalau orang dewasa berusaha untuk menyesuaikan diri dengan anak kecil?"

"Menurutku kamu tidak perlu menyesuaikan dirimu dengan usianya..."

Ah tidak, aku langsung sepenuhnya disangkal olehnya...

Ini bukannya aku senang bermain bersama anak-anak kecil atau semacamnya, loh? Tetapi aku memang tidak tahu bagaimana caranya berinteraksi dengan anak-anak kecil, jadi satu-satunya hal yang dapat aku lakukan yaitu cuma bersikap jadi kayak seorang anak kecil, bukan? Atau mungkin saja aku dapat terus-terusan jadi kendaraan tunggangan atau kuda buat mereka....

"Apa kamu belum pernah berinteraksi dengan adik-adik sepupumu yang masih kecil?"

"Aku merupakan yang anak yang paling muda di antara sepupu-sepupuku..."

Cuma ada satu orang saja dari mereka yang sebaya denganku, tetapi dia sebenarnya cuma lebih tua beberapa bulan dariku kalau dilihat dari tanggal lahir kami.... ...Jadi setiap kali aku berjumpa dengannya, dia selalu mengoceh padaku agar aku menghormatinya sebagai kakakku. Kayak dia terlalu terpengaruh oleh Kakak.

"Jadi begitu, ya...?"

"Mengapa kamu agak nyengir begitu?"

"Bu-Bukan apa-apa... ...Aku sedang tidak nyengir, kok!"

Dia agak nyengir padaku, dilihat dari nada suaranya. Lalu saat aku melirik ke arahnya, aku mendapati ekspresi semacam itu di wajahnya. Aku cukup yakin kalau dia pasti sedang nyengir padaku saat ini.

"Jangan remehkan aku, aku ini anak yang paling muda sungguhan, loh? Saat aku masih SD, aku ini dapat banyak sekali kado Tahun Baru, loh?"

"Fiuh... ...Jadi begitu—Fufu."

"Bukannya kamu terlalu banyak tertawa?"

Dia tertawa terlalu banyak pada hal yang lumrah terjadi padaku sebagai anak yang paling muda. Memangnya apanya yang lucu soal ini, sih? Apa ini lucu karena aku itu anak yang paling muda dan aku bicara soal keuntungan jadi anak yang paling muda? Meskipun aku ini anak yang paling muda, aku tidak lagi mendapatkan kasih sayang saat aku sudah duduk di bangku SMA. Aku sudah diperlakukan kayak orang dewasa. Setiap orang tua di manapun pernah mengalami hal ini pada anak mereka sendiri, jadi mereka akan bertanya, "Bagaimana sekolahmu?" atau "Apakah kamu sudah punya pacar?" karena mereka juga sudah pernah mengalaminya. "Jangan bilang apa-apa dan biarkan saja aku, oke?", mereka itu terlalu peka soal itu, dan sebaliknya aku mulai khawatir. Aku ini merupakan tipe orang yang pertumbuhannya dipantau terus melalui kartu Tahun Baru-ku.

"Apa ada seseorang dari keluarga besarmu yang akan datang ke Festival Budaya besok?"

"Tidak, tentu saja, tidak ada. Aku memang lahir dan dibesarkan di sini, tetapi jarak antara rumah orang tuaku dan rumah kakek-nenekku itu terpisah dan berjauhan."

"Eh, begitu ya."

"Kalau kamu bagaimana, Natsukawa?"

"Aku... ...dekat dengan semua orang di keluarga besarku, aku rasa. Baik Ayah maupun Ibu masing-masing merupakan seorang anak tunggal, dan Nenek itu kayaknya merupakan salah satu anak dari tiga bersaudara? Jadi aku tidak punya seseorang yang disebut sebagai sepupu di keluarga besarku."

"Eh, begitukah?"

Aku belum pernah kepikiran soal jumlah itu selama beberapa saat, bukan cuma soal paman dan bibiku, tetapi juga soal sepupu-sepupuku... ...Aku terlalu malas untuk menghitung jumlah mereka. Aku bahkan biasanya mendapatkan kartu dan kado Tahun Baru dari kerabat yang bahkan belum aku kenal siapa mereka.

"Tetapi akan jauh lebih mudah untuk berkumpul kalau letak rumah kalian berdekatan."

"Eh? Berkumpul...?"

"Tidak, itu kayak acara kumpul-kumpul keluarga, misalnya."

"Apa kamu pernah ikut acara kumpul-kumpul keluarga...?"

"Tidak... ...kalau kamu?"

"Iya..."

...Eh, aku tidak tahu pasti, sih. Manakah dari hal-hal ini yang masuk akal? Ada kemungkinan besar kalau aku diajak untuk datang ke acara tersebut sekitar awal tahun depan. Aku tidak bisa ikut ke acara tersebut saat masa kelas sembilan SMP karena sedang ada ujian masuk SMA, dan aku rasa terakhir kali aku diajak ke acara tersebut yaitu saat masa kelas delapan SMP-ku.

"Keluarga besar Wataru tersebar di beberapa tempat, tetapi buat apa mereka semua berkumpul?"

"Nenek buyutku dari pihak ayahku merupakan  bos besar. Kalau diingat-ingat dan kalau aku tidak salah, dia merupakan orang yang paling tidak dapat kami tolak."

"Begitu ya, nenek buyutmu... ...Nenek buyutmu?"

"Itu benar, nenek buyutku. Beliau merupakan seorang nenek-nenek yang masih kuat dan berusia lebih dari 80 tahun. Ada banyak sekali orang yang derajatnya di bawahnya."

"Heh... ...Jadi begitu ya."

Kalau dipikir-pikir lagi, aku rasa kami belum pernah dapat berkumpul dengan keluarga besar kakek-nenekku dari pihak ibuku. Kami juga tidak punya banyak kerabat di sana. Aku rasa aku cuma akan menyapa mereka satu per satu, bukan?

"Aku agak iri padamu..."

"Tidak, itu terlalu merepotkan, meskipun jumlah kerabatku banyak. Aku mesti menulis banyak kartu Tahun Baru."

"Bukannya itu malah bagus? Menulis kartu Tahun Baru itu seru sekali."

"Ada kalanya Kakak juga menikmati hal itu... Ini pasti budaya yang benar-benar lebih ditujukan untuk cewek-cewek."

"Tetapi menurutku tidak begitu, deh...!"

Aku mendapatkan kesan bahwa cewek-cewek suka menulis kartu, bukan cuma kartu Tahun Baru. Bahkan Kakak, saat dia masih jadi gyaru berambut pirang, akan menyilangkan kakinya dan menggerakkan pulpennya dengan bangga. Seriusan deh, kombinasi antara kartu pos dan Kakak pada zaman itu sangat tidak proporsional. Tidak, menurutku Kakak itu bukanlah cewek yang cocok dengan kartu pos, jadi mengapa Kakak berambut pirang?

"Bagaimana denganmu, Natsukawa? Meskipun kalian jarang mengadakan acara kumpul-kumpul keluarga, apa mungkin mereka akan hadir dalam Festival Budaya?"

"Hmm... ...Aku rasa ini kami memang tidak punya hubungan yang kayak gitu... ...Aku rasa ini jauh lebih kayak kami itu orang-orang yang saling bertemu satu sama lain pada saat-saat tertentu..."

"Ah—... ...tetapi memang benar kalau kamu mendengar cerita-cerita soal keluarga-keluarga di sekitarmu, kamu mungkin akan banyak mendengar cerita yang kayak gitu."

Jujur saja, aku memang hampir jarang mendapatkan kesempatan untuk mendengar ceritanya. Aku bahkan tidak ingat dari siapa saja yang sudah aku dengar ceritanya. Aku kira itu sama saja berkenaan dengan orang-orang yang aku temui saat Obon dan Tahun Baru. Namun, semakin banyak orang yang ada di sana, semakin banyak pula peristiwa penting yang dapat aku tangkap. Pernikahan, pemakaman dan acara seremonial lainnya.

"Ah, tetapi Ayah dan Ibu bilang kalau mereka hendak mengajak Airi juga."

"!!"

"Mau tidak mau aku meminta mereka agar tidak datang.... Aku rasa aku jadi tidak akan punya banyak waktu di sisi manajemen."

Bi-Bikin kaget saja... ...Aku kira orang tua Natsukawa akan muncul di ruang kelas kami.... Aku cuma pernah bertemu dengan ibunya Natsukawa sekali di rumahnya, tetapi dia tidak pernah menyapaku. Pasti akan sangat canggung kalau mereka datang. Ada juga kemungkinan Natsukawa sudah membicarakan sesuatu pada mereka soal aku yang sering mengikutinya ke mana-mana dulu.

"Iya, jadi begitu ya. Sebagai anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya, kayaknya kamu tidak punya banyak waktu luang karena tugas yang mesti kamu selesaikan... ...Jadi, apa kamu cuma berencana akan melakukan sesuatu kayak berkeliling-keliling bersama Ashida di sana?"

"Iya, aku akan bicara pada Kei dan membuat rencana untuk hari kedua. Aku tidak mau jadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya lagi tahun depan..."

"Aku yakin kalau kamu akan merasakan hal yang berbeda saat kamu sudah kelas dua belas nanti, tetapi saat ini kamu sudah jadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya saat kamu masih kelas sepuluh... ...Kamu ingin bersenang-senang dulu, bukan?"

"Iya."

Kalau aku ingat-ingat, Hasegawa-senpai, Ketua Panitia Pelaksana Festival Budaya, jadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya karena dia mencalonkan dirinya. Saat aku berpikir kalau ada seorang senpai yang kayak gitu, aku kira perasaan mereka pada sekolah ini pasti sangat berbeda ketimbang kami.

"Bagaimana denganmu Wataru...? Begini, di hari kedua... ...Apa kamu sudah punya janji dengan seseorang...?"

"Eh? Ah—... ...Aku tidak punya."

Aku memainkan peran Kosplayer dalam kompetisi teka-teki, dan kami mungkin ada di waktu yang tersibuk pada hari ini, jadi aku tidak punya rencana apapun. Ah, tetapi, aku sudah punya peran yang jauh lebih penting saat hari pertama. Aku mesti memandu Sasaki-san bersama Ichinose-san. Aku akan pastikan kalau aku cuma akan mengingat hal itu.

"Tidak ada hal yang khusus di hari kedua itu."

"Begitu ya... ...Eum, kalau begitu..."

Natsukawa menatapku dengan tampak agak gelisah. Natsukawa, yang punya janji untuk berkeliling-keliling bersama Ashida pada hari kedua Festival Budaya, bertanya padaku soal rencanaku untuk hari kedua. Aku memang bukan tipe cowok yang tidak dapat menebak apa yang terjadi di sini. Apalagi lawan bicaraku di sini itu Natsukawa. Siapa di sini yang duduk di sini dan dapat mengatakan siapa pendiri dari Sekte Natsukawa?

"Aku tidak ingin punya waktu yang membosankan saat Festival Budaya, jadi bolehkah aku ikut dengan kalian?"

"...! Iya."

"..."

Sungguh mempesona─Eh, sungguh mempesona...!

Eh, memangnya boleh dia tersenyum padaku kayak gini? Ada sesuatu di dalam diriku yang menghilang begitu saja. Bahu kiriku jadi terasa agak lebih enteng. Aku merasa ada yang mengawasiku di tengah malam untuk beberapa saat sejak tadi.

Aku menengok dengan penuh ketakutan. Senyuman riang Natsukawa telah menghilangkan tampilan siswi teladan yang biasanya dia tunjukkan dan dia tampak lebih mirip kayak anak kecil yang polos. Tidak kayak Airi-chan, sifat kekanak-kanakan sesaat yang mengintip di antara keseksiannya yang tidak biasa itu.

"—..."

Gawat...! Jelas sekali kalau aku sudah mulai terpikat lagi pada Natsukawa sampai-sampai aku lupa! Aku jadi ingat saat aku jatuh cinta pada Natsukawa saat aku masih kelas delapan SMP! Perasaan itu kayak di saat seluruh bidang penglihatanku langsung berwarna dalam sekejap... ...Wah, itu pasti cinta. Itu jelas tidak bohong.

Aku memasukkan tanganku ke dalam celah di antara blazerku dan menepuk-nepuknya, berpura-pura menggaruk dadaku. Aku merasa kalau aku tidak dapat mengendalikan jantungku yang berdebar-debar di dadaku saat aku sedang berdiri di sana. Mungkin aku ini siswa SMA dengan sikap yang paling tidak menentu saat ini.

Hah... ...Marginalisasi.

"Ti-Tidak... ...Aku akan senang kalau kamu juga sebahagia itu."

"...Hei."

"Ah, aku jadi ingat, kayaknya mereka telah memberikan penanda tempat. Apa kamu sudah memutuskan ke mana kamu dan Ashida akan pergi?"

"Hei, Wataru."

"Iya?"

"Tadi kamu bilang "Tidak ada hal yang khusus di hari kedua itu!", apa itu berarti kamu sudah punya janji dengan seseorang di hari pertama?"

...Iya?

Author's Note: Iya.

TL Note: Setelah ini akan ada bab khusus yang hanya diterjemahkan ke bahasa Indonesia, jadi jangan sampai terlewat, ya.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi  Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Baca juga:

 [Manga Short Story Special Extra] - Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha - Okemaru-sensei Cerita Pendek Manga Jilid 5 Edisi Spesial

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama