Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 158 - Lintas Ninja Translation

Bab 158
Dia itu Milik Siapa?

Inilah saatnya istirahat makan siang tiba, aku pun mengeluarkan kotak bekal makan siang yang aku beli di swalayan dari tasku. Saat aku bangun dari bangkuku dan menatap ke arah Ichinose-san, aku mendapati ada tatapan tajam dari arah depanku.

Su-Sulit rasanya untuk pergi...

Ashida duduk di bangkunya, menghadap ke arah depan, menghadap ke arahku dengan mata setengah terpejam. Dia kayaknya tidak terlalu suka denganku karena aku tidak ikut dengannya, meskipun kami berdua (aku dan Ichinose-san) sudah berencana untuk makan siang di luar di waktu istirahat makan siang pada hari yang menyenangkan ini. Sebagai buktinya, Ashida mengirimiku banyak sekali emoji Moai 🗿melalui pesannya. Ekspresi emosional macam apa itu? Fakta bahwa itu merupakan emoji dan bukannya stiker, membuatnya tampak serius. Astaga... ...Wajah Ashida berangsur-angsur jadi semakin terasa kayak dia habis dipahat.

Aku jadi tidak bisa menoleh ke sebelah kanan. Aku penasaran bagaimana cara Natsukawa menatapku yang duduk tepat di depannya... Tatapan jijik? Apa dia menatapku dengan tatapan jijik? Eh, Natsukawa menatapku dengan tatapan jijik? Bukannya itu jarang terjadi? Aku rasa aku tidak punya pilihan lain selain menoleh ke sebelah kanan saat ini...?

—Satu tatapan sekilas saja.

"..."

A-Apa-apaan dengan tatapan yang cemburu dan tegas itu...!?

I-Imut banget...! Meskipun aku sudah berkali-kali bertemu dengan wajahnya yang kaget, tetapi baru kali ini aku melihatnya memasang tatapan kayak gini...! Bahkan Aku saja, seorang ahli di percabangan Natsukawa, tetapi aku tidak bisa disandingkan dengan ini. Aku tidak peduli dengan karakter moe dua dimensi, yang tidak punya tatapan kayak gini! Kamu dalam kehidupan nyata itu merupakan seseorang yang terbaik!

"...Ada apa sih?"

"Heh!? Ah, tidak... ...Bu-Bukan apa-apa, kok."

"...Begitu."

Cih... ...Apa-apaan sih ini...? ...Kok aku merasa lebih bersemangat ketimbang saat seseorang memperlakukan dengan baik? Bukannya orang-orang biasanya akan terluka saat mereka diperlakukan dengan buruk? Apa Kakak telah terlalu banyak melatih mentalku dengan baik? Sedikit kerusakan mental itu sudah kayak pijatan buatku...? ...Apa-apaan ini? Bukannya itu lebih cocok buat pelawak...?

Meskipun aku memang punya perasaan menginginkan sesuatu, tetapi aku tidak mau membuat dia dalam suasana hati yang buruk dan tidak perlu. Aku mau langsung buru-buru menemui Ichinose-san dan segera keluar saja dari ruang kelas ini. Kalau aku membiarkan diriku terlalu lama di sini, Ashida akan mulai tampak kayak Moai 🗿.

"Ah — He-Hei!"

"Eh, A-Ada apa?"

"Begini... ...Apa tidak apa-apa kalau kita semua makan siang bersama-sama saja?"

"Bersama-sama — ya? Apa itu maksudnya Ichinose-san, aku, Natsukawa dan Ashida?"

"I-Iya..."

"..."

Bersama-sama... — ...Bersama-sama... —Bersama-sama...

Itu bergema di kepalaku. Tentu saja, itu disulihsuarakan oleh Natsukawa. Terlebih lagi, itu bukan khayalan, tetapi itu ditujukan padaku. Bagaimana kalau ini merupakan ruang kedap suara tanpa seorang pun di dalamnya? Aku mungkin akan sangat senang sampai berteriak-teriak, melompat-lompat kegirangan dan menabrak langit-langit. Yang terpenting, Natsukawa sudah mulai tidak menunjukkan rasa jijiknya padaku akhir-akhir ini, dan itu gawat.

...Tenanglah. Jangan terlalu terbiasa saja dengan hal itu. Meskipun Natsukawa tidak bermaksud jahat, tetapi itu bisa saja sebuah jebakan. Begitulah cara seorang cowok b*jingan membuat kesalahpahaman. Jadilah cowok yang bijaksana. Aku mungkin akan terbakar kalau menganggukkan kepalaku begitu saja tanpa memikirkannya.

Aku mencoba mengendalikan ketegangan dalam diriku yang semakin meningkat dan berpikir layaknya cowok berkepala dingin agar tetap tenang.

Pertama-tama itu ada Ichinose-san. Menurutku dia memang sudah mulai terbiasa melayani pelanggan dari pengalaman pekerjaan paruh waktunya, tetapi itu cuma karena dia sedang dalam "mode kerja" dan rasa malu-malunya masih tidak berubah, menurutku. Aku rasa Natsukawa dan Ashida tidak akan bilang "tidak" kalau aku bertanya padanya dulu apa mereka dapat bergabung dengan kami, tetapi mereka mungkin tidak terlalu positif soal itu...

Apalagi Ashida. Dia memang tidak terlalu berisik sampai-sampai membuat orang lain tidak nyaman, tetapi dia itu orang yang ceria dan memberikan kesan positif. Ichinose-san juga mungkin tahu akan hal itu, jadi menurutku dia akan merasa tidak nyaman cuma dengan berada di dekat Ashida. Aku penasaran apa dia tidak akan terbiasa denganku kecuali dia terlibat dalam sesuatu yang lain kayak pekerjaan paruh waktunya...

"Oke... ...aku akan bertanya dulu padanya."

"Be-Begitu ya..."

"Aku sudah lapar~, perutku terus keroncongan selama pelajaran."

"Eh—? Aku tidak bisa mendengar suara perutmu."

"Benarkah? Itu bagus, kalau begitu."

"Be-Begini..."

Saat aku bergegas menuju bangku Ichinose-san, dia sudah dikelilingi oleh Shirai-san dan Okamocchan. Ichinose-san menyampaikan kata-katanya di antara mereka berdua seakan-akan mau bilang sesuatu. Kayaknya aku sudah terlambat datang untuk ini... ...Biarpun aku menunggunya, Ichinose-san kayaknya tidak akan datang padaku, dan kayaknya mereka berdua selalu datang padanya lebih awal. Ayah hampir menangis karena saat ini dia punya teman yang sangat akrab dengannya kayak gitu — Eh, aku ini bukan ayahnya, bukan?

Meskipun dibilang kalau saat ada tiga orang cewek berkumpul, dianggap sebagai paguyuban, namun aku dapat merasakan ketenangan dari mereka bertiga. Baik Shirai-san maupun Okamocchan merupakan tipe orang yang suka tertawa, dan Ichinose-san sangat anggun dan selalu tersenyum atau menutup mulutnya. Tidak, kayaknya itu suasana yang menyenangkan... ...Jujur saja, aku mulai merasa kalau ini jauh lebih bagus ketimbang dia makan siang denganku. Maksudku, tolong ajak aku juga di sini.

"Eh? Sajou-kun?"

"Ah..."

"Ah— ...Bagaimana kalau kalian berhenti dulu untuk hari ini?"

"! Ti-Tidak...!"

Dari kejauhan, Ichinose-san bangun dari bangkunya dengan penuh semangat. Hmm, gerakannya cukup gesit, pengalaman yang dia dapatkan dari pekerjaan paruh waktunya kayaknya membuahkan hasil. Hari di mana aku dapat mampu memberikan kursus pelatihan pekerjaan paruh waktu padanya akan segera tiba. Bentuk Pertama — Tebasan kartu waktu!

"E-Eh? Ada apa?"

"Aku sudah janjian dengan Ichinose-san untuk makan siang bersama."

"Eh? Aku belum dengar apa-apa soal itu?"

"Kami benar-benar minta maaf."

Okamocchan kayaknya tidak percaya, dan mau tidak mau aku (mewakili Ichinose-san) meminta maaf pada mereka. Aku rasa Okamocchan mau Ichinose-san dekat dengannya... ...Okamocchan memang memohon pada Ichinose-san agar dia bisa jadi temannya setiap hari, tetapi kalau dia tiba-tiba menarik Ichinose-san dari samping, aku tidak peduli meskipun dia mengeluh padaku. Aku jadi ingat saat aku masih SD, setiap hari saat aku mengerjakan PR, aku pernah mengumpulkan sisa-sisa penghapus dan berhasil membuat penghapus yang indah, lalu Kakak melemparkannya ke luar dan membentakku. Saat aku mencoba untuk memukulnya, dia malah membantingku ke langit-langit dan membuatku menangis.

"Eh~, tidak boleh. Mina-chan itu milikku, loh!"

"Tidak, dia itu milikku."

"Eh?"

"Eh? Ah, Be-Begitu, ya...?"

Dia itu milikku!!! Aku juga merasa jengkel saat orang bilang 'Dia itu milikku'. Aku tidak benar-benar menganggap dia itu sebagai milikku, tetapi lamanya hubungan kami berdua dan seberapa banyak dia mengandalkanku berbeda-beda. Tidak seberapa besar lawanku, Okamocchan dan Shirai-san, yang merupakan teman Ichinose-san, tetapi kalau sudah menyangkut soal "siapa yang lebih dekat dengannya?", aku tetap merasa kami tidak bisa berkompromi soal itu.

"Hmm, aku akan segera mengembalikannya pada kalian, kok. Mengapa kalian tidak membebaskan kami untuk hari ini saja? Begini, Sasaki kayaknya sedang bebas hari ini, loh."

"I-Iya."

"Kalau begitu, haruskah kita pergi sekarang, Ichinose-san...? ...Ichinose-san?"

"I-Iyah..."

Eh... ...Apa ada sesuatu yang tidak beres?

Aku sudah sering melihat wajah Ichinose-san yang merah padam dan gelisah di depan para pelanggan saat awal-awal pertama kali kami bertemu, jadi aku menarik tangannya dan menjauhkannya agak lebih jauh dengan cara yang sama kayak yang aku lakukan saat itu. Hal ini terkadang terjadi di tempat yang tidak begitu aku mengerti, jadi aku membiarkannya tenang untuk sementara waktu.

"Apa kamu tidak apa-apa? Ichinose-san?"

"I-Iya..."

Aku menunggu Ichinose-san, yang mencoba menenangkan dirinya dengan tangannya diletakkan di dadanya. Aku penasaran apa pernah ada adegan yang membuatnya sangat gugup.... Aku tidak mau mendengarnya meskipun aku bertanya padanya secara tiba-tiba, jadi aku akan menunggunya sampai keadaannya tenang.

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-158-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

"Ichinose-san, apa kamu sudah memutuskan kita akan makan siang di mana hari ini...?"

"Ah... ...Eum, di ruang rujukan perpustakaan..."

"Perpustakaan... ...Ah, Ichinose-san sudah jadi anggota Komite Perpustakaan saat ini, ya? Maksudku, memangnya tidak ada anggota Komite Perpustakaan lain dari kelas lain di sana? Apa kita benar-benar boleh makan dan minum di sana?"

"Eum... ...Mestinya kita dibolehkan buat makan di ruang rujukan... Memang ada seorang senpai di sana, tetapi dia juga mengajak seseorang yang dekat dengannya ke sana..."

"Be-Begitu ya..."

Saat aku bertanya pada Ichinose-san, yang kayaknya sudah merasa tenang, dia kayaknya sudah memutuskan tempat makannya. Tempat itu lebih terpencil dari yang aku duga, makanya aku tidak bisa menyembunyikan kegelisahanku. Dilihat dari sikap Ichinose-san, aku menduga kalau senpai-nya ini mungkin mengajak teman sesama jenisnya, meskipun mereka akrab.... Kalau dia tiba-tiba mengajak seseorang yang berlawanan jenis, bukannya itu agak lain ceritanya?

"Ah, Eum... ...Jadi begini, Ichinose-san."

"?"

"Eum... ...Aku tahu mungkin kamu mungkin mengajakku ke sana karena ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan denganku dan curhat denganku. Tetapi, bolehkah kalau aku mengajak dua orang lain juga? Kalau itu merupakan sesuatu yang tidak mau orang-orang itu dengar, aku akan memberi tahu mereka berdua, "Lain kali saja"."

"Eh... ...Eum, mereka berdua itu siapa saja?"

"Natsukawa dan Ashida..."

"..."

Ichinose-san tetap terdiam dengan mulutnya yang setengah terbuka. Ini tidak kayak mereka berdua akan melakukan sesuatu yang salah, tetapi rasanya masih sangat canggung. Apa itu hal yang buruk? Mungkin itu ulah iblis karena Ichinose-san mesti mengajak dua orang lain, orang-orang yang tidak biasa dia ajak bicara, saat kami mestinya cuma makan siang bersama, berduaan saja.

Menurutku ruang referensi perpustakaan tidak akan cukup besar untuk menampung banyak orang, jadi aku rasa aku mesti menolak permintaan mereka berdua. Kalau dipikir-pikir lagi, ruangan itu terlalu kecil buatku, seorang cowok, untuk sendirian saja dan ditemani dengan tiga orang cewek, jadi aku cukup sesak.

"Ah—... ...Sudah aku duga kayaknya kita berdua saja sudah cukup—"

"Ti-Tidak apa-apa, kok."

"Eh?"

"A-Aku juga... ...ingin bicara dengan mereka sesekali..."

"Eh?"

Eh...? I-Ichinose-san ingin bicara dengan Natsukawa dan Ashida? Apa Ichinose-san secara sukarela bilang kalau dia ingin bicara dengan orang-orang yang belum pernah dia ajak bicara sebelumnya...? Apa itu berarti kita mesti menyiapkan nasi beras merah? Aku juga mesti membeli garam wijen...!

"O-Oke. Aku akan memberi tahu mereka berdua."

"I-Iya..."

Ichinose-san... ...Kamu benar-benar sudah tumbuh dewasa.... Aku hampir mulai menangis. Aku khawatir, saat kami ada di kelas yang berbeda di kelas sebelas nanti, dia mungkin akan terus baca buku sendirian saja sepanjang waktu kayak sebelumnya, tetapi kalau kayak gini, aku sudah tidak perlu khawatir lagi. Kayaknya kamu sudah mulai terbiasa dengan Okamocchan dan Shirai-san sedikit demi sedikit, jadi aku merasa lega.

"Natsukawa! Ichinose-san bilang padaku kalau tidak apa-apa kalau aku mengajak kalian berdua — Natsukawa?"

"..."

Saat aku mendapat izin Ichinose-san, aku datang kembali ke Natsukawa, lalu Natsukawa memalingkan wajahnya sedikit dariku dengan wajah yang sedikit bengkak. Saat aku melihat ke luar jendela, dia tampak agak marah. Dia tampaknya sedang dalam suasana hati yang buruk. Ashida yang ada tepat di sampingnya, memegangi wajahnya seakan-akan dia juga sedang telah melakukan kesalahan.

"Eh? Ashida, apa kamu bertengkar dengan Natsukawa? Sebaiknya kamu segera minta maaf padanya."

"Sajocchi... ...Kami sudah mendengar semuanya, oke?"

"Eh? Ah..."

...Ah?

TL Note: Mina-chan milik Wataru, hehe.

Ini merupakan bab pertama dari Seri 7 dari  versi Web Novel ini.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi  Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Baca juga:

 [Manga Short Story Special Extra] - Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha - Okemaru-sensei Cerita Pendek Manga Jilid 5 Edisi Spesial

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama