Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 161 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-161-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 161
Cuma Barang yang Tepat

Untung saja Ichinose-san langsung berlari setelah kami selesai menyantap makan siang kami. Kalau saja dia melakukan itu saat kami berkata, "Sekarang mari kita buka kotak bekal makan siang kita", kami berdua pasti akan mengalami saat-saat yang buruk. Hal itu kemudian dapat aku hindarkan oleh suara Ashida yang tidak berekspresi yang bilang, "Oke, mari kita kembali ke kelas!".

Natsukawa menjawab, "Betul juga!", seakan-akan berusaha untuk meyakinkan Ashida. Aku diam-diam menatap ke arah langit. Memang tidak ada langit biru di sana, melainkan yang ada cuma langit-langit dari beton. Ada sarang burung walet di pojoknya. Bersabarlah, diriku... ...Jangan biarkan diriku sendiri mati di sini. Tolonglah aku, Akiko...

Eh, apa aku baik-baik saja? Apa aku yakin dapat mengikuti tepat di belakang mereka? Kalau saja mereka memperlakukanku kayak aku tidak ada di sini, bukannya aku akan tampak kayak seorang penguntit? Halo, bukannya aku sudah kembali ke apa yang kamu lakukan beberapa waktu yang lalu? Halo....!

Atau lebih tepatnya lagi, aku mungkin sedikit terlambat, — Saat aku sedang kepikiran soal itu, Dari arah Natsukawa yang berjalan dengan ekspresi murung di wajahnya, Ashida perlahan-lahan mendekatiku. Ada apa? Apa dia sudah menemukan jalan keluar dari situasi ini? Ashida, kamu memang sangat baik, ya. Aku akan membelai rambut anehmu itu.

"Sajocchi, bukannya kamu ini bodoh sekali, ya...? ...Apa-apaan yang kamu coba lakukan di depan kami berdua, sih...!?"

"Bah...!"

Aku menahan napas saat dia bilang sesuatu yang paling keterlaluan dengan pelan!

"Bukan begitu, loh... ...Tentu saja aku cuma bercanda...! Aku tidak pernah mengira kalau Ichinose-san akan benar-benar akan naik ke kapal Sajocchi, loh...!?"

"Bukannya kamu terlalu memanjakannya...!? Dia itu tipe cewek yang kayak gitu, dan menurutku itu sudah hampir terlambat buatmu untuk memperbaiki sifatnya kembali dalam waktu dekat...!"

"Hmmm..."

Aku mendapatkan ceramah yang nyata. Benar-benar cewek yang cerewet...  ...Apaan sih yang dia bicarakan...? ...Tetapi aku memang tidak punya kata-kata untuk menjawabnya. Memang benar kalau jarak di antara aku dan Ichinose-san kayaknya semakin dan terlalu dekat. Pertama kali aku bertemu dengannya di pekerjaan paruh waktu kami merupakan saat-saat yang terburuk, jadi aku kira aku masih punya perasaan "Aku mesti berusaha agar aku disukai oleh Ichinose-san...!" di dalam diriku. Aku yakin dia akan selalu bersikap baik padaku, dan dia itu memang tipe cewek yang kayak gitu.

"Yang kamu pedulikan dan perhatikan semuanya cuma soal Ichinose-chan saja. Sajocchi, apa kamu masih belum melupakan sesuatu yang amat penting...?"

"Hah...? Sesuatu yang amat penting, ya...?"

"Di akhir bulan ini. Memangnya kamu tidak tahu apa yang akan datang pada saat itu?"

"Hah, mana mungkin aku bisa lupa?"

Benar, ada ajang besar yang akan segera datang di akhir bulan ini. Ini bukan cuma trik Halloween kayak Malam Demam (Fever Night) yang menyebalkan di Shibuya. Ini merupakan sesuatu yang jauh, jauh lebih penting buatku. Menanyakan hal itu padaku, itu sama saja kayak kamu sedang menanyakan siapa namaku.

"Itu merupakan hari di mana Natsukawa turun ke muka bumi, bukan?"

"Itu benar."

Itu benar, akhir bulan ini, pada tanggal 31 Oktober, merupakan hari di mana Natsukawa terlahir ke dunia ini. Singkatnya, itu merupakan ulang tahunnya. Tidak, memang tidak berlebihan kalau menyebutkan kalau itu sebagai hari di mana dia turun ke muka bumi. Sejarah baru mengikuti kalender Barat telah dimulai. Ayolah, Shenron.*

(TL Note: Nama naga dalam waralaba Dragon Ball. RIP Akira Toriyama-sensei.)

"Apa kamu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari itu dengan tepat?"

"Sudah, bahkan sudah mulai aku lakukan sejak 1 November tahun lalu."

"Itu berat."

Ada baiknya kalau kamu tidak terlalu meremehkanku. Apalagi pada saat itu, ulang tahun Natsukawa masih merupakan hari yang amat penting buatku di mana aku dapat memberikan persembahan secara sah. Apa maksudku "secara sah"?

Aku tidak bercanda, aku ingat kalau aku kepikiran soal apa yang hendak aku berikan padanya di tahun depan, saat jam sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Hei, ini sudah bukan perasaan terpincut lagi namanya, bukan? Ini merupakan sebuah kegilaan. Aku tidak percaya Natsukawa sudah memperlakukanku dengan normal saat ini.

"Tung-Tunggu sebentar...!"

"!"

Saat aku dan Ashida sedang mengenang diriku tahun lalu, suara Natsukawa, yang mestinya ada di depan kami berdua, menyela kami berdua. Tidak, dia sudah menyela masuk. Aku sangat senang dan bersyukur.

"A-Apa yang kalian berdua bicarakan cuma berduaan saja...?"

"Eh, anu..."

"Eh...?"

"Ah, eum..."

Tadi itu hampir saja... ...Perasaan cemburu Natsukawa sangat emosional sampai-sampai aku jadi salah bicara. Sulit untuk memahami kapan aku harus menggunakan kata-kata menurut "perasaan yang sesungguhnya" (Honne) atau "opini khalayak umum" (Tatamae), karena keduanya punya makna yang beda tipis. Tidak, tidak usah khawatir soal itu, Natsukawa itu imut (baik menurut perasaan yang sesungguhnya maupun opini khayalak umum).

"Tidak, Ashida cuma bertanya sesuatu padaku. Soal bulan ini—..."

"Hei, hei, hei, hei, hei, hei, hei, hei!!"

"Ngh!? Ngh!?"

Saat aku mencoba menjawab dengan normal, telapak tangan Ashida melayang ke arah wajahku. Dia menutup mulutku, tetapi sebelum dia sempat melakukan hal itu, mulutku terlepas, dan bagian bawah telapak tangannya mendarat di tulang pipiku. Aduh... ...Apa-apaan ini? Mbak, aku akan menjilati telapak tanganmu! Memangnya boleh aku menjilat telapak tanganmu? Bolehkah aku menjilatnya sebagai temanmu?

Saat aku sedang kesulitan dengan nafsu yang melebihi amarahku, telapak tangannya segera dilepas dan aku menoleh ke arah Ashida dengan sebuah sentakan dari bahuku.

"Eh? Kamu pasti sedang mencoba bilang sesuatu dengan normalnya saat ini, bukan? Benar begitu, bukan? Bukannya orang yang kayak gini biasanya suka timpang?"

"Tidak, itu karena hubungan antara aku dan Natsukawa saat ini, bukannya tidak dapat dihindari kalau aku mesti mengejutkannya? Aku berencana untuk berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali dan memberikan itu pada Natsukawa sambil berkata "Iya, ini kado untukmu" sebelum orang lain melakukan itu."

"Ada apa dengan satu sendok makan penuh gairahmu itu... ...Jadi sulit sekali buatku untuk mengomentarimu, sih!"

"Astaga...! Ada apa, sih!?"

Saat aku berbalik, aku mendapati Natsukawa sedang melambaikan tangannya di depan dadanya dan memasang wajah cemberut. Soalnya, Natsukawa sedang marah pada Ashida karena dia membuat ini terdengar kayak kami berdua sudah meninggalkannya sendirian. Sungguh, dia pasti akan merasa sakit hati kalau saja kami berdua memang melakukan hal semacam ini padanya.

"Awawawa, tidak perlu marah, Aichi. Ada alasan yang mendalam untuk hal ini, loh...!"

"...Memangnya apa alasannya?"

"Itu karena... ...Itu benar! Aku sedang menceramahi Sajocchi! Aku menegur Sajocchi karena menurutku ia terlalu dekat dengan Ichinose-chan!"

"..."

Hei, hentikan itu. Berhentilah membuat jarak di antara aku dan Ichinose-san sebagai kedok. Kalau saja keadaan di antara kami semua jadi canggung bukan cuma antara aku dengan Ichinose-san saja tetapi juga antara aku dengan Natsukawa, aku mungkin akan mati.

Setelah mendengar penjelasan Ashida, Natsukawa menatapku dengan tajam. Itu aneh... ...Walaupun itu merupakan ekspresi yang jarang terjadi, tetapi itu membuatku merinding saat ini. Apa ini? Aku merasakan situasi kayak aku sedang terpojok saat ini...?

"...A-Aku akan lebih berhati-hati lagi mulai saat ini."

"...Iya."

Menyanggahnya memang ide yang buruk... ...Mengikuti intuisiku yang misterius ini, aku dengan jujur mengucapkan satu kata penyesalan, Natsukawa mengambil waktu untuk membuat penilaian dengan satu kata, lalu segera membalikkan badannya dan berjalan ke depan.

"Mble."

"S*alan kamu."

Ashida menjulurkan lidahnya ke arahku, lalu dia berlari ke arah Natsukawa dan melompat ke atas punggungnya. Sebuah suara teriakan "Kya!" bernada tinggi menusuk gendang telinga jiwaku. Aku iri padanya, kalau saja aku ini seorang cewek, aku pasti dapat menangani hal-hal semacam itu... ...Mungkin ada baiknya kalau aku mesti memberikan mereka berdua waktu bersama terlebih dahulu.

Iya, apa yang terjadi di antara aku dan Ichinose-san sudah cukup untuk membuat Ashida marah padaku dan menceramahiku, dan terlebih lagi, Natsukawa sangat peduli dengan kehidupannya bak seorang biduan. Aku agak mengerti alasan mengapa suasana hatinya jadi buruk setelah kami berdua menunjukkan adegan kayak gitu.

"..."

Aku tidak tahu bagaimana aku mesti bersikap lagi...

Aku sadar kalau aku tidak mau jadi sengsara setelah menghabiskan banyak waktu bersama kembang yang tidak bisa diraih, tetapi pada akhirnya aku masih terus ada di dekatnya tanpa memikirkannya. Kemarin, aku mendapatkan pelukan keberuntungan di punggungku, dan aku kira aku masih ada dalam kehidupan Natsukawa untuk saat ini. Cowok itu memang benar-benar bodoh... ...Aku harap aku tidak menyinggung perasaan cewek-cewek tanpa aku sadari lagi.

Saat aku melihat mereka berdua, sepasang sahabat mulai bercumbu sedikit lebih jauh lagi, kekhawatiran semacam itu jadi makanan buat Big Bang, ledakan besar di ujung luar alam semesta.

Saat aku kembali ke ruang kelasku, Shirai-san dan Okamocchan mendapati perilaku Ichinose-san jadi aneh setelah dikejar-kejar oleh mereka, dan dia tenggelam di lantai berdebu di bawah pelecehan verbal dari empat orang cewek dalam satu hari. Tahukah kalian...? Kata-kata kasar dari cewek-cewek itu sangat efektif untuk melawan cowok-cowok, dan terlebih lagi ini merupakan teknik curang dengan serangan kritis dan punya amunisi yang tidak terbatas. Kalian pun tidak perlu bersusah payah melalui serangan permainan tanpa penyelamatan. Kalau saja aku tidak dilatih oleh Kakak, aku perlahan-lahan pasti akan menuju ke atap saat ini. Ya Tuhan — Berikanlah setiap orang di dunia ini hati yang terbuat dari baja.

Setelah jam pelajaran kelima, aku bergegas menuju ke toilet pria. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa sulit berada di ruangan yang sama dengan cewek-cewek.... Secara kebetulan, aku bertemu dengan seorang cowok dari SMP yang sama denganku yang merupakan seorang penggemar beratku, dan saat aku berhasil memperbaiki hatiku yang lemah, kami melalui obrolan di tingkat siswa-siswi SMP. Aku rasa sudah lama sekali sejak aku melakukan obrolan bodoh dengan orang lain kayak gini.

"Ah!"

"Hiih?"

"Tidak, memangnya mengapa?"

Saat aku meninggalkan toilet pria dan menoleh ke arah sumber suara itu, aku mendapati Ashida juga baru saja keluar dari toilet wanita. Mau tidak mau aku jadi merasa sangat takut saat berpapasan dengan seorang cewek bernama Ashida, atau lebih tepatnya cewek-cewek SMA, sampai-sampai aku berteriak. Seakan-akan dia tidak menyukai hal itu, Ashida mendekat ke arahku dan memelototiku.

"Cewek-cewek SMA itu menakutkan!"

"Kamu memang pantas mendapatkannya, Sajocchi."

Aku tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi padaku cuma karena aku mengkhawatirkan Ichinose-san. Mulai saat ini, aku akan berhenti berusaha jadi sandaran punggung buat Ichinose-san, meskipun itu cuma sebagai candaanku saja. Itu membuat candaanku itu tidak lagi jadi sebuah candaan.

"Atau mungkin kamu juga mesti bersikap lebih baik kayak gitu juga pada Aichi."

"Apa, bukannya menurutmu itu menjijikkan?"

"Hmm, "Apa kamu ingin menggunakan perutku sebagai sandaran?" merupakan kata-kata yang berlebihan, meskipun itu cuma sebuah candaan."

"Berlebihan?"

Tidak, itu tidak berlebihan, kok... ...Meskipun saat itu aku tidak berpikir begitu, tetapi kalau aku pikir-pikir, itu merupakan kata-kata yang buruk untuk diucapkan pada cewek-cewek seusiaku. Kalau saja itu cewek lain selain Ichinose-san, mungkin saja aku akan dipaksa, bicara dengan Komite Disiplin, sekolah, orang tua kami, polisi, dan bahkan Kakak, dan hidupku mungkin akan segera berakhir.

"Hmm, aku ingat kalau hari ulang tahun Aichi itu sebentar lagi, jadi menurutku aku datang tepat pada waktunya..."

"Dasar kamu ini, apa kamu pikir aku akan lupa soal itu?"

"Aku rasa tidak juga, sih... ...Tetapi dari kedengarannya, kayaknya kalian mengadakan perayaan itu dengan besar-besaran tahun lalu."

"Itu tidak benar, loh. Bukannya itu wajar untuk merayakan ulang tahunnya? Natsukawa sedang berulang tahun, jadi Natsukawa pantas untuk merayakannya sebagaimana mestinya. Cuma itu saja yang dapat aku bilang."

"Kalau begitu, kado apa yang kamu berikan buat ulang tahunnya tahun lalu?"

"Sebuah kalung."

"Itu berat."

Tidak, itu tidak berat. Memangnya perlu Natsukawa memakai kalung pemberianku? Dengan kecantikannya yang kayak gitu, tulang selangkanya yang indah pasti akan tersembunyi oleh rantai kalung itu, dan Natsukawa pasti akan menyembunyikan garis lehernya (decolette) yang tampak sekilas melalui celah kerahnya, sama kayak cara orang yang mengenakan pakaian. Sejak SMP, garis lehernya itu selalu mengoreksi kecenderungan seksualku yang menyimpang. Seseorang, aku mohon eksekusiku sekarang juga.

"Tahun lalu, kalian berdua itu masih SMP, bukan...? Wah, dia pasti sangat kesulitan menanganimu..."

"Berhenti bilang "Wah" kayak gitu... ...Hmm, itu terdengar kayak dia merasa terganggu..."

Aku penasaran mengapa aku tidak berpikir kalau dia akan menganggapku sebagai gangguan. Aku penasaran apa dia punya sistem nilai di mana jumlah uang yang orang habiskan sama dengan betapa berat cintanya... ...Hampir saja, itu gawat. Saat ini, aku jadi teringat wajah gelisah yang Natsukawa pasang tahun lalu. Wajah kayak gitu merupakan wajah yang aku tidak ingin dia tunjukkan padaku... ...Aku yakin itu tidak akan terjadi lagi tahun ini. Dia akan baik-baik saja dengan diriku yang apa adanya saat ini.

"Jadi, apa benar kamu sudah memikirkan kado buat ulang tahunnya tahun ini sejak tahun lalu?"

"Sampai beberapa waktu yang lalu, ya? Aku tidak akan membelikan barang kayak gitu yang aku berikan tahun lalu."

"Apa yang kamu rencanakan buat dibelikan padanya...?"

Tahun depan, kami akan segera jadi siswa-siswi SMA —Jadi aku mesti dapat membelikannya barang-barang bermerek, paling tidak itulah pandanganku saat aku baru lulus SMP. Yang mengerikan yaitu aku tidak merasa kalau aku memikirkan hal yang sama beberapa bulan yang lalu. Rasa cinta yang membara itu memang berbahaya, sampai-sampai itu dapat membuat orang jadi gila. Aku merasa senang karena saat ini aku sudah tahu sejauh mana tingkat komitmenku sendiri...

"Kalau begitu, apa kamu akan membelikannya sesuatu yang agak lebih melegakan tahun ini?"

"Iya. Kayak yang aku bilang tadi, aku juga sedang dalam hubungan yang buruk dengan Natsukawa saat ini."

"Ti-Tidak... ...Itu sih tidak apa-apa..."

Apa maksudmu? Itu tidak apa-apa? Aku tidak peduli apa itu bagus atau tidak. Sangat sulit untuk menyiapkan barang yang tidak terlalu murah dan juga tidak terlalu mahal. Menurutku ini jauh lebih melibatkan perasaan kasih sayang ketimbang sekadar membeli sesuatu yang mahal. Apa kamu tidak berani mengkritik seleraku?

"Ngomong-ngomong, barang apa yang akan kamu jadikan kado buatnya?"

"Sebuah cincin."

"Itu berat."

Author Note:

[Wataru?] : "Beratnya sekitar 3 gram, loh."

TL Note: Setelah ini, kami akan menerjemahkan bab khusus yang cuma akan kami terjemahkan ke Bahasa Indonesia jadi jangan sampai terlewat, ya!

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi  Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Baca juga:

 [Manga Short Story Special Extra] - Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha - Okemaru-sensei Cerita Pendek Manga Jilid 5 Edisi Spesial

←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama