Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 161.1 - Lintas Ninja Translation

Bab 161.1
Di Suatu Pagi Tertentu

(TL Note: Sesuai judul, sebenarnya latar dari Bab ini memang kurang jelas, tetapi dapat kami pastikan kalau ini kemungkinan berlatar sebelum Bab 165 mendatang yang sudah mengambil latar di hari pertama Festival Budaya SMA Kōetsu. Iya, benar bab ini cuma kami terjemahkan ke Bahasa Indonesia dan dilengkapi oleh 2 buah ilustrasi, jadi jangan sampai terlewat ya.)

Mempersiapkan berbagai ajang di sekolah tentunya merupakan tugas yang rumit, tetapi semakin dekat kami ke ajang utama, semakin sedikit pelajaran yang kami ikuti, jadi aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Berkat itulah, Ibu Ōtsuki selalu bilang pada anggota panitia untuk tidak meninggalkan buku-buku pelajaran kami di sekolah dengan nada tinggi, yang membuat tasku dalam perjalanan pulang jadi sangat ringan. Dan karena kita sudah semakin mendekati musim gugur, udara jadi terasa lebih nyaman dan sejuk saat berjalan-jalan di luar. Kalau saja aku tidak tahu lebih baik, aku akan bilang kalau ini merupakan musim terbaik untuk belajar. Musim semi baik-baik saja, tetapi kelopak bunga yang menempel di pakaian dan rambutku merupakan sesuatu yang tidak dapat aku hindari.

"~~~♪."

"Hei, Sajou. Suasana hatimu sedang baik, ya?"

"...?!"

Aku sedang menikmati waktuku sambil sedikit menyenandungkan melodi, lalu aku mendapati sebuah suara yang memanggilku saat aku melewati gerbang depan. Lalu, setelah menganalisa jenis kelamin dan oktaf suara itu, aku segera menyadari kalau itu merupakan seseorang yang aku kenal.

"Selamat pagi, Shinomiya-senpai. Kamu datang lebih awal, bukan?"

"Selamat pagi. Dan tentu saja, ini merupakan tugasku sebagai anggota Komite Disiplin."

Memang benar, itu tidak lain tidak bukan merupakan Ketua Komite Disiplin, Shinomiya-senpai. Dia sedang memeriksa seragam siswa-siswi saat mereka melewati gerbang sekolah. Karena ini merupakan kegiatan pekanan, aku juga tidak dapat menghindar darinya.

"Melodi itu terdengar asing. Lagu apa itu?"

"Sebenarnya itu dari iklan bir."

"Tiba-tiba aku merasa ingin menyucikanmu."

"A-Aku mohon, tidak usah? Aku sama sekali tidak minum bir, aku cuma menikmati musiknya."

"Tetapi mengapa kamu memilih melodi itu di pagi hari... ...bukannya ada banyak pilihan yang lain... ...yang lebih cocok untuk disenandungkan anak muda?"

"Aku sedang ingin minum bir, makanya aku begitu."

"Kamu tidak pernah belajar, bukan?"

Ups, alis mata Shinomiya-senpai mulai bergerak-gerak, teehee! Aku tak mau diseret ke Ruang BK karena candaan bodoh ini, jadi mungkin aku mesti memilih-milih kata-kataku dengan lebih hati-hati saat sedang ada di depannya. Karena Shinomiya-senpai sangat mengenal Kakak dan sifatnya sangat mirip dengannya, aku cuma membiarkan diriku lepas begitu saja. Apa aku... melihat Shinomiya-senpai sebagai Kakak...? Ya Tuhan, aku pasti tidak bisa bilang begitu. Dan aku selalu digunakan sebagai rekan latihan oleh Kakak cuma karena aku juga tidak bisa menahan diriku. Aku rasa aku benar-benar tidak pernah belajar, ya?

"Kamu masih saja berdiri di garis depan kegiatan Komite Disiplin, aku paham. Tetapi bukannya kamu mengeluh saat terakhir kali kita bertemu saat istirahat makan siang? Sesuatu soal siswa-siswi yang tampak buruk dengan sengaja sampai-sampai kamu menegur mereka. Mungkin kamu harus menyerahkan tugas ini pada orang lain?"

"Poin yang adil... ...Namun, satu-satunya anggota Komite Disiplin yang dapat memberikan peringatan tanpa menghiraukan angkatannya cuma siswa-siswi kelas dua belas, paham. Dan karena aku yang bertanggung jawab atas penindasan bersenjata, aku tidak bisa mundur dari jabatan ini."

"Itu pertama kalinya aku mendengar hal itu..."

Yang benar? Jadi semua anggota Komite Disiplin lainnya kuat, dan bukan cuma Shinomiya-senpai? Lalu ada juga Kakak yang berdarah dingin yang duduk di bangku OSIS. Mengapa semua orang yang ada di jabatan kekuasaan berotak dan berotot kayak gitu? Aku agak khawatir soal Ketua Komite Disiplin berikutnya setelah Shinomiya-senpai. Setelah agak lebih banyak obrolan basa-basi yang kami lakukan, dia bereaksi kayak habis melihat sesuatu dan menoleh ke arah belakangku.

"Hmh... ...Kaede!"

"Euh... ...Seriusan?"

Karena Kakak biasanya cukup santai dan meluangkan waktu untuk bersiap-siap di pagi hari, biasanya dia meninggalkan rumah setelah aku. Ini kayak sebuah gim di ponsel pintar di mana kalian mengumpulkan barang sambil melarikan diri dari monster yang mengejar kalian. Kalau dia berhasil menyusulku, maka gim berakhir, tetapi tidak ada kesempatan untuk mengulangnya.

"~~♪ Rin, kamu habis merundung adikku, ya?"

"Kamu punya nyali untuk menyapaku dengan siulan kayak itu, Kaede. Dan memangnya senandung apa itu?"

"Lagu yang selalu diputar oleh truk Vanilla."

"Kalian bersaudara itu benar-benar...!"

"Apa masalahnya? Cuma sedikit siulan tidak akan menyakiti siapapun." Gerutu Kakak.

"Bukan cuma itu! Kamu bahkan tidak melaksanakan tugas sebagai bagian dari OSIS, tetapi kamu malah menyingsingkan lengan bajumu! Kita tidak mengenakan seragam musim panas lagi! Dan tutuplah bagian depan blazermu dengan benar!"

"Lakukanlah buatku—."

"Gaaaah...! Diamlah, kalau begitu!"

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-161.1-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Kakak membuka tangannya dan beralih ke mode siaga, saat Shinomiya-senpai bergegas mengancingkan blazernya. Aku senang mereka masih akur kayak biasanya. Meskipun, karena cewek-cewek lain di sekitar kami menyaksikan hal ini dengan kagum, aku pikir akan lebih baik kalau aku tidak ada di sana terlalu lama. Aku mesti menggunakan kesempatan ini untuk kabur dari cengkeraman Shinomiya-senpai.

*

Saat aku memasuki ruang kelasku, mataku langsung mengembara ke arah loker di belakangku, di mana Natsukawa sedang berjongkok menata barang-barangnya. Hmm, cara dia menurunkan roknya saat melakukan itu, sungguh merupakan keahlian seorang ahli. Aku ingin sekali terus mengawasinya kayak gitu, tetapi aku tidak boleh bertingkah mesum di pagi hari. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk berjalan melewatinya sambil menyapanya.

"Selamat pagi, Natsukawa."

"Ah... ...Wataru!"

"...I-Iya?"

Dia berdiri dan menoleh ke arahku, seakan-akan dia sudah menungguku datang. Reaksinya itu membuatku terkejut, saat aku tergagap-gagap saat mengucapkan kata-kataku.

"Emm... ...Apa kamu butuh sesuatu dariku?"

"Hah?! Ti-Tidak, tidak juga... ...Hanya saja..." Natsukawa menundukkan kepalanya.

Kalau tidak, maka... ...aku rasa aku barusan menangkapnya di saat yang tidak tepat? Apa jangan-jangan dia sedang mengerjakan sesuatu yang akan gagal selama aku melewatinya? Cewek-cewek punya banyak hal yang perlu mereka khawatirkan, bagaimanapun juga... ...Hmm? Arah tatapan Natsukawa tiba-tiba berubah, mengarah pada... ...dasiku? Ah.

Oh begitu, begitu. Apa dia sedang memeriksaku untuk melihat apa penampilanku jelek lagi? Beberapa hari yang lalu, Natsukawa berbaik hati memperbaiki dasiku yang bengkok, tetapi sejak saat itu aku jadi lebih berhati-hati. Tentu saja, tidak ada sehelai rambut pun yang memberontak! Mestinya tidak ada lagi alasan buat Natsukawa untuk menyentuhku! Jadi bagaimana ini?! Sempurna, bukan?

"..."

"Natsukawa...?"

Aku membuka tanganku dan berdiri tegak bak seorang raja yang sedang bicara dengan para petani, tetapi Natsukawa tidak menunjukkan reaksi apapun. Bukan itu yang aku harapkan terjadi. Aku bertaruh kalau dia akan menunjukkan senyuman bidadarinya yang lain, dan bilang, "Jauh lebih baik." Kalau dipikir-pikir, aku kayak seorang anak kecil yang ingin dipuji oleh ibunya... ...Wah, ini sungguh memalukan. Aku meratapi rasa maluku, aku mendapati kepala Natsukawa yang tiba-tiba terangkat, diikuti olehnya yang menghampiriku.

"S-Selamat pagi."

"...Apa?"

TAP, Natsukawa meletakkan telapak tangannya di dada kiriku. Mendapati pelecehan seksual yang tiba-tiba ini, otakku langsung bekerja secara berlebihan. Ashida saja, yang tidak bisa lebih tegas dalam hal kontak fisik, cuma memilih untuk menyentuh bahu, lengan, atau punggungku sejauh ini.

"...Natsukawa yang mesum."

"Apa...?!"

Aku tidak dapat menahan senyumanku saat aku membelakanginya untuk menyembunyikan dadaku, saat dia mulai panik. Wajahnya memerah kayak tomat dan amarahnya meledak.

"Ya ampun... ...Letakkan saja barang-barangmu dan duduklah di bangkumu!"

"Tidak usah terlalu marah. Padahal kamu loh yang menyentuh payudaraku."

"Cukup!" Dia mulai marah-marah sambil mendorongku sampai ke bangkuku.

Kayaknya Natsukawa cukup lemah dalam hal godaan kayak gini. Sekarang aku jadi paham mengapa orang suka menggoda orang yang mereka sukai. Ahh, imut sekali.

"Aaaaaaiiiii—"

"Hmm?"

Tiba-tiba aku mendengar suara lain. Dan kalau aku mesti menebak... ...Ashida, ya? Pintu berayun terbuka, dan aku mendapati Ashida melenggang masuk ke dalam kelas dengan postur tubuh yang sudah setengah melayang untuk melompat ke arah Natsukawa, kayak yang biasa dia lakukan. Untung saja Natsukawa berdiri di antara kami berdua. Tetapi, dia mesti selalu siap untuk serangan berikutnya!

"—Chiiii!"

"Euh?!"

"Aduh...?!"

Tiba-tiba, sebuah benturan benda tumpul menghantam punggungku. Dan pada saat yang sama, dua lengan muncul di depanku. Karena aku sudah bersiap-siap untuk sesuatu terjadi, aku turun dengan sedikit rasa sakit di punggungku, tetapi cuma itu saja... ...Hah? Tetapi, ada yang aneh dengan hal ini.

"Hmmm...?"

"Apa... Apa...?"

Aku memutar tubuh bagian atasku untuk melihat ke belakang, dan segera melihat Natsukawa dengan ekspresi yang benar-benar bingung. Dia berdiri di sana dengan bebas tanpa ditahan oleh Ashida. Kayaknya dia akhirnya dapat menghindari serangan lompatan Ashida. Tetapi... ...itu berarti orang yang menempel padaku sekarang yaitu—

"Apa... ...Hah?! Ashida?!"

"Tung-Tunggu sebentar... ...Kamu itu Sajocchi?"

Karena situasi ini bukanlah sesuatu yang dapa aku antisipasi, sekarang aku yang panik kayak kucing dengan ember di atas kepalanya, dan Natsukawa juga tidak beda jauh dariku. Tidak perlu banyak melakukan tugas detektif untuk menyadari kalau Ashida saat ini sedang menempel padaku.

"Apa yang sedang kamu lakukan...?"

"Maksudku, Aichi barusan menghindariku secara tiba-tiba."

"Mengapa kamu bilang begitu seakan-akan ini merupakan kesalahanku?!"

Sekarang setelah kita analisis situasinya saatnya untuk menyelesaikan semuanya. Kemudian lagi, Ashida mungkin akan melompat ke arah Natsukawa lagi setelah dia melepaskanku—

"..."

"Kei...?"

Atau begitulah pikirku, tetapi Ashida tiba-tiba terdiam dan tidak bergerak sama sekali. Natsukawa tampak sama bingungnya denganku, saat dia memanggil Ashida. Apa yang sedang terjadi saat ini...?

"...Sa-Sajocchi, punggungmu... ...jauh lebih besar ketimbang yang aku kira."

"Apa...?"

"Sa-Sangat lain dengan punggung Aichi..."

"~~~?!"

Pelukannya masih melingkari tubuhku, dipadukan dengan suara samar yang belum pernah aku dengar dari Ashida sebelumnya. Sekarang tunggu dulu, apa dia benar-benar....

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-161.2-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

"Ka-Kamu tidak boleh!"

"Waaaah?!"

Ashida terlepas dari tubuhku bagaikan kulit bawang yang dikupas. Dengan kehangatannya yang hilang, aku merasakan angin dingin menerpa punggungku. Mungkin karena itulah aku menyesali kehilangan rasa ini lebih dari biasanya.

"Ka-Kamu tidak boleh melakukan hal semacam ini dengan seorang cowok!"

"Ah, benar... ...Maaf."

"Kamu baru boleh melakukan itu kalau kalian... Kalau kalian berdua sudah ada dalam hubungan semacam itu!" Natsukawa menekankan hal ini sambil berteriak pada saat itu.

Sebagai akibatnya, dia langsung menarik perhatian sebagian besar teman sekelas kami. Dan Ashida cuma membalas dengan reaksi bingung, seakan-akan dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"..."

Di tengah-tengah semua itu, perhatianku tertuju pada suatu fakta.

'Ka-Kamu tidak boleh melakukan hal semacam ini dengan seorang cowok!'

Aku... ...Aku punya ingatan samar-samar soal dia yang juga melakukan hal yang sama. Dan, saat aku menyadarinya, pandanganku mengembara ke arahnya. Meskipun begitu, Natsukawa sangat sibuk karena merasa malu atas semua perhatian yang mendadak ini, sehingga dia pun tidak memikirkannya. Hmm, aku rasa dia tidak akan terlalu memikirkannya karena waktu itu dia cuma tersandung...

"—Itu cuma..."

Di saat yang sama, Natsukawa jadi semakin bingung setelah dia menyadari bahwa teman-teman sekelas kami menatapnya.

"...milikku saja..."

Karena semua kebisingan di sekeliling kami, aku tidak dapat menangkap apa yang barusan dia gumamkan dengan suara pelan.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi  Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga:

 [Manga Short Story Special Extra] - Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha - Okemaru-sensei Cerita Pendek Manga Jilid 5 Edisi Spesial

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama